Al-Qur'an Sebagai Pedoman Hidup Individu, Masyarakat dan Negara

Oleh : Siti Nurjanah

Bulan Ramadhan dijuluki sebagai bulan Al-Qur'an, karena di bulan Ramadhan lah Al-Qur'an turun bertepatan dengan malam "Lailatul Qadar" (malam kemuliaan) sebagai wahyu nabi Muhammad SAW untuk mengatur semua urusan ummat manusia di dunia ini. Kebanyakan umat muslim berlomba-lomba untuk mengkhatamkan kitab suci Al-Qur'an pada bulan ramadhan, karena pahala yang di janjikan oleh Allah SWT berlipat ganda, dibarengi dengan peringatan Nuzulul Qur'an.

Himbauan dari pemerintah pusat disambut hangat oleh masyarakat. Untuk memperingati malam turunnya Al-Qur'an (Nuzulul Qur'an), masyarakat menggelar acara Nuzulul Qur'an di setiap masjid-masjid yang ada di desa maupun kota. Seperti yang dilansir dari Kabarindoraya.com Laksanakan arahan Bupati Bogor, Rudy Susmanto, Wakil Bupati Kabupaten, Jaro Ade lakukan peringatan Nuzulul Qur'an yang digelar di Masjid Agung Nurul Faizin, Cibinong, pada Minggu (14/3/25). Acara yang mengusung tema "Peran Al-Qur'an Dalam Membangun Masyarakat Berakhlak Mulia" berlangsung khusyuk dengan kehadiran berbagai tokoh masyarakat setempat.

Sesuai dengan tema yang di usung, Al-Qur'an yang diwahyukan untuk Rasulullah Muhammad Saw memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya urusan akhlak saja tetapi mencakup semua aspek kehidupan, mulai dari membangun rumah tangga sampai membangun negara.

Sayangnya kondisi umat saat ini hanya mengambil sebagian dari yang sudah Rasulullah wariskan, contohnya masalah akhlak. Jadi, seolah-olah Islam adalah agama prasmanan, mana yang di sukai akan di ambil dan mana yang tidak di sukai akan ditinggalkan. Inilah salah satu keberhasilan sistem demokrasi yang berasaskan pemisahan agama dari kehidupan, dan manusia menganggap bahwa semua aturan kehidupan tidak memerlukan dalil dari Al-Qur'an sehingga manusia bisa berbuat sesuka hatinya.

Sistem Demokrasi kapitalisme menjadikan akal manusia sebagai sumber aturan, padahal manusia adalah makhluk yang lemah, terbatas, serba kurang sehingga berpotensi adanya pertentangan dan berkonsekuensi lahirnya berbagai permasalahan. Al-Qur'an seharusnya menjadi landasan setiap individu, masyarakat dan negara, namun hari ini justru individu yang berpegang pada Al-Qur'an dan menyerukan untuk kembali kepada Al-Qur'an di anggap radikal.

Seperti yang diketahui bahwa dalam sistem demokrasi saat ini prinsip kedaulatan ada ditangan rakyat sehingga menjadikan manusia sebagai penentu hukum berdasarkan hawa nafsu dan kepentingannya. Ketika hukum yang sudah diberlakukan tidak sesuai lagi dengan kehendak/kepentingan, maka dengan mudah akan direvisi. Maka dari itu kerusakan semakin merajalela ketika Al-Qur'an tidak menjadi pedoman hidup dan sumber hukum individu, masyarakat dan negara.

Berpegang pada Al-Qur'an sejatinya konsekuensi dari keimanan dan seharusnya terwujud pada diri setiap muslim. Apalagi jika ingin membangun peradaban manusia yang mulia, Al-Qur'an harus menjadi asas kehidupan. Namun faktanya hari ini Al-Qur'an diabaikan meskipun peringatan Nuzulul Qur'an setiap tahun diadakan bahkan oleh negara, dengan demikian peringatan Nuzulul Qur'an hanya sebatas euforia semata.

Ummat harus menyadari kewajiban berpegang pada Al-Qur'an secara keseluruhan dan berjuang untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman dalam semua aspek kehidupan. Ketika Al-Qur'an diterapkan disetiap lini kehidupan maka keberkahan akan turun dari segala penjuru dunia. Allah SWT berfirman dalam QS Al - A'raf : 96 yang artinya : “Dan jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan membuka bagi mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi”.

Al-Qur'an sebagai problem solving. Jangankan untuk ketaqwaan individu, ketaqwaan masyarakat dan negara pun akan terjamin, karena pemimpin mempunyai tugas untuk meriayah semua urusan ummat. Pemimpin memiliki peran penting dalam memupuk keimanan masyarakat, karena kelak di Yaumil akhir seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya.

Oleh karena itu, manusia sangat memerlukan Al-Qur'an agar hidupnya terarah dan sejahtera. Demi tercapai kesejahteraan maka dibutuhkan dakwah kepada ummat yang dilakukan oleh jamaah dakwah ideologis untuk membangun kesadaran ummat akan kewajiban menerapkan Al-Qur'an dalam kehidupan secara nyata, tidak hanya bagi individu, namun juga oleh masyarakat dan negara. Dengan kembalinya kepada Al-Qur'an dan As-sunah maka kedzaliman tidak akan merajalela. Untuk membuat peraturan pun harus merujuk kepada Al-Qur'an dan Sunnah agar tidak ada ketimpangan ketika menindak lanjuti suatu perkara.

Wallahu'alam bishawab