Islam mengatur BBM
Oleh : Heni Rohmawati, S.E.I.
Tampaknya pemerintah harus berpikir ulang untuk tidak menurunkan harga BBM dalam negeri. Pasalnya, saat ini harga minyak mentah dunia sedang anjlok bahkan empat minggu berturut-turut. Harga minyak mentah dunia anjlok pada kisaran 5 persen, yaitu berada pada level US$86,15 per barel untuk Brent dan US$78,74 per barel untuk West Texas Intermediate (WTI). Penurunan ini dipicu oleh penguatan dolar AS selama lebih dari dua dekade. Penurunan harga ini pun terendah sejak delapan bulan lalu. (CNN Indonesia, 24/9/2022).
Bersumber dari reuters.com, Brent berjangka turun US$4,31 atau 4,8 persen menjadi US$86,15 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$4,75 per barel atau 5,7 persen menjadi US$78,74 per barel. Hal inilah yang menjadi alasan, mengapa pemerintah AS menurunkan harga bensin dan solarnya lebih dari 5 persen.
Komentar Menteri BUMN Indonesia?
Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya telah menjelaskan, penurunan harga minyak memungkinkan harga BBM di tanah air kembali turun. Ia berkata, “kalau harga minyak turun, ya pasti ada revisi harga. Gak mungkin PT Pertamina mencari keuntungan yang sebesar-besarnya di saat rakyat susah.” Ujarnya setelah rapat bersama komisi VI, Kamis (8/9).
Erick pun mengatakan jenis BBM yang mungkin harganya turun adalah jenis nonsubsidi yaitu pertamax. Tetapi jumlah turunnya masih di adjust. Sayangnya, hingga saat ini harga BBM belum turun juga, yang ada komoditas lain pun ikut melambung dan meroket bersama kenaikan harga BBM.
Kembali lagi rakyat gigit jari, atas kebijakan penguasa negeri ini. Entah sampai kapan, mimpi sejahtera menjadi kenyataan di negeri yang kaya akan sumber daya alam. Akankah sejahtera memang hanya sebatas mimpi?
Kebijakan yang Tidak Bijaksana
Sesungguhnya problem kenaikan harga BBM terus berulang di negeri ini. Harga minyak dunia naik dan APBN jebol terus digaungkan untuk melegalisasi kebijakan ini. Namun ketika harga minyak turun dan APBN surplus penguasa tetap enggan menurunkan harga BBM kepada rakyat.
Apa yang terjadi hanya fakta berulang. Hal ini menunjukkan betapa malasnya penguasa berpikir ulang mengubah kebijakan. Padahal mengetahui keadaan rakyat yang makin terhimpit oleh beratnya beban ekonomi.
Negara kampiun demokrasi seperti di Amerika saja, pemerintahnya telah menurunkan harga BBM lebih dari 5 persen. Sementara di Indonesia, penguasanya tidak bergeming menyikapi turunnya harga minya mentah dunia. Secara rasional, ketika harga minyak dunia turun, maka harga BBM dalam negeri pun bisa turun. Hal itu sekaligus mengurangi beban berat kehidupan yang ditanggung oleh masyarakat kecil menengah saat ini.
Sebuah diskusi yang bertajuk ‘Selamatkan Indonesia dengan Sistem Bernegara Hari Ini’. Anthony Budiawan, pada 18 Agustus 2022. Kebijakan fiskal ini sangat tidak berpihak kepada rakyat. “Sewaktu kita menentukan barang public (public good), misalnya perlite bukan masalah kekuatan fiskal mampu apa atau tidak bukan masalah subsidi harga tapi masalahnya rakyat mampu atau tidak. Kalau APBN tidak ammpu maka fiskal lain harus dipangkas. Jika DPR tidak melakukan kontrol terhadap pemerintah. Misalnya sewaktu pandemi harga minyak turun hingga US$ 10-20 harga minyak dalam negeri tidak turun, tapi ketika harga minyak naik, maka pemerintah cepat-cepat menaikkan harga BBM. Inilah bentuk kezaliman.”
Begitulah kebijakan zalim ini terus berlangsung hingga kini. Sungguh telah mati naluri baik penguasa untuk menyejahterakan rakyat ini. Membiarkan rakyat hidup dalam kesempitan dan kesengsaraan di tengah SDA yang melimpah ruah milik mereka.
Cara Penguasa Islam Menetapkan Kebijakan BBM
Islam adalah agama yang sempurna. Memiliki aturan yang sesuai kebutuhan manusia. Tak hanya memanusiakan manusia tetapi memuliakan manusia. Kebijakan penguasa dalam negara islam tidak akan lepas dari ketentuan islam tentang pengaturan energi. Karena BBM termasuk energi maka penguasa akan memperhatikan dalil-dalil yang menjelaskan tentaranya.
Dalam hal energi, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"المسلمون شركاء في ثلث، في الكلاء، و الماء، و النار
Artinya, kaum muslimin berserikat dalam tiga hal, padang rumput, air dan api (energi).(HR. Bukhori).
BBM, Solar dan bahan bakar lainnya merupakan milik umum yang tidak boleh dimiliki oleh individu, sekelompok orang atau bahkan negara. Tapi milik umum yang tidak boleh ada yang memonopoli.
Namun, karena pemanfaatannya tidak bisa digunakan secara langsung, maka negara wajib mengelola sebagai wakil rakyat. Mengelola bahan bakar ini, dari proses eksploitasi dan eksplorasi hingga siap pakai.
Pengelolaan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, walaupun demikian negara harus berusaha untuk mampu melayani rakyat tanpa harus memberikannya kepada asing atau swastanisasi. Lalu hasilnya diberikan kepada masyarakat.
Setelah negara memproduksi energi siap pakai, negara juga wajib memastikan pendistribusian merata kepada seluruh rakyat. Hingga tidak ada seorang pun yang kesulitan mengakses energi atau komoditas yang termasuk barang milik umum. Tanpa memandang, apakah kaya, miskin, pria dan wanita.
Maka dengan demikian, negara haram memberikan kepemilikan umum kepada pihak swasta, apalagi swasta asing. Karena kepemilikan umum tidak boleh dimiliki negara. Dalam Islam, negara adalah khodimul ummat (pelayan umat) yang keberadaannya untuk mengurusi urusan umat. Bukan sebaliknya, membebani rakyat dan menyengsarakan rakyat.
Wallahualam a'lam bishowab.
COMMENTS