Debat Capres palestina
Oleh: Eva Arlini (Blogger Medan)
Debat Pilpres 2024 telah memasuki putaran ketiga. Tema debat kali ini memiliki sisi menariknya sendiri, yakni berkaitan dengan pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik dan politik luar negeri. Banyak hal yang bisa dikritisi dari pemaparan ketiga capres dalam debat tersebut.
Salah satunya tentang pandangan capres terkait pertahanan negara. Banyak netizen yang merasa kecewa dengan ucapan capres nomor urut 2, Bapak Prabowo. Saat itu penampilan beliau memang penuh hujan kritik. Beliau menjadikan Gaza sebagai contoh negara lemah militernya. Sehingga kata beliau, kalau mau menjadi negara kuat, maka harus kuat militernya.
Gaza sampai hari ini masih terus digempur oleh Israel. Hampir seluruh Gaza rata dengan tanah. Lebih dari dua puluh ribu warga Gaza syahid akibat serangan tentara Israel di Gaza. Berbagai video di media sosial menunjukkan tangisan bayi - bayi yang kehilangan seluruh keluarganya. Menyinggung kondisi Gaza dengan ucapan seperti yang Pak Prabowo sampaikan, setidaknya mengindikasikan beberapa hal.
Pertama, empati beliau terhadap saudara seimannya yang menjadi penduduk Palestina sangatlah minim. Seolah korban yang berjatuhan disana hanyalah angka-angka. Seolah beliau sebagai muslim tak memiliki ikatan apa apa dengan muslim disana. Jangankan seorang muslim, non muslim saja merasakan derita Palestina karena rasa kemanusiaan di hati mereka. Apa ambisi kekuasaan telah mematikan nurani si calon penguasa.
Jadi teringat dengan pertemuan Menteri Pertahanan, Bapak Prabowo dengan Penasehat Keamanan Nasional Israel, Eyal Hulata yang dipublikasikan oleh Jerusalem Post. (politik.rnol.id/06/11/23).
Disitu judul besarnya setelah diterjemahkan artinya Bagaimana pertanian membuat Menteri Pertahanan Indonesia membicarakan normalisasi dengan Israel.
Apakah karena hubungan baiknya dengan negara tersebut, empati beliau terhadap Gaza menjadi rendah?
Kedua, membandingkan Gaza dengan Indonesia tidaklah relevan. Sejak awal, status Palestina sebagai negara yang tak sepenuhnya berdaulat, tentu tidak sama dengan Indonesia. Palestina adalah negara terjajah yang tidak diberi peluang membangun kekuatan pertahanan negaranya.
Palestina tidak memiliki tentara resmi negara seperti Indonesia. Kekuatan Gaza dengan statusnya wajar tak seimbang dengan negara yang berdaulat seperti Indonesia. Seharusnya ada rasa malu ketika menyebut Gaza sebagai pihak yang lemah. Seolah Pak Prabowo tidak memahami apa yang yang dipahami oleh warga dunia, yakni penjajahan yang dilakukan Israel.
Ketiga, Gaza tidak benar benar lemah. Kita patut mengapresiasi warga Palestina. Meski wilayah mereka dijajah, namun mereka tak tinggal diam. Lewat tangan - tangan ulama salih disana, lahirlah para pemuda pejuang pembebasan tanah Palestina. Pejuang yang paling terkenal disana adalah Hamas. Banyak informasi yang beredar di media menyatakan bahwa tentara Israel kewalahan menghadapi para pejuang Palestina. Padahal kekuatan militer keduanya tentu tak berimbang. Tentara Israel dilengkapi sarana militer canggih. Bahkan persenjataan canggih itu didukung negara super power seperti Amerika.
Namun hingga kini para pejuang Palestina tidak mampu dikalahkan sepenuhnya oleh tentara Israel. Justru yang kelihatan adalah sikap pengecut tentara Israel yang membantai habis warga sipil serta menghancurkan berbagai fasilitas publik disana. Prestasi tentara Israel adalah prestasi buruk. Sebaliknya para pejuang Palestina semakin harum namanya. Mereka menunjukkan kegigihan dan semangat jihad yang luar biasa. Akhlak mereka juga baik, karena memperlakukan para tawanan perang dari musuh secara manusiawi. Salah satu pengakuan datang dari seorang tawanan Hamas yang dibebaskan bernama Mia Schem. Mia mengku diperlakukan Hamas secara layak. (Metrotv.com/02/12/23)
Keempat, negara - negara lain yang lemah bukan Gaza. Sikap diam terhadap penjajahan adalah kelemahan. Sebaliknya perlawanan terhadap penjajahan adalah kekuatan. Siapa yang berani melawan penjajah Israel?
Jawabnya para pejuang Palestina. Sementara apa yang dilakukan negara - negara di dunia khususnya negeri - negeri muslim termasuk Indonesia dalam merespon penjajahan Israel di Palestina?
Bukan melakukan perlawanan, hanya mengecam bahkan parahnya sebagian mereka menjalin hubungan baik dengan penjajah tersebut. Tentara milik negara - negara di dunia mandul, tak mempunyai nyali melawan penjajahan. Tentara yang berjumlah banyak dan sarana perang yang komplit sama sekali tak berguna. Seharusnya negeri - negeri muslim mencontoh keberanian Palestina. Penduduk Palestina merdeka secara pemikiran. Mereka memiliki keimanan dan semangat jihad dalam melawan penjajahan. Sementara negeri - negeri muslim faktanya terjajah secara pemikiran, sehingga diam terhadap penjajahan.
Alhasil, hendaknya para kandidat capres berhati - hati mengeluarkan pernyataan. Jangan sampai debat capres yang dilakukan bukan membuat netizen mampu menentukan pilihan, justru semakin yakin bahwa tidak ada yang meyakinkan untuk dipilih. Wallahu a'lam bishawab.
COMMENTS