Problem kehidupan
Oleh : Endang Mustikasari
Negeriku yang kucinta.
Dambaan hatiku.
Tempat ayah bunda dan handai taulanku.
Negeri seribu pulau.
Diapit oleh laut dan daratan.
Terbujur garis khatulistiwa kian menambah hasanah betapa suburnya negeriku.
Tanam jagung tumbuh jagung.
Tanam karet tumbuh karet.
Tanam lada tumbuh lada.
Tanam padi tumbuh padi.
Gemah ripah loh jinawi.
Tak ada yang tak tumbuh ketika benih disemai. Palawija, rempah - rempah tumbuh subur.
Batang di tancapkan pohonpun menjulang.
Itulah negeriku.
Bebatuan tak kalah menambah tekstur bumi yang kian menua. Gunung berapi, pasir, tanah yang beraneka warna. Semakin memperkaya tambang mineral di dalamnya. Emas, Perak, Bauksit dan Litium dan lainnya menambah iri negara lain untuk memilikinya. Meraupnya dengan berbagai cara. Salah satunya Investasi Asing.
Ups. Apa yang salah dengan investasi asin? Sejenak kita buka lagi apa arti dari investasi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, investasi adalah suatu kegiatan menanamkan modal, baik langsung maupun tidak langsung. Dengan harapan pada suatu waktu nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Ketika suatu negeri terdapati banyaknya investor yang berinvestasi maka negeri tersebut lambat laun tidak memiliki bargaining position terhadap negara lain. Semakin dibukanya kran investasi semakin melemahlah ekonomi. Sumber daya alam yang kaya melimpah ruah jika pengelolaannya diserahkan asing maka kita hanya menerima remahannya saja. Kita bayangkan bagaimana gunung emas yang berada di Papua dikuasai oleh Freeport. Dari gunung yang menjulang hingga lembahpun tak kan bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyat seluruhnya terutama yang dekat dengan wilayah pertambangan yaitu Papua. Ini hanya dalam sistem pengelolaan sumber daya alam berbasis investasi ala kapitalisme.
Dalam bidang keamanan menambah deret panjang hitam putihnya kehidupan. Rakyat tak lagi mendapatkan keamanan secara hakiki. Tragedi kanjuruhan, pembunuhan berencana Brigadir Yosua, terbaru pembunuhan icha yang dilakukan pendeta Rudolf. Ini hanya sekelumit fakta yang teriksas media. Bukti betapa lemahnya keamanan negeri ini. Nyawa manusia begitu tak bernilai. Pembunuhan seolah - olah , menjadi jalan keluar tanpa berpikir panjang.
Dalam bidang ekonomi, semakin menganga jelas jurang kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Kian menambah deretan panjang hitam putih kehidupan negeri ini. Si kaya makin kaya. Si miskin makin miskin. Kelaparan, stunting dan busung lapar menjadi fenomena yang nyata. Mengapa ini terjadi? Karena sistem ekonomi kapitalisme telah mengakar kuat bahkan mencengkeram perekonomian negeri ini.
Dalam bidang sosial pun tak kalah mewarnai hitam putih kehidupan rakyat kita. Pergaulan bebas, akibat jerat kapitalisme membuat planet 50x50 semakin membuka kran persamaan gender. Planet 50x50 membuka peluang bahwa laki -laki perempuan mempunyai kedudukan yang sama dalam berbagai lini kehidupan. Efeknya peran perempuan dikebiri. Tugas utama sebagai pendidik generasi terhempas jauh oleh perannya sebagai wanita karier. Oh sungguh malang nian perempuan, dalam sistem kapitalisme ini. Mereka rela dibayar murah hanya untuk rupiah.
Masihkah kita mau berada di sistem kapitalisme? Sistem yang merusak ketakwaan individu, masyarakat dan bernegara. Hitam putih kehidupan harus kita hapuskan. Bukan dengan demokrasi kapitalisme. Karena siapapun yang menang dalam kontes politik demokrasi, hitam putih kehidupan tak akan selesai. Saatnya kita berfikir untuk kembali kepada sistem Islam sebagai aturan hidup. Bukan hanya ibadah mahdah semata. Sudah terbukti Islam memberikan aturan tiga pilar kehidupan. Pertama Islam mengatur hubungan kita (pribadi) dengan Allah. Dari sinilah akan terbentuk ketakwaan individu yang akan menjaga agar tetap menjadi pribadi yang di ridhoi Allah dan Allah pun ridho padanya. Melalui ibadah mahdhoh yaitu sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah yang lain. Kedua Islam mengatur hubungan pribadi dengan dirinya sendiri. Ini terkait halal haramnya yang kita makan, batasan aurat yang harus ditutup dan boleh terlihat dan yang lainnya yang mengikat pribadi itu sendiri. Yang ketiga adalah pilar negara sebagai pembuat kebijakan yang mengikat rakyat dan penguasa. Jika pilar ketiga ini bisa menerapkan syariat Islam secara menyeluruh dalam segala lini kehidupan, pastilah hitam putih kehidupan negeri ini akan sirna dengan cahaya islam. Pilar ketiga inilah yang mengharuskan seluruh komponen masyarakat bersatu padu mewujudkannya. Karena pada pilar ketiga ini pembuat kebijakan yang mengikat seluruh masyarakat. Saatnya kembali kepada Islam dalam sebuah sistem kehidupan. Sosial, politik, keamanan, hukum peradilan, pendidikan dan ekonomi.
Saatnya melanjutkan kehidupan Islam.
Allahu a'lam bish showab.
COMMENTS