Valentine's Day Momen Seks Bebas
Valentine's Day Momen Seks Bebas
Sudahlah, tidak perlu menyebut Valentine sebagai hari cinta atau kasih sayang. Anda tidak perlu menyirami kotoran dengan wewangian. Faktanya, laporan Women’s Health mengungkapkan bahwa 85% responden menganggap seks sebagai bagian penting dalam perayaan Hari Valentine. Tak hanya itu, 51% orang sudah berencana berhubungan badan pada malam tersebut, menurut data dari National Retail Federation. Ini bukan sekadar asumsi—setiap tahun, penjualan kondom dan minuman keras melonjak tajam menjelang tanggal 14 Februari. Bahkan, laporan dari Durex mencatat lonjakan penjualan kondom hingga 30% pada periode ini. Selain hari Kondom, 14 Februari juga layak disebut hari Kapitalisasi Coklat, karena penjualan Cadbarry merk ternama kali terkenal dan jadi ikon coklat.
Dampaknya pun terlihat jelas. Bulan November tercatat sebagai bulan dengan angka kelahiran tertinggi di berbagai negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat. Data dari Layanan Kesehatan Nasional Inggris mencatat bahwa 16.263 bayi dikandung dalam minggu Valentine, dan lebih dari 16.344 dikandung dalam minggu setelahnya. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan minggu-minggu lainnya dalam setahun.
Yang lebih menarik, akar sejarah Valentine bukanlah tentang cinta, tetapi berasal dari ritual seks bebas bangsa Romawi kuno dalam festival Lupercalia, yang dirayakan setiap 13–15 Februari. Perayaan ini melibatkan pengorbanan hewan, pemukulan wanita dengan kulit kambing sebagai simbol kesuburan, serta undian seksual di mana pria memilih nama wanita secara acak dari sebuah wadah, lalu harus menghabiskan malam bersama. Sistem “kocok arisan” ala Romawi ini pada dasarnya adalah legalisasi seks bebas berkedok tradisi.
Makanya, di Amerika menjelang 14 Februari ada kampanye “National Condom Week”, karena mereka tahu betul bahwa perayaan ini identik dengan lonjakan aktivitas seksual, yang pada akhirnya memicu peningkatan angka kehamilan maupun aborsi. Sementara itu, di Inggris justru dikampanyekan “The National Impotence Day”, sebagai upaya mengimbau anak muda untuk menahan diri dari hubungan badan selama sepekan.
Jadi, mau menyebutnya Hari Kasih Sayang atau Malam Pesta Syahwat, itu terserah. Tapi kalau kita melihat data dan sejarahnya, esensinya sama: ini hanya sekadar warisan dari malam penuh nafsu berabad-abad yang lalu.
sumber : Fb ngopidiyah
COMMENTS