Industri Starup merugi
Oleh : Ummu Fillah
Fenomena PHK (pemutusan hubungan kerja) yang terjadi pada sejumlah perusahaan rintisan atau start up sangat masif dibalik pemulihan ekonomi imbas pandemi Covid-19.
Start up adalah perusahaan rintisan yang bergerak dan beroperasi dengan teknologi, website dan internet. Pada era pandemi perusahaan ini menjadi lahan basah para investor. Bisnis startup pun lantas dikategorikan menjadi tiga kelompok besar, yaitu startup yang membuat game, pendidikan dan perdagangan.
Adapun fenomena PHK massal ini, disebabkan karena Indonesia masih terguncang kondisi makroekonomi selama masa pandemi Covid-19. Beberapa diantaranya adalah LinkAja, Netflix melakukan PHK 150 karyawan hingga Zenius melakukan PHK 200 karyawan. Apakah kondisi ini termasuk Bubble Burst? Jakarta,CNBC 29 May 2022.
Penjelasan pengamat ekonomi senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bapak Didik J Rachbini mengatakan kondisi startup di Indonesia sebelum pandemi dan saat pandemi cukup kontras. Sebelum pandemi, para perusahaan membesar dan merekrut banyak karyawan untuk membangun perusahaan. Hingga dipangkasnya karyawan secara besar-besaran menunjukkan startup ini mengalami Bubble Burst.
Inilah yang terjadi pada sistem ekonomi kapitalistik, dimana pemegang perusahaan adalah investor asing menguasai pangsa pasar kaum muslimin. Mereka bergerak sesuai kepentingan. Adanya start up yang bergerak di bidang non riil ini menandakan lemahnya ekonomi negeri kita.
Berbeda dengan sistem ekonomi Islam yang bergerak di bidang riil dan nonriil. Lebih mementingkan produksi yang akan merekrut banyak karyawan daripada sistem non riil yang dikuasai asing.
Saatnya kembali melanjutkan kehidupan Islam dalam setiap lini kehidupan. Agar ketimpangan sosial, PHK massal yang berdampak pada hilangnya pendapatan rakyat bisa diatasi.
Allahu a'lam bish showab.
COMMENTS