Impor dalam islam
Impor Susu Dalam Perspektif Kapitalisme vs Islam
Oleh: Ummu Fillah
Puluhan peternak sapi perah di Kabupaten Boyolali menghadapi situasi sulit. Mereka terpaksa membuang susu hasil perahannya akibat kebijakan industri pengolahan susu (IPS) yang membatasi kuota penerimaan susu. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang membuka keran impor susu. Sebagian dari susu yang tidak terserap bahkan dibagikan secara cuma-cuma kepada warga di Simpang Lima Boyolali, dengan total lebih dari 500 liter, untuk menghindari pembusukan.
Ironisnya, susu yang merupakan bagian dari empat sehat lima sempurna kini sulit terserap pasar, meskipun kebutuhan masyarakat terhadap susu tetap tinggi. Di sisi lain, peternak lokal menghadapi kerugian besar karena tak tahu ke mana harus menjual hasil produksinya.
Bapak Sugiono, Ketua Koperasi Peternakan dan Susu Merapi (KSPM), menjelaskan bahwa fenomena ini tidak hanya terjadi di Boyolali, tetapi juga di daerah lain seperti Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. “Pembatasan ini adalah imbas dari kebijakan impor susu yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan,” ungkapnya. Dalam dua pekan terakhir, sekitar 33 ribu liter susu terbuang sia-sia, menimbulkan kerugian besar bagi peternak lokal.
Mengapa Impor Tetap Dilakukan?
Kebijakan impor sering dianggap lebih menguntungkan secara ekonomi. Susu impor biasanya dihargai lebih murah karena produsen dari negara lain mampu memproduksi secara besar-besaran dengan biaya rendah, sering kali berkat subsidi dari pemerintah mereka. Namun, hal ini berdampak negatif pada peternak lokal yang harus bersaing dengan harga tersebut.
Pembukaan keran impor ini menunjukkan dua pendekatan yang berbeda dalam ekonomi, yaitu sistem kapitalisme yang dominan saat ini dan sistem ekonomi Islam yang menawarkan solusi berbeda.
Pandangan Sistem Ekonomi Kapitalisme
Dalam kapitalisme, kebijakan seperti impor susu diambil berdasarkan prinsip efisiensi pasar dan keuntungan maksimum. Beberapa karakteristik utama kapitalisme dalam konteks ini:
- Profit-Oriented: Kebijakan impor dilakukan karena dapat menekan biaya produksi dan memberikan keuntungan lebih besar, baik bagi industri pengolahan susu maupun pemerintah melalui peningkatan daya saing harga di pasar domestik.
- Persaingan Bebas: Kapitalisme mendorong persaingan tanpa banyak intervensi negara. Peternak lokal harus bersaing dengan susu impor yang sering kali lebih murah.
- Minim Proteksi untuk Produsen Lokal: Fokus kapitalisme adalah mekanisme pasar, sehingga pemerintah jarang memberikan perlindungan kepada produsen dalam negeri jika dinilai kurang kompetitif.
Dampaknya, meskipun konsumen mendapatkan harga susu yang lebih murah, sektor peternakan lokal mengalami kerugian besar, kehilangan pasar, dan menjadi tidak berdaya menghadapi persaingan global.
Pandangan Sistem Ekonomi Islam
Berbeda dengan kapitalisme, sistem ekonomi Islam mendasarkan kebijakan pada kemaslahatan umat. Semua keputusan ekonomi diambil untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan kesejahteraan produsen lokal. Berikut adalah prinsip-prinsip utama ekonomi Islam:
- Kesejahteraan Kolektif: Pemimpin bertanggung jawab memastikan kebutuhan masyarakat terpenuhi tanpa mengorbankan kesejahteraan produsen lokal.
- Proteksi Produsen Lokal: Dalam Islam, kebijakan impor hanya dilakukan jika produksi dalam negeri tidak mencukupi. Jika produksi lokal sudah mencukupi, impor dilarang untuk melindungi peternak dari kerugian.
- Keadilan Distribusi: Islam memastikan distribusi kekayaan yang adil, baik untuk konsumen maupun produsen, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
Dalam konteks impor susu, Islam hanya akan membuka keran impor jika kebutuhan nasional tidak tercukupi. Selain itu, pemerintah juga berkewajiban memberikan dukungan kepada peternak lokal, seperti akses teknologi, subsidi, atau pasar yang stabil, sehingga mereka tetap kompetitif.
Solusi dalam Perspektif Islam
Jika kebijakan ekonomi mengikuti sistem Islam, peternak susu lokal tidak akan dirugikan. Pemerintah akan memprioritaskan produksi dalam negeri dan hanya mengimpor jika benar-benar dibutuhkan. Langkah ini akan menjaga stabilitas ekonomi lokal, mengurangi ketergantungan pada produk asing, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh masyarakat.
Berbeda dengan kapitalisme yang mengutamakan keuntungan jangka pendek, sistem Islam menitikberatkan pada keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan keberlangsungan usaha para produsen lokal. Dengan kebijakan yang berbasis pada keadilan dan kemaslahatan, sektor peternakan lokal akan mampu bertahan dan berkembang, sehingga kebutuhan susu nasional dapat terpenuhi tanpa harus bergantung pada impor.
Allahu a'lam bish-shawab.
COMMENTS