Konflik suriah
Konflik Suriah: Dinamika Oposisi dan Kepentingan Internasional
Dunia dikejutkan oleh kemajuan pesat kelompok oposisi di Suriah. Gerakan mereka meningkat signifikan dalam waktu singkat. Dimulai pada 27 November, kelompok ini berhasil menguasai Aleppo dan meruntuhkan kekuasaan Assad pada 8 Desember.
Kejatuhan cepat Angkatan Darat Suriah menjadi sorotan. Pasukan keamanan Suriah dihancurkan, sementara Aleppo jatuh dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini mengonfirmasi kerentanan besar yang dialami pemerintah Suriah selama setahun terakhir.
Kerentanan ini mencerminkan bahwa sumber daya utama pemerintahan Assad, yaitu Iran dan Rusia, tidak lagi memprioritaskan dukungannya. Iran melalui Hizbullah sedang sibuk menghadapi Israel, sementara Rusia fokus pada perang di Ukraina.
Peran HTS dalam Gerakan Oposisi
Kelompok oposisi yang berhasil menggulingkan rezim Assad terdiri dari berbagai faksi, baik Islamis maupun nasionalis. Namun, penggerak utama kesuksesan tersebut adalah Hay'at Tahrir al-Sham (HTS). HTS tampil sebagai garda terdepan dengan kemampuan tempur dan kematangan organisatori yang dominan.
HTS, sebelumnya dikenal sebagai Front al-Nusrah, dibentuk oleh ISIS pada 2012 dan kemudian terafiliasi dengan Al-Qaeda. Pada 2017, kelompok ini dipimpin oleh Al-Julani yang mengumumkan pemisahan diri dari Al-Qaeda.
Campur Tangan Internasional
Peran Amerika Serikat, Israel, dan Turki dalam konflik ini menjadi sangat menonjol. Amerika menggunakan HTS sebagai aset untuk melawan dominasi Rusia dan Iran di Suriah. Turki, di sisi lain, mendukung HTS untuk melindungi wilayah perbatasannya dari ancaman Kurdi.
Sejak 2017, Turki memasuki Idlib dengan dukungan HTS untuk menegakkan gencatan senjata sebagai bagian dari Proses Astana. Ini juga menjadi upaya mempertahankan benteng oposisi terakhir di Suriah.
Masa Depan Politik Suriah
Jatuhnya rezim Assad memutus jalur mobilisasi Iran ke Hizbullah di Lebanon dan Palestina. Hal ini menguntungkan Amerika dan Israel, tetapi juga membuka kekosongan kekuasaan di Suriah. Proses transisi kekuasaan yang sensitif dapat menciptakan lanskap politik yang terpecah-pecah dan sulit dikendalikan.
Dengan campuran kepentingan regional dan internasional, situasi Suriah masih sangat sulit diprediksi. Konflik ini tidak hanya mencerminkan perjuangan oposisi melawan rezim Assad, tetapi juga dinamika kepentingan geopolitik yang kompleks.
Penutup
Akhirnya, apa yang terjadi dan sedang terjadi di Suriah hari ini, dengan darah yang tumpah, rumah yang hancur, dan keluarga yang tercerai-berai, adalah hal yang sangat menyedihkan, terutama karena itu dilakukan untuk menemukan solusi politik dan fase baru yang tidak terlalu jauh dari sistem-sistem sekuler yang ada di negara-negara Muslim, setelah para penjajah kafir dan agen-agen mereka berhasil menggulingkan sistem pemerintahan Islam (Khilafah) seratus tahun yang lalu.
Namun demikian, umat ini akan kembali menjadi mulia seperti sebelumnya, dan khilafah yang adil akan kembali datang dengan izin Allah. Namun, ketentuan Allah menghendaki bahwa malaikat tidak turun dari langit untuk mendirikan khilafah bagi kita sementara kita duduk diam, melainkan melalui tangan orang-orang yang beriman kepada Tuhan mereka dan diberi petunjuk.
Kita tidak kekurangan orang-orang seperti itu, baik dari kalangan tentara maupun oposisi, meskipun jumlah mereka sedikit. Dan bagi mereka yang berjuang, kami serukan untuk berusaha keras menggagalkan solusi-solusi politik sekuler yang rusak yang diinginkan oleh para penjajah kafir dan agen-agen mereka, agar pengorbanan mereka tidak sia-sia dan menjadi kenangan belaka.
Dan semoga Allah menolong orang-orang yang berjuang untuk mendirikan hukum Islam, Khilafah yang adil, sehingga mereka mendapat pahala besar dan kemenangan yang agung. Dan mereka akan menjadi orang-orang yang layak mendapatkan kabar gembira: "Pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat, dan beri kabar gembira kepada orang-orang yang beriman."
COMMENTS