penomena dukun
Oleh : Nurin Fiddarin
Indonesia berduka. Kamis lalu (26/5/2022), tersiar kabar duka dari keluarga Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK). Putra pertama RK yang bernama Emmeril Kahn Mumtadz, dikabarkan hanyut di Sungai Aare, Bern, Swiss, saat berlibur dengan keluarga. Hingga saat ini (1/6/2022) Eril belum dapat ditemukan. (m.jpnn.com, 28/5/2022)
Sayangnya, keadaan duka ini selalu menarik perhatian para dukun (paranormal). Pun, dalam kasus hanyutnya Eril. Rara Isti Wulandari, pawang hujan yang terkenal setelah tampil di Sirkuit Mandalika, melakukan terawang dengan pembacaan kartu tarot miliknya.
Menurut Rara, Eril akan ditemukan dalam kondisi meninggal. Dan jasadnya akan ditemukan pada pukul 08.00 waktu setempat. Tak sampai di situ, Rara kembali mengunggah ramalannya dengan menyatakan bahwa Eril akan ditemukan di arah selatan kanan Sungai Aare, dan petugas akan menemukan sobekan celana berwarna gelap sebelumnya. (news.detik.com, 28/5/2022)
Menuai Kecaman
Sontak unggahan Rara menuai kecaman. Tak hanya dari Netizen Indonesia, namun pemuka MUI pun juga turut buka suara. Waketum MUI, Anwar Abbas, mengatakan agar tidak ada pihak yang membuat gaduh. Selain itu beliau menjelaskan bahwa dalam Islam melarang pemeluknya berhubungan dengan dukun. Dan beliau berpesan agar kaum muslim menjauhi praktik perdukunan.
Kontan pernyataan Anwar Abbas telak mengkritik pihak-pihak yang melakukan penerawangan dalam kejadian ini. Sebab diketahui, bahwa ramalan Rara telah mendapat respons dari berbagai pihak yang menilainya tidak berempati terhadap peristiwa yang menimpa Eril. Tidaklah mendoakan yang terbaik untuk keselamatan Eril, namun malah meramal kematiannya. Sungguh Nirempati!
Maka tak berlebihan jika Waketum MUI mengkritik sikap yang ditunjukkan oleh mantan pawang hujan Sirkuit Mandalika tersebut.
Pendangkalan Akidah
Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam. Sedangkan dalam agama Islam, percaya dengan hal-hal yang berbau kesyirikan hukumnya haram.
Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nisa ayat 48, (artinya) "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar."
Namun sayangnya, aroma kesyirikan kian pekat dalam kehidupan kaum muslim hari ini. Adanya beberapa event yang kemudian menggunakan jasa para dukun, atau meminta "pegangan" kepada dukun agar karirnya sukses, juga sebagaimana kondisi yang terjadi pada anak RK, adanya musibah yang menjadikan orang meminta pertolongan dukun untuk menerawang keberadaan korban. Meski dalam kasus Eril, keluarga tidak meminta, namun sang dukun dengan senang hati bersesia meramal nasib korban.
Tak hanya kali ini aksi serupa terjadi. Dukun yang kemudian dikenal sebagai paranormal sering riwa-riwi di televisi. Meramal nasib seseorang, atau masa depan sering dipertunjukkan. Parahnya, media makin mem-blow up ramalan tersebut, hingga banyak dari masyarakat yang percaya dengan ramalan-ramalan itu.
Ada pun dukungan media dengan mempublikasikannya secara luas, mempunyai akibat fatal. Yakni pendangkalan akidah secara sistematis. Sebab jangkauan media sangat luas dan bisa siakses oleh siapa saja. Ketertarikan masyarakat terhadap gosip ramalan ini sungguh tak terhindarkan.
Hal ini menggambarkan dangkalnya akidah kaum muslim, hingga dengan mudah menggantung keimanannya kepada Allah Swt. diganti dengan perkataan dukun. Padahal, dukun bersekutu dengan jin kafir. Dan jin kafir adalah makhluk yang tak bisa dipercaya. Sebab, tujuannya tak lain adalah menjadikan manusia lupa akan keimanannya. Lantas di mana peran negara sebagai junnah?
Negara Absen
Negara kita tidaklah menjadikan syariat Islam sebagai landasan pemerintahannya, kendati mayoritas penduduknya adalah muslim. Negara ini telah lama mengadopsi sekularisme sebagai sistem kehidupan dan pemerintahan. Oleh sebab itu, adanya fenomena dukun ini tak dianggap sebagai ancaman bagi negara.
Fenomena maraknya dukun adalah salah satu kebebasan berakidah dan berpendapat yang dilindungi hukum. Maka tak heran, bahwa negara akan diam menghadapi pendangkalan akidah kaum muslimin yang terjadi di dalamnya. Dalihnya, negara ini bukanlah negara agama. Namun, negara ini adalah negara demokrasi yang rakyatnya dijamin hak asasi manusianya untuk berakidah dan berpendapat.
Maka termasuk langkah dungu ketika menggantungkan asa pada negara bersistem sekuler-demokrasi untuk menghalau pendangkalan akidah yang marak terjadi. Lalu, bagaimana langkah Khilafah dalam menumpas pendangkalan akidah?
Khilafah Tumpas Pendangkalan Akidah
Khilafah adalah sebuah negara yang menggunakan aturan Islam sebagai hukum pemerintahannya. Khilafah mempunyai tugas menjaga akidah kaum muslim agar tidak melenceng dari akidah Islam. Maka ketika terjadi pendangkalan akidah, Khilafah akan segera melakukan gerak cepat dengan menumpas dan mencegah.
Cara pencegahannya, yakni dengan cara memupuk keimanan kaum muslim baik dalam keluarga, lingkungan, hingga cakupan negara. Dalam cakupan keluarga, dimulai dengan ketakwaan individu. Setiap individu memiliki ketakwaan dan keimanan terhadap Allah Swt., yang kemudian akan mencegah individu berbuat sesuatu di luar perintah dan larangan-Nya.
Begitu pula dengan lingkungan. Kontrol masyarakat memiliki peran penting dalam amar makruf nahi mungkar. Saling menasihati jika ada kemaksiatan di depan mata. Pun dalam sistem pendidikan akan menanamkan kepribadian Islam agar setiap individu murid memiliki syakhsiyah Islamiyah yang dapat membentenginya dari perbuatan yang dimurkai Allah Swt.
Dan peran negara akan memberikan support system, salah satunya dengan mengendalikan media, agar apa yang disiarkan oleh media adalah sesuatu yang bermanfaat bagi umat. Baik syiar agama maupun edukasi. Maka dengan berbagai saringan ketat ini, Khilafah akan mampu menumpas pendangkalan akidah yang terjadi di tengah-tengah umat.
Namun, ketika terdapat oknum yang melakukan pendangkalan akidah di tengah-tengah umat. Maka suatu keharaman yang dilakukan oleh seseorang, akan berakibat pada penjatuhan sanksi. Rasulullah bersabda, “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang mencari perdukunan atau melakukan perdukunan.”
Allahu a'lam
COMMENTS