Bisnis Kekuasaan
Menko Marves LBP harap investasi Xinyi China tidak lepas karena konflik Rempang (Antara, Selasa, 19 September 2023).
Saya pikir kita pun demikian.
Sebab kita bukan masyarakat antikemajuan, antipembangunan, yang berpikir picik bin nasionalisme sempit.
Bedanya dengan sang menteri, kita nihil dugaan kepentingan bisnis pribadi/kelompok dalam proyek itu.
Riset Harian Kontan (19/9/2023) mencatat terdapat sejumlah korporasi dan investor di Pulau Batam.
PT Makmur Elok Graha (MEG), anak usaha Grup Artha Graha milik Tomy Winata telah kita bahas dalam status sebelumnya, terutama hubungannya dengan korporasi pemain besar kaca dunia Xinyi Glass Holdings Ltd.
https://www.facebook.com/1311891821/posts/10233302310242398/?mibextid=cr9u03
Kali ini kita soroti tiga entitas: 1) Grup Medco Energi Internasional (MEDC) milik (alm) Arifin Panigoro; 2) Grup Adaro Energy Indonesia (ADRO) milik Garibald Thohir---kakak Menteri BUMN Erick Thohir; 3) Grup TBS Energi Utama (TOBA) yang ditulis Kontan sebagai "ada Luhut Binsar Pandjaitan lewat PT Toba Sejahtra." (mungkin semacam dugaan terdapat afiliasi).
Untuk diketahui, di dalam MEDC tak hanya ada keluarga Panigoro tetapi juga konglomerat Anthony Salim, yang pegang saham MEDC lewat entitas bernama Diamond Bridge Pte. Limited. Selain itu, konsorsium Medco Power dan Gallant Venture milik Grup Salim berencana mengekspor listrik dengan kapasitas 600 MW dari Pulau Bulan (Batam). (Bisnis Indonesia, 9 September 2023).
Dengan demikian, ucapan Menko Marves di atas sangat patut kita pertanyakan balik.
Semanis apapun janji/narasi, sulit untuk dipercaya jika ia adalah bagian dari pemerintah sekaligus diduga terafiliasi kepentingan bisnis di proyek Batam.
Terang saja dia tak mau Xinyi hengkang!
Mudahnya: konflik kepentingan.
Model semacam itu bukan hanya terjadi sekarang dalam kasus Rempang.
Anda boleh cek status saya terdahulu bagaimana perusahaan yang diduga terafiliasi dengan menteri itu ada dalam pusaran bisnis PCR; perusahaan milik kakak Menteri BUMN disuntik investasi Rp6,4 triliun oleh Telkomsel (anak usaha Telkom), kawasan industri hijau IKN dibangun di atas lahan milik kakak Menteri BUMN, anak perusahaan BUMN Pupuk Indonesia berbisnis dengan perusahaan kakak Menteri BUMN seperti bisa Anda lihat dalam kasus Rekind, dsb.
***
Kasarnya adalah persoalan bagi-bagi duit di antara sedikit pemain tapi bungkusnya kepentingan strategis nasional.
Konsolidasi kepentingan-kepentingan bisnis sedikit pihak itulah yang memaksa rakyat kecil tersingkir dari tanah kelahirannya sendiri, sementara Negara justru berpaling dari rakyatnya yang tersingkir itu!
Saya tidak antiinvestasi tapi saya menentang praktik bisnis korup yang merugikan masyarakat banyak.
Saya benci sekali para penyelenggara negara munafik yang mengambil keuntungan pribadi/kelompok di balik mulut manis jargon investasi untuk menyejahterakan rakyat!
Dalam hal ini, layak jika masyarakat menuntut pertanggungjawaban menyangkut KREDIBILITAS, INTEGRITAS, dan TRANSPARANSI di balik gencarnya pemerintahan Jokowi selama ini berkoar-koar tentang investasi asing.
***
Beginilah kisahnya bagaimana Xinyi menjadi gula yang diserbu semut-semut pemerintahan.
Xinyi Glass Holdings Limited adalah perusahaan terbuka yang listing di Bursa Hongkong.
Kenapa dia mau bangun pabrik di Indonesia? "... membuka akses ke market baru, biaya buruh murah, biaya bahan baku murah, biaya produksi dan energi murah, serta pajak dan insentif yang lebih menguntungkan." (Laporan tahunan 2022 Audited).
Xinyi sudah bangun pabrik silika pertamanya di Beihai pada 2020 dan Rempang adalah rencana berikutnya untuk makin mendekatkan diri dengan sumber bahan baku untuk bikin produk kaca lembaran (float glass), kaca mobil, dll.
Tahun lalu, profit Xinyi drop sampai 55,6%. Penyebabnya terutama tingginya biaya produksi akibat kenaikan biaya bahan baku, rendahnya rata-rata penjualan, dan perubahan kebijakan.
Oleh karena itu, Xinyi mau lebih efisien dalam hal pembiayaan bahan baku, salah satunya dengan memiliki dan mengoperasikan tambang pasir.
Xinyi juga mau concern terhadap trend energi hijau dan melihat bahwa energi terbarukan yang paling efisien dan reliable adalah tenaga surya (PLTS) dibandingkan dengan tenaga hidro, nuklir, atau angin.
Kenapa dia concern sama energi hijau salah satunya karena dia mendapat sumber pendanaan yang cukup signifikan dari fasilitas pinjaman hijau (green loans) dari sejumlah bank/lembaga keuangan prinsipalnya di Hongkong dan China.
Per 31 Desember 2022 besarnya 3.281,4 juta dolar Hongkong (sekitar Rp6,4 triliun).
Kondisi keuangan Xinyi cukup solid. Rasio utangnya bagus. Kas dan setara kasnya Rp16 triliun. Total asetnya Rp102 triliun (31 Des 2022).
Untuk belanja modal bikin pabrik di China, Malaysia, dan Indonesia, tahun 2021, Xinyi sudah keluar total Rp7,9 triliun dan tahun 2022 Rp5,1 triliun.
Hitungan yang kerap dikoar-koarkan pemerintah bahwa nilai investasi Xinyi di Indonesia mencapai US$11,5 miliar (sekitar Rp175 triliun) adalah estimasi nilai ekonomi sampai 80 tahun ke depan sesuai dengan masa konsesi yang dipegang MEG.
***
Sebelumnya saya bilang, kenapa Rempang ramai sekarang karena ada gula Xinyi dan MEG harus memperpanjang izin konsesi yang habis pada 26 Agustus 2024 (dihitung dari sejak konsesi diberikan pada 2004).
Biaya perpanjangan adalah sesuai uang wajib tahunan (UWT), yang untuk lahan 16.583 hektare di Rempang ditetapkan sesuai peruntukan. Misal jika peruntukan jasa dan perdagangan Rp77.700/m2 maka total yang harus dibayar Rp12,8 triliun.
Kalau tidak diperpanjang berabe, bisa dianggap tanah telantar atau dialihkan ke pihak lain.
Itulah kenapa MEG bawa investor.
Meskipun bayar UWT-nya untuk 16.583 hektare tapi sifatnya itu gelondongan. Yang dipakai paling 25% seperti kata TW di Tempo.
Artinya sekitar 4.145 hektare yang akan dibagi-bagi nantinya untuk pabrik, perumahan, pariwisata, dll.
Di sisi lain, masih di Batam juga, ada bisnis PLTS yang digarap ADRO, MEDC, dan TOBA.
Nama konsorsiumnya Inspira (Indonesian Solar Panel Industry and Renewable Alliance).
Bisnis PLTS sejalan dengan rencana bisnis Xinyi.
Masuk itu barang!
Kesimpulannya adalah bisnis yang paling indah adalah bisnis kekuasaan.
Itulah mengapa di negara-negara beradab, diatur ketat bahwa pejabat tak boleh memiliki konflik kepentingan.
Beda dengan di sini!
Tidak tahu malu!
Beberapa waktu lalu, ADRO dapat pinjaman mencapai Rp25,4 triliun dari sindikasi perbankan yang tiga di antaranya adalah bank BUMN (BNI, BRI, Mandiri) untuk pembiayaan PLTU berbasis batubara yang kerap dicibir sebagai energi kotor.
https://www.facebook.com/1311891821/posts/10232748501637529/
Nanti di PLTS bisa jadi dia pindah narasi jadi pembiayaan energi bersih untuk dapat pinjaman dari bank BUMN lagi.
Kanan-kiri oke.
Kotor-bersih masuk.
Bermuka dua.
Jangan macam-macam.
Ini perusahaan kakak Menteri BUMN, lho.
Adiknya cawapres kuat.
Kesayangan lurah.
Salam keberlanjutan.
COMMENTS