Sepuluh Alasan Logis Urgensi Khilafah

urgensi khilafah

Sepuluh Alasan Logis Urgensi Khilafah

Sepuluh Alasan Logis Urgensi Khilafah

Oleh: Farah Abdul Khaliq

Khilafah merupakan sistem politik negara Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Implikasi pendirian kembali Khilafah tidak lain adalah pembebasan riil secara menyeluruh wilayah kaum muslimin dari pendudukan neo-kolonial dan tirani rezim sekuler, serta penghapusan aturan sosial yang mundur, sistem politik yang tidak sah menurut Islam, dan perbatasan semu yang secara strategis diciptakan demi mencegah persatuan dan melanggengkan perpecahan umat.

Jika ingin memahami pentingnya Khilafah, cobalah tanyakan kepada anak-anak Suriah yang dibantai, muslimah Kashmir dan Rohingya yang dinodai, bayi-bayi Fallujah Irak yang cacat, atau para janda wanita Palestina dan semua yang tertindas, mereka akan “memberitahu” kita makna eksistensi Khilafah; bahwa Khilafah merupakan faktor yang menentukan antara kemuliaan, hidup, dan mati mereka.

Namun, jika masih ada keraguan dalam pikiran tentang urgensi khilafah, maka mari pahami sepuluh alasan berikut –dari sekian jutaan alasan– mengapa kita umat Islam harus mengerahkan segala upaya mendirikan kembali agama Allah dan hidup dengannya demi meninggalkan kehidupan jahiliyah serta memeluk Islam sepenuh hati dan menyeluruh.

Pertama, Negara Tauhid

Sejarah membuktikan tauhid kita tidak sama dengan filsafat platonis dan filsafat abstrak dari Barat, dan juga tidak serupa dengan teologi dogmatis Kristen. Tauhid kita adalah tauhid yang melahirkan perbuatan –manfaat dan manisnya tauhid hanya akan terasa atau dialami hingga mereka yang diberi amanah tauhid memanifestasikannya dalam semua aspek kehidupan dan hingga terwujud menjadi gerakan pembebasan yang berbenturan dengan beragam berhala palsu yang menjadikan manusia “menyembah” kepada manusia lainnya.

Pemahaman tauhid yang melahirkan perjuangan tersebut, bertentangan dengan pemahaman teoritis tauhid kalangan modernis yang menganggap kemusyrikan hanya sebagai penyembahan berhala saja. Padahal, cara memahami konsep tauhid tadi sejatinya merupakan pemahaman komprehensif yang Rasulullah saw ambil dari tauhid itu sendiri, dan pastinya memang merupakan pemahaman serupa yang diambil para sahabatnya yang mulia ra dan dengan itu mereka meneruskan warisan ajaran Islam. Ada banyak contoh yang mendukung pernyataan tersebut; buktinya Rasulullah saw ternyata tidak hanya menyerang gagasan penyembahan berhala, tetapi juga menyerang pemikiran umum jahiliyah yang menjamur di masyarakat Quraisy, praktik pernikahan jahiliyah, pelanggaran hak perempuan, penguburan bayi perempuan, aturan perceraian jahiliyah, sistem ekonomi Quraisy, sistem sosial dan perlakuan terhadap minoritas dan lain sebagainya.

Jadi ketika menganalisis aktivitas Rasulullah saw pasca menerima wahyu, kita memahami bahwa kemusyrikan sebenarnya jauh lebih luas ketimbang menyekutukan Allah swt dalam konteks yang dipahami sebagai penyembahan; justru, jika tujuan hidup untuk menyembah Sang Pencipta, maka Sang Pencipta harus meliputi segalanya dalam kehidupan karena ibadah tidak hanya terbatas pada lima rukun Islam. Oleh karena itu, hukum Sang Pencipta harus mendominasi masyarakat kita, dan peraturan-Nya harus menjadi standar dan norma yang berlaku. Dengan logika tersebut, masa kini berhala apa yang lebih besar dibandingkan para penguasa nation-state yang melanggar otoritas Sang Pencipta dalam membuat hukum dan melanggar kemuliaan manusia dengan menjadikannya menghamba kepada manusia lain?

Kedua, Mewujudkan Peran Umat Terbaik

Umat Islam diberi gelar sebagai umat terbaik selama mereka memenuhi kewajiban memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemunkaran. Untuk masa kini, kemunkaran apa yang lebih besar melebihi negara politik buatan yang destruktif dan dipaksakan, yang mengklaim mewakili kaum muslim dan melindungi ajaran Islam –padahal faktanya, hanya sebuah sistem politik yang dikendalikan elit tertentu dan rakyatnya diperbudak kekuasaan yang korup.

Kemerdekaan itu seharusnya meliputi kebangkitan sistem politik yang mana kedaulatannya bukan milik manusia; bukan milik kalangan sekular dan penduduk ras tertentu, entah itu berasal dari AS atau kekuatan politik regional, tetapi kedaulatan hak membuat hukum itu hanya milik Allah semata, sedangkan otoritas pelaksanaannya diserahkan kepada rakyat.

Demikian pula, potensi kemakrufan apa yang lebih besar melebihi sistem politik yang membebaskan dan mampu memanusiakan manusia yang kini hilang dari dunia dan mengakibatkan ketundukan masyarakat kepada tuhan-tuhan palsu? Jadi yang dibutuhkan kini adalah mengembalikan sistem pelindung bagi kalangan tertindas dan juga sistem yang akan menjadi kekuatan besar, baik secara politk maupun ekonomi, untuk berdiri di hadapan penindas.

Ketiga, Islam Merupakan Aturan Hidup, Bukan Hanya Ritual

Mitos paling sukses yang disebarkan para Orientalis yang mempengaruhi sebagian umat Islam adalah klaim bahwa Islam hanya sebuah agama religi. Saat Islam dianggap agama religi dalam pengertian Barat –suatu klasifikasi yang didefinisikan sebagai seperangkat abstraksi metafisik, doktrin dan ritual– maka ketiadaan khilafah akhirnya dianggap bukan masalah serius. Padahal, Islam merupakan dîn; aturan dalam menjalankan kehidupan. Allah swt dengan bangga memberitahu kita, tidak ada dîn di sisi-Nya yang diridhai kecuali dîn Islam. Karena itu, syariah Islam yang mewujudkan perintah Allah dan berasal dari wahyu, semestinya meliputi semua aspek dan ranah kehidupan; baik individu, sosial, politik, maupun ekonomi.

Berlawanan dengan filosofi sekuler atau teori politik sekuler –yang menihilkan peran Sang Pencipta pada kancah kehidupan–, dalam perspektif Islam kehendak Sang Pencipta tidak boleh diabaikan peranannya dalam mengatur kehidupan. Hal ini mudah dipahami, ketika seseorang menyadari tujuh puluh persen legislasi, keputusan dan hukum Islam yang harus dijalankan hanya bisa dilaksanakan melalui sistem politik. Ini berlaku tidak hanya sistem sanksi, tetapi juga distribusi kekayaan yang tepat, bidang hukum dan politik, interaksi sosial, dan semua aspek lainnya dari eksistensi manusia secara individu dan kolektif.

Keempat, Kesadaran yang Memerdekakan dan Komunitas Global

Negeri-negeri muslim yang terjajah diberikan doktrin bahwa identitas mereka ditentukan oleh perbatasan buatan, yang sebelumnya tidak pernah ada kecuali pasca runtuhnya khilafah Islam. Mereka diajari bahwa loyalitasnya milik simbol-simbol yang dibentuk secara historis, dengan demikian lingkup kesetiaan dan kekuatan telah dinetralkan dan dilemahkan. Kesadaran kolektif kita pun bergeser dari afiliasi trans-historis dan universal sebagai satu umat, menuju identifikasi sebagai suatu negara buatan, yaitu nasionalisme. Masing-masing negara baru yang dibangun ini memiliki “kepentingan nasional atau internal” dan “politik luar negeri” tersendiri.

Jadi, penghapusan nation-state beserta perbatasan buatan yang dibangun penjajah dan pembentukan negara khilafah yang tidak dibatasi sekat kebangsaan, mewakili pergeseran dari kesadaran “nasional” yang inferior menuju kesadaran “keumatan” yang merdeka. Inilah identitas yang diberikan Allah swt untuk umat Islam, sebagaimana Dia berfirman tentang umat dalam al-Qur'an bahwa “kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.”

Kelima, Menghidupkan Kembali Ikatan Ukhuwwah

Pemahaman umat Islam tentang persaudaraan itu sangat unik dan berbeda dari umat yang lainya; bahkan hingga saat ini, masa ketiadaan Khilafah, kita masih merindukan keselamatan dan keamanan saudara-saudara kita di seluruh dunia. Ini adalah konsekuensi alami konsep al-walâ’ wa al-barrâ’ (loyalitas terhadap muslimin dan berlepas diri dari orang kafir) –sebuah konsep yang begitu mendalam tertanam dalam diri para sahabat bahwa mereka memberikan loyalitas pada ikatan iman ketimbang ikatan darah.

Mush’ab bin ‘Umair ra termasuk salah satu sahabat tersebut; Abu Aziz saudara Mush’ab meriwayatkan: “Saya berada di antara sekelompok kaum Anshar... Setiap kali mereka makan siang atau makan malam, mereka memberi saya roti dan kurma untuk dimakan sesuai instruksi Nabi saw agar memperlakukan kami tawanan perang Badar dengan baik. Saudaraku, Mush’ab, lewat di dekatku dan malah berkata pada seorang sahabat Anshar yang menahanku: ‘Ikatlah dia dengan erat... Ibunya adalah wanita sangat kaya dan mungkin akan memberikan tebusan kepadamu.’ Abu Aziz sangat terkejut, tidak percaya yang tadi didengar, lalu menuju Mush’ab dan bertanya: ‘Saudaraku, begitukah perlakuanmu kepadaku?’ Mush’ab lalu menjawab: إنه أخي دونك (Saudaraku adalah dia –sahabat Anshar tadi– bukanlah engkau!’”

Begitulah, Islam menekankan pentingnya ikatan iman di atas ikatan lainnya. Sayangnya, dalam kondisi ketiadaan kekuatan pengikat ini, umat dipecah belah menjadi koloni-koloni demi memenuhi kepentingan Barat. Sebagai penghinaan yang semakin menambah parah luka, umat pun sering digunakan sebagai pion untuk berperang dalam perang ilegal Barat, melawan saudara-saudara muslim mereka sendiri, atau untuk menyerang dan melakukan pembunuhan karakter terhadap saudara-saudara mereka sendiri yang seiman. Hal ini bisa terjadi karena pentingnya ikatan persaudaraan, yang secara inheren terikat dengan sistem pemerintahan, telah hilang.

Kita telah hidup dalam era nasionalisme serta ikatan tidak sah lainnya kurang lebih selama 100 tahun. Untuk memahami betapa vitalnya masalah ini, mari renungkan sabda Nabi saw berikut:

المُسلِمُ أَخو المُسلم، لاَ يَظلِمهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلا يكْذِبُهُ، وَلايَحْقِرُهُ، التَّقوَى هَاهُنَا – وَيُشيرُ إِلَى صَدرِهِ ثَلاَثَ مَراتٍ – بِحَسْبِ امرىء مِن الشَّرأَن يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسلِمَ، كُلُّ المُسِلمِ عَلَى المُسلِمِ حَرَام دَمُهُ وَمَالُه وَعِرضُه

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah dia menzaliminya, menelantarkannya, membohonginya, dan merendahkannya. Taqwa itu di sini –Beliau menunjuk ke dadanya tiga kali– cukuplah seorang disebut berbuat buruk dengan dia merendahkan saudaranya, setiap muslim atas muslim lainnya adalah haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim)

Kita pun menghadapi hambatan fisik dalam menciptakan kembali persatuan yang dibutuhkan. Rasa persatuan yang kuat bersumber dari suatu entitas yang menegaskan konsep Islam yang benar; entitas tersebut adalah khilafah, yang belum kita miliki pada zaman ini. Persatuan tidak hanya muncul melalui berpuasa pada hari yang sama, melaksanakan haji pada hari yang sama, atau bahkan merayakan Idul Fitri pada hari yang sama di seluruh dunia –hal demikian masih relatif ringan dibandingkan problem yang jauh lebih besar dan paling krusial yakni entitas negara yang kita perlukan. Khilafah ini akan menjadi entitas negara yang secara praktis menciptakan persatuan berdasarkan Islam dan ajaran Islam menyangkut pemerintahan dan kehidupan sehari-hari.

Keenam, Pembebasan dari Hegemoni Kapitalisme

Mari lihat Mesir di tahun 2011-2012 sebagai contoh. Analisis kritis terhadap infrastruktur sosial-ekonomi dan politik Mesir membuatnya cukup jelas, bahwa masalah nyata yang mendasari krisis ekonomi Mesir bukanlah masalah kecil, tetapi lebih disebabkan masalah struktural sistematis baik pada tingkat internal maupun eksternal. Secara internal, sistem ini didasarkan pada mekanisme kapitalisme yang secara terus-menerus menghasilkan kemiskinan, di mana SCAF (Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata) sangat terjerat hal itu. Secara eksternal, Mesir merupakan bagian sistem kapitalis global dan sangat bergantung pada lembaga kapitalis internasional seperti IMF dan Bank Dunia, yang dibenarkan melalui proses liberalisasi ekonomi. Menariknya, mereka yang menolak seruan perubahan struktural sebagai sesuatu yang radikal tampaknya mengabaikan fakta bahwa transformasi struktural merupakan bagian intrinsik jalur liberalisasi yang dipaksakan pada Mesir oleh inti kapitalis dan perubahan struktural yang muncul dari globalisasi.

Karena itu, perubahan hakiki tidak dapat terjadi melalui perubahan bertahap dalam sistem kapitalis tetapi hanya dapat terjadi melalui penghapusan total ketergantungan kapitalis di Mesir itu sendiri. Seseorang bisa dengan mudah menunjukkan pengalaman historis demokrasi sosial –pada dasarnya program sosialis yang telah meninggalkan metode revolusioner Leninisme dan berusaha mengubah kapitalisme dari dalam– untuk memahami kesalahan pendekatan ini. Lebih dari satu dekade kemudian, mereka tidak banyak mengubah sistem kapitalis di mana pun di dunia ini. Memang, periode pertumbuhan ekonomi jangka pendek dapat dihasilkan –sesuatu yang bahkan bisa dicapai Mubarak dan untuk itu Erdogan menerima banyak pujian yang sebetulnya tidak layak. Namun, proyek jangka panjang gagal menangani akar masalah karena mereka tidak sadar masalahnya ada pada sistem itu sendiri. Kegagalan yang tak terelakkan almarhum Presiden Morsi untuk mewujudkan perubahan ekonomi yang substansial hanya akan menjadi bumerang bagi kebangkitan Islam karena kini banyak yang mengharapkan perubahan radikal.

Ketujuh, Harmoni Antara Manusia dan Alam Semesta

Segala sesuatu di dunia yang sementara dan relatif ini tunduk kepada Allah swt secara alami, kecuali manusia. Karena manusia diberi pilihan dan akal yang bisa membedakan kebenaran dari kebatilan. Sementara alam semesta tunduk pada “hukum alam”, manusia wajib tunduk pada hukum yang diwahyukan, yaitu syariah. Implimentasi syariah mewakili manifestasi kehendak mutlak Allah swt dalam kehidupan duniawi kita dan integrasi keberagaman dunia ini ke dalam kesatuan tauhid.

Tidaklah logis mengklaim seseorang bisa menerapkan hukum Islam dalam kerangka institusi non-Islam. Demikian pula, bagaimana mungkin seseorang mengklaim menerapkan undang-undang liberal dalam kerangka sosialis satu partai tunggal atau politik ekonomi sosialis dalam kerangka kapitalis?

Negara khilafah telah menyiapkan kerangka institusional dan prosedural bagi umat Islam agar syariah bisa diterapkan secara efektif dan efisien. Adapun selain kerangka tersebut, pasti mengarah pada kesalahan atau kegagalan; tak perlu melihat terlalu jauh ke negara lain, cukup kita berkaca kepada negara Saudi, Turki, Iran, dan Mesir untuk model “pemerintahan Islam” yang gagal.

Kedelapan, Mengembalikan Sunnah yang Agung

Sesuai konsensus dalam ajaran Islam, sesuatu yang memfasilitasi kewajiban maka sesuatu itu menjadi wajib pula. Karena hidup di bawah hukum Islam adalah fardhu bagi kaum muslimin, maka amal untuk mengembalikan khilafah juga menjadi fardhu. Adakah sunnah yang lebih besar untuk dihidupkan kembali selain mendirikan negara bagi umat muslim yang akan menerapkan Islam, serta memungkinkan muslim dan non-muslim menyaksikan keadilan dan kedamaian sejati Islam?

Sekularisasi ajaran Islam dan kesalahpahaman sebagian umat telah berdampak mendistorsi sunnah –metodologi Nabi saw, yang dibatasi hanya sebatas serangkaian penampilan fisik dan ritual. Namun, hanya sedikit yang memahami sunnah sebagai jalan pembebasan– pembebasan manusia dari struktur kekuasaan yang melampaui batas dan pendirian negara berdasarkan kedaulatan Allah swt.

Kesembilan, Institusi Keadilan

Banyak yang mengatakan ajaran Islam adalah kedamaian dan keadilan, tetapi kita belum melihat realitas kedamaian atau keadilan tersebut di negeri kaum muslimin. Ini artinya agar Islam dapat menegakkan keadilannya, Islam perlu diterapkan, dan Islam yang bersifat teoretis tidak akan cukup. Ajaran Islam tidak mirip sama sekali dengan karakteristik ajaran Budha, karena ajaran Islam tidak hanya fokus mengurusi individual belaka namun juga mengurusi masyarakat; jadi meskipun seorang individu itu sangat shalih kehidupan pribadinya, dia tetap tidak akan memperoleh ampunan karena dia tidak mencoba menyebarkan pengaruh kebaikannya kepada masyarakat yang lebih luas. Dalam kisah kita menemukan contoh, dahulu ada ahli ibadah yang pertama kali mendapatkan siksa dari Allah swt, padahal merupakan sosok ahli ibadah yang hebat. Dia memperoleh sisksaan karena tidak peduli masyarakat di sekitarnya dan membiarkannya dalam fitnah dan kerusakan.

Berikut ini ada contoh kisah non-muslim, yang memohon agar Islam memerintah mereka dengan keadilannya. Suatu saat, kaum muslimin –atas perintah Abu Ubaidah– harus mundur sementara dari Homs yang berada dalam kendali Byzantium, lalu umat Islam mengembalikan jizyah yang diterima sebelumnya dari ahlu dzimmah karena mereka tidak bisa lagi melindungi para penduduk Homs. Mendengar hal tersebut, penduduk non-muslim Homs menyampaikan pernyataan berikut:

“Semoga Allah mengembalikan kalian kepada kami. Semoga Allah menolong kalian atas mereka. Dan semoga Allah mengutuk Bizantium yang dulu menjajah kami. Demi Allah, mereka tidak akan mengembalikan apa pun kepada kami, malah mereka akan menyita dan mengambil apa pun yang mereka bisa dari kekayaan kami. Pemerintahan dan keadilan kalian lebih kami hargai daripada penindasan yang dulu kami derita.”

Kita hidup di dunia yang tidak seimbang antara kebaikan dan kejahatan, sehingga kejahatan lebih mendominasi dan malah dianggap normal, sementara kebaikan hanya tinggal teori. Khilafah telah dan akan menjalankan peran membasmi kejahatan demi melindungi muslim dan non-muslim, mereka yang tertindas dan yang terjajah, dan khilafah juga akan secara aktif menghilangkan kejahatan di mana pun dan kepada siapa pun ia menimpa.

Kesepuluh, Pembebasan Politik dari Sykes-Picot

Fakta sejarah menunjukkan pemecahbelahan wilayah kaum muslimin hanya bisa dicapai pasca kehancuran khilafah. Ketika Sultan Abdul Hamid II diminta menyerahkan Palestina kepada Zionis dengan imbalan sejumlah besar uang, respon sang khalifah adalah sebagai berikut:

“Nasihati Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah Palestina ini, karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat kekhilafahan Turki Usmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”

Lebih lanjut, Menteri Koloni Inggris, Gladstone, dengan pernyataanya yang kontroversi di Gedung Parlemen sambil memegang al-Qur’an, berkata: “Kami tidak dapat menguasai umat muslim selama al-Qur’an ini tetap ada di tangan mereka; kami harus melakukan segala kemungkinan untuk menghilangkan al-Qur’an dari umat muslim, atau mengasingkan mereka dari al-Qur’an.”

Pernyataan khalifah terakhir tersebut, sayangnya menjadi kenyataan sesuai rencana jahat Gladstone, dan dengan runtuhnya khilafah ustmani maka bukan hanya tanah Palestina yang dipisahkan namun juga “tubuh” kaum muslim keseluruhan yang asalnya satu umat. Sangat tragis, khilafah yang runtuh diganti dengan agenda kejam kolonial yang diwujudkan melalui Sykes-Picot. Hari ini kita menyaksikan bukan hanya tanah umat yang dijual, tetapi juga nilai kehidupan seorang muslim pun dijual oleh mereka yang bergelar “pemimpin muslim”. Namun sejatinya, umat Islam masih mampu merasakan penderitaan “tubuh global” dan setiap panah musuh yang menembus tanah Kashmir, Palestina, Irak, Afghanistan, Rohingya, Uighur; seluruh tubuh merasakan sakit tetapi sayangnya merasa tidak berdaya ketika harus meringankan rasa sakit itu melalui perubahan hakiki dan radikal.

Dengan demikian, fakta sederhana yang bisa dipahami, bahwa makar jahat Sykes-Picot dan keruntuhan khilafah itulah yang menimbulkan penindasan yang menimpa umat Islam saat ini. Dan hanya dengan meneggakkan kembali khilafah sebagai perisai pemersatu umat Islam, maka segala macam kolonialisme dan penindasan di seluruh dunia Islam akan bisa diatasi dan bahkan dihapuskan.

(Sumber artikel: “10 Reason Why the Muslim Ummah Needs the Khilafah” by Farah Abdul Khaliq. Alih bahasa: Yan S. Prasetiadi)

COMMENTS

Name

afkar,5,agama bahai,1,Agraria,2,ahok,2,Analysis,52,aqidah,9,artikel,13,bedah buku,2,bencana,23,berita,49,berita terkini,228,Breaking News,8,Buletin al-Islam,13,Buletin kaffah,54,catatan,5,cek fakta,2,Corona,122,curang,1,Dakwah,42,demokrasi,52,Dunia Islam,2,Editorial,4,Ekonomi,194,fikrah,7,Fiqih,16,fokus,3,Geopolitik,11,gerakan,5,Hukum,93,ibroh,17,Ideologi,71,Indonesia,1,info HTI,10,informasi,1,inspirasi,32,Internasional,3,islam,192,Kapitalisme,23,keamanan,8,keluarga,52,Keluarga Ideologis,2,kesehatan,85,ketahanan,2,khi,1,Khilafah,291,khutbah jum'at,3,Kitab,3,klarifikasi,4,Komentar,76,komunisme,2,konspirasi,1,kontra opini,28,korupsi,40,Kriminal,1,Legal Opini,17,liberal,2,lockdown,24,luar negeri,51,mahasiswa,3,Medsos,5,migas,1,militer,1,Motivasi,3,muhasabah,17,Musibah,4,Muslimah,90,Nafsiyah,9,Naratif Reflektif,1,Nasihat,9,Nasional,2,Nasjo,12,ngaji,1,Opini,3597,opini islam,88,Opini Netizen,1,Opini Tokoh,102,ormas,4,Otomotif,1,Pandemi,4,parenting,5,Pemberdayaan,1,pemikiran,20,Pendidikan,114,Peradaban,1,Peristiwa,15,pertahanan,1,pertanian,2,politik,325,Politik Islam,14,Politik khilafah,1,propaganda,5,Ramadhan,5,Redaksi,3,remaja,14,Renungan,5,Review Buku,5,rohingya,1,Sains,3,santai sejenak,2,sejarah,70,Sekularisme,5,Sepiritual,1,skandal,3,Sorotan,1,sosial,67,Sosok,1,Surat Pembaca,1,syarah hadits,8,Syarah Kitab,1,Syari'ah,47,Tadabbur al-Qur’an,1,tahun baru,2,Tarikh,2,Tekhnologi,2,Teladan,7,timur tengah,32,tokoh,49,Tren Opini Channel,3,tsaqofah,8,tulisan,5,ulama,5,Ultimatum,7,video,1,
ltr
item
Tren Opini: Sepuluh Alasan Logis Urgensi Khilafah
Sepuluh Alasan Logis Urgensi Khilafah
urgensi khilafah
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2hOuvZAhBtwDdzCX4xsDxkpjOSyLpyNMNDSJmCCEuytdGrs1rWXZchOlRQwgup5uaXjmMyIHvTIy2YmXvIby2O0Y70l5QXx_z_yeNjqd3w9KFPFCqIMw4AzkDXP-x0Zjkk0VkuQVXMvWRDfWDjvg7ql99GsJfrC8MWr5eO9GFTK6rV-8eZ0xpC5Cbck4/s16000/Picsart_25-01-12_09-17-13-153.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2hOuvZAhBtwDdzCX4xsDxkpjOSyLpyNMNDSJmCCEuytdGrs1rWXZchOlRQwgup5uaXjmMyIHvTIy2YmXvIby2O0Y70l5QXx_z_yeNjqd3w9KFPFCqIMw4AzkDXP-x0Zjkk0VkuQVXMvWRDfWDjvg7ql99GsJfrC8MWr5eO9GFTK6rV-8eZ0xpC5Cbck4/s72-c/Picsart_25-01-12_09-17-13-153.jpg
Tren Opini
https://www.trenopini.com/2025/01/sepuluh-alasan-logis-urgensi-khilafah.html
https://www.trenopini.com/
https://www.trenopini.com/
https://www.trenopini.com/2025/01/sepuluh-alasan-logis-urgensi-khilafah.html
true
6964008929711366424
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share. STEP 2: Click the link you shared to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy