Hadist Palsu Rajab

STOP MENYEBARKAN HADITS PALSU BULAN RAJAB

Oleh: Ahmad Syahrin Thoriq

Biasanya menjelang masuknya bulan Rajab akan berseliweran broadcast di sosmed "hadits" hasil kerajinan tangan seperti berikut ini: "Barang siapa yang memberitahukan berita satu Rajab kepada yang lain, maka haram api neraka baginya".

Dalam bentuk yang lebih kreatif, biasanya dibumbui dengan kalimat penyedap agar lebih meyakinkan, seperti contoh berikut:

Mulai Malam ini (Ba'da Maghrib sudah masuk 1 Rajab) Rasulullah bersabda "Barang siapa yang memberitahukan kepada yang lain, maka haram api neraka baginya".

Dan berdzikirlah mengingat Allah ... "Subhanallah, Walhamdulillah, Wala ilaaha illallah, Allahu Akbar, laa hawla wala quwata illa billahi al-aliyyi al-azhim".

Sebenarnya untuk mengetahui kepalsuan hadits di hari ini, tak perlu repot-repot menelisik terlalu jauh, cukup dari melihat bentuk tulisan yang bombastis tapi susunannya amburadul tak beraturan seperti yang ada di atas, harusnya membuat mereka yang mau menggunakan logikanya dengan baik akan langsung mengetahui kepalsuannya, atau minimal keanehannya.

Kalau dahulu para pemalsu hadits itu umumnya lebih kreatif, minimal bohongnya pakai data, sebagian tujuannya juga mulia. Lalu hadits palsu dibuatkan transmisi sanad agar lebih meyakinkan. Kalimatnya juga dibuat semirip mungkin dengan ucapan ala Nabi. Lah sekarang?

Pembuat hadits palsu di zaman ini itu seperti sudah nggak punya rasa malu. Ngawur dan nekad hanya dengan modal copas dari artikel murahan.

Tapi itu, kadang banyak orang karena malas mikir, atau mungkin dia berfikir menyebarkan hadits palsu itu tidak apa-apa, ya sar ser aja seenaknya. Kan isinya dan tujuannya baik?

Ingat, diantara hal yang paling dibenci dalam agama ini adalah menyebarkan kedustaan. Apapun alasannya dusta tidaklah diperkenankan.

Karena dusta adalah keburukan yang sangat tercela dan hina sehina-hinanya dalam pandangan Islam, apalagi kedustaan itu diatas namakan manusia yang paling jujur, Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam.

Dan ancaman bagi mereka yang menyebarkan hadits palsu sangat mengerikan sekali, diantaranya:

"Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka siapkan tempatnya di neraka". (HR. Bukhari Muslim)

"Barang siapa menceritakan dariku suatu hadits yang dia ketahui kedustaannya, maka dia termasuk di antara dua pendusta." (HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah dalam syarah shahih Muslim (1/71) ketika menjelaskan hadits di atas berkata:

"Haram hukumnya meriwayatkan hadits palsu bagi mereka yang mengetahui atau menurut dugaan kuatnya mengetahui bahwa derajat hadis tersebut adalah palsu. Sebab itu, barang siapa yang meriwayatkan suatu hadits yang dia yakin atau ada sangkaan kuat bahwa derajatnya adalah palsu, namun dia tidak menjelaskan derajatnya, maka dia termasuk dalam ancaman hadis ini."

Selain hadits pengingat satur Rajab, berlaku juga kepalsuannya untuk bulan-bulan yang lain seperti di bawah ini:

• "Barang siapa yang memberitahukan berita satu Safar kepada yang lain, maka haram api neraka baginya".
• "Barang siapa yang memberitahukan berita Arafah kepada yang lain, maka haram api neraka baginya".
• "Barang siapa yang memberitahukan berita satu Dzulhijjah kepada yang lain, maka haram api neraka baginya".
• "Barang siapa yang memberitahukan berita Sya’ban kepada yang lain, maka haram api neraka baginya".

وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

"Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka siapkan tempatnya di neraka". (HR. Bukhari Muslim)

وَمَنْ حَدَّثَ عَنِّيْ بِحَدِيْثٍ يَرَيْ أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ

"Barang siapa menceritakan dariku suatu hadits yang dia ketahui kedustaannya, maka dia termasuk di antara dua pendusta." (HR. Muslim)

Wallahu a'lam.

Referensi Sumber:

• Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Hadits No. 109, Kitab al-‘Ilm, Bab “Menghina Hadits Palsu”
• Muslim, Sahih Muslim, Hadits No. 3, Kitab al-‘Ilm, Bab “Larangan Berdusta Atas Nama Nabi”
• Imam Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid 1, halaman 71, penjelasan tentang hadits “Haram meriwayatkan hadits palsu”
• Al-Dhahabi, Mizan al-I’tidal, jilid 2, halaman 303, penjelasan mengenai hadits palsu dan perbedaan antara hadits sahih dan da’if.
• Al-Qaradawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, edisi 2011, tentang hukum menyebarkan hadits palsu dalam konteks dakwah.