Menyiapkan Generasi Z sebagai Agen Perubah Hakiki: Menghadapi Tantangan di Era Kapitalisme
Menyiapkan Generasi Z sebagai Agen Perubah Hakiki: Menghadapi Tantangan di Era Kapitalisme
Penulis : Lilisumi
Generasi Z, yang terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, saat ini menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan meningkatnya tekanan finansial, masalah kesehatan mental, dan ketidakpastian karier, banyak dari mereka mengalami apa yang disebut sebagai krisis paruh baya lebih awal dari yang seharusnya. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa sekitar 38% dari mereka mengalami krisis ini, yang sebagian besar disebabkan oleh sistem kapitalisme yang dianggap rusak dan tidak adil[1][2].
Krisis Paruh Baya di Usia Muda
Fenomena krisis paruh baya di kalangan Generasi Z bukanlah hal yang sepele. Mereka tidak hanya berjuang dengan masalah identitas, tetapi juga dengan realitas kehidupan yang keras. Faktor-faktor seperti biaya hidup yang tinggi, utang pendidikan, dan ketidakpastian pekerjaan menjadi penyebab utama stres yang mereka alami. Dalam survei yang dilakukan oleh Arta Finance, 30% Gen Z melaporkan bahwa masalah finansial adalah sumber utama stres mereka[1]. Selain itu, 25% dari mereka juga mengalami tantangan kesehatan mental yang signifikan[3].
Krisis ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ekonomi yang mereka hadapi. Banyak Gen Z merasa terjebak dalam siklus konsumsi tanpa henti, di mana media sosial seringkali menjadi pemicu untuk membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini menciptakan tekanan untuk memenuhi standar yang tidak realistis dan berkontribusi pada perasaan cemas dan depresi[3][4].
Sistem Kapitalisme yang Rusak
Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem kapitalisme saat ini tidak mampu memberikan solusi bagi kebutuhan dasar Generasi Z. Mereka melihat bahwa sistem ini lebih menguntungkan segelintir orang kaya daripada masyarakat luas. Sebuah survei menunjukkan bahwa 28% dari Generasi Z lebih memilih sosialisme dibandingkan kapitalisme, mencerminkan ketidakpuasan mereka terhadap sistem ekonomi yang ada[4]. Banyak dari mereka percaya bahwa ketidakadilan ekonomi dan sosial yang terjadi adalah hasil dari penerapan kapitalisme yang tidak berkelanjutan.
Sistem pendidikan yang mahal dan akses terbatas terhadap layanan kesehatan juga menjadi isu penting. Dengan biaya pendidikan tinggi dan utang mahasiswa yang membengkak, banyak Gen Z merasa bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk mencapai stabilitas finansial[2]. Hal ini membuat mereka semakin skeptis terhadap kemampuan sistem kapitalisme untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Membangun Kesadaran dan Pemahaman
Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi Generasi Z untuk menyadari realitas kehidupan dan akar masalah yang mereka hadapi. Mereka perlu dibekali pemahaman tentang hakekat kehidupan serta potensi diri mereka. Pendidikan tentang nilai-nilai Islam dapat menjadi salah satu cara untuk membangun kesadaran ini. Dengan memahami prinsip-prinsip Islam secara kaffah, Generasi Z dapat melihat dunia dengan perspektif yang lebih luas dan menemukan makna dalam perjuangan mereka.
Kesadaran akan kewajiban menerapkan aturan Allah secara menyeluruh (kaffah) dapat mendorong Generasi Z untuk menjadi bagian dari perubahan positif dalam masyarakat. Mereka perlu memahami bahwa perjuangan untuk keadilan sosial dan ekonomi adalah bagian dari tanggung jawab sebagai umat Muslim. Dengan demikian, mereka dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera [5].
Peran Generasi Muda dalam Perubahan Sosial
Generasi Z harus didorong untuk berperan aktif dalam menyelesaikan persoalan umat dengan menegakkan aturan Allah melalui tegaknya Khilafah. Dalam konteks ini, penting bagi mereka untuk melek politik agar dapat memimpin umat menuju perubahan hakiki sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW. Dengan memahami dinamika politik dan sosial, Generasi Z dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan hak-hak masyarakat luas.
Mereka perlu dilatih untuk menjadi pemimpin masa depan yang tidak hanya peka terhadap isu-isu sosial tetapi juga mampu mengimplementasikan solusi berbasis nilai-nilai Islam. Dengan demikian, Generasi Z bisa menjadi agen perubahan hakiki dalam menghadapi tantangan sistem kapitalisme yang rusak.
Kesimpulan
Generasi Z berada di persimpangan jalan antara harapan dan kenyataan pahit di era kapitalisme modern. Mereka menghadapi tekanan finansial, tantangan kesehatan mental, dan ketidakpastian karier lebih awal daripada generasi sebelumnya. Namun, dengan membangun kesadaran akan potensi diri dan kewajiban menerapkan nilai-nilai Islam secara kaffah, mereka dapat bertransformasi menjadi agen perubahan hakiki.
Pendidikan dan pemahaman tentang prinsip-prinsip Islam serta keterlibatan aktif dalam politik akan membantu Generasi Z tidak hanya bertahan tetapi juga berjuang untuk masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan masyarakat luas. Dalam menghadapi tantangan ini, generasi muda harus tetap optimis dan terus berjuang demi keadilan sosial serta kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.
Referensi:
[2] https://www.bbc.com/worklife/article/20230215-are-gen-z-the-most-stressed-generation-in-the-workplace
[3] https://www.rtor.org/2025/01/27/breaking-down-gen-zs-mental-health-crisis-why-depression-rates-are-higher-than-ever/
[4] https://www.businessinsider.com/gen-z-capitalism-socialism-inequality-healthcare-democrats-republicans-biden-trump-2023-11
[5] https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10315660/
COMMENTS