Lansia disistem Kapitalisme
Oleh : Deti Murni (Pegiat Opini Islam)
Menua (lansia) sesungguhnya suatu hal yang pasti terjadi karena ini adalah proses yang alami dan pasti terjadi. Hanya saja bagaimana cara kita menyikapi hal itu tentu akan berbeda sesuai dengan pola pikir kita. Tanggal 29 Mei yang lalu merupakan peringatan Hari Lansia. Penetapan Hari Lansia ini sebagai wujud kepedulian dan penghargaan kepada manusia lanjut usia. Karena berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, Lansia adalah orang yng berusia 60 tahun ke atas.
Sebagai wujud dari penghargaan terhadap orang lanjut usia, pemerintah membentuk Komnas Lansia (Komisi Nasional Perlindungan Penduduk Lanjut Usia), dan merancang Rencana aksi Nasional Lanjut Usia di bawah koordinasi kantor Menko Kesra.
Komnas Lansia dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 52 tahun 2004 dan bertugas sebagai coordinator usaha peningkatan kesejahteraan sosial orang lanjut usia di Indonesia. Melihat dari sejarah, Hari Lanjut Usia ini mengadopsi ketetapan yang dibuat PBB yang sepakat terhadap keputusan Vienna International Plan of Action on Aging di Wina tahun 1982 (Vienna Plan) yang melahirkan kesepakatan untuk mengundang bangsa-bangsa secara merata menetapkan hari lanjut usia.
Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan sambutan pada Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2022 di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama (SMC), beliau menyampaikan bahwa Kemensos memberikan perhatian kepada lansia yang hidup sendiri dan secara ekonomi kekurangan. Karena mereka adalah tanggung jawab negara, Minggu (29/5/2022).
Apresiasi untuk Mensos yang telah mengelontorkan dana Rp 26,9 Miliar pada peringatan hari lansia tersebut. Namun timbul pertanyaan, apakah dengan adanya hari lansia ini seluruh kebutuhan lansia di negeri ini bisa diakomodir? apakah cukup bantuan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka? Ataukah peringatan hari lansia ini hanya sebuah seremoni tanpa makna hakiki. Namun yang harus kita pahami para lansia ini membutuhkan perhatian, kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan pokok mereka.
Sepertinya akan sulit tujuan yang ingin dicapai untuk mensejahterakan para lansia dalam system kapitalis-secular ini. Kebijakan yang dibuat hanya sebatas kebahagian semu, Euphoria pada saat menerima bantuan dan kembali sedih tenggelam dalam kehidupan lansia penuh nestapa. Bagaimana tidak dalam system kapitalisme ini manusia seakan berlomba-lomba mengejar materi dunia. Dalam pikiran mereka hanya uang, uang dan uang. Materi, materi dan materi sehingga tidak memperdulikan semakin masa bodoh kepada hubungan yang mengikat erat antar ibu dan anak, anak dengan orang tuanya dan hubungan sebaliknya. Mereka semua menjadi budak dunia. Tak segan-segan anak menitipkan orangtuanya yang sudah lanjut usia dan lemah ke panti jompo dengan alasan repot tidak ada yang menjaga di rumah.
Di kampung-kampung pedalaman kita bisa lihat banyak orang tua yang tinggal hanya berdua saja dalam kondisi lemah dan lebih menyedihkan mereka ada yang tinggal sendiri di rumah mereka yang sangat sederhana. Sementara anak-anak mereka dalam kondisi tidak mampu dan di lain kasus anak-anak pergi merantau ke kota jauh dari kampung. Potret kehidupan lansia yang memprihatinkan.
Sebaiknya Pemerintah mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang mereka buat agar tepat sasaran dan menyelesaikan masalah keakar masalah yang sebenarnya. Kalau kita melihat dengan seksama akar permasalahan ini adalah diterapkannya system kapitalisme-sekularisme yang mengutamakan pemenuhan materi dan semakin menjauhkan rasa sayang dan hormat anak kepada orang tua.
Islam Solusi Paripurna
Tua adalah sunatullah, artinya perubahan atau proses ini pasti terjadi kepada setiap individu manusia. Dalam Islam setiap orang tua justru bahagia dengan usia tuanya karena anak-anak menjadi anak yang sholeh dan sholihah dan anak cucu menjadi penyejuk hati dan pandangan.
Berdasarkan hadist Rasullulah saw diriwayatkan dari musnad Imam Ahmad dari sahabat Usamah bin Suraik Nabi bersabda:
“Aku pernah berada di samping Rasullulah, lalu datanglah serombongan Arab Badui. Mereka bertanya, ‘Wahai Rasullulah, bolehkah kami berobat?’ Beliau menjawab ‘Iya, wahai para hamba allah, berobatlah. Sebab, Allah tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakan pula obatnya, kecuali satu penyakit.’ Mereka bertanya, ‘Penyakit apa itu?’ Beliau menjawab,’Penyakit tua.” (HR Ahmad).
Dari hadist diatas jelaslah bahwa tua adalah proses alami yang pasti terjadi, apabila kita merubah atau tidak menerima dengan perubahan tua ini sama artinya kita melawan takdir.
Dalam Islam anak-anak sejak dini diajarkan untuk birul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) dan tentu saja ini tidak akan kita temui dalam system kapitalisme.
Berdasarkan firman Allah Swt., artinya “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduannya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS Al-Isra’:23).
Dalam ayat di atas sangat jelas aturan dalam Islam bahwa anak diperintahkan untuk wajib berbakti kepada orang tua. Aturan Islam akan membentuk lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembang anak. Dimulai dari orang tua yang wajib mengasuh, memperhatikan dan mendidik anaknya. Peran Daulah Islam dengan menyediahkan sekolah yang kurikulumnya berasaskan Islam. Sehingga sejak kecil anak akan terjaga dari pemahaman asing dan tertanam dalam benaknya untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tua.
Peraturan Islam yang syamilan dan kamilan akan menciptakan individu yang bertakwa, keluarga yang Islami, masyarakat yang Islami dan tercipta daulah Islam kuat, kokoh dan bermartabat tidak hanya menjadi negara pengekor namun akan menjadi mercusuar dunia.
Wallahu’alam bish-showwab
Sumber:
https://rri.co.id/humaniora/info-publik/1471756/tanggal-29-mei-selamat-hari-lansia-nasional
https: //m.facebook.com/MuslimahNewsCom/posts/2175837612594042/
COMMENTS