hari anti islamofobia
Islamofobia semakin marak terjadi di dunia. Tidak hanya di negara minoritas muslim seperti wilayah Amerika dan Eropa. Namun, di negara mayoritas Islam seperti Indonesia pun tidak terlepas dari fenomena Islamofobia. Tentu hal ini sangatlah mengkhawatirkan karena nilai-nilai Islam justru diragukan oleh umat Islam. Bahkan telah menjadi sebuah ketakutan tersendiri ketika berhadapan dengan ajaran Islam. Tidak sedikit yang memilih menghindar daripada mempelajari lebih dalam. Sementara yang mengkaji Islam dianggap berbahaya. Islamofobia menjadikan umat Islam semakin jauh dari Islam itu sendiri.
Keberadaan Islamofobia tidak lah terjadi begitu saja apalagi sekarang ini semakin masif di tengah-tengah masyarakat. Dampak dari kecanggihan teknologi tidak lain media sosial turut memperparah Islamofobia ini. Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan pada sidang Majlis Umum PBB ke-75, menyampaikan bahwa diskusi atau perdebatan berbagai masalah yang melibatkan komunitas lintas etnis, agama, lintas wilayah, bahkan lintas negara, telah meningkatkan emosi publik yang berujung pada tindakan negatif. Diantaranya pembakaran Al Qur'an, penghancuran masjid, hingga pembunuhan orang-orang yang sedang melakukan ibadah di masjid, karena dieksploitasi oleh para politisi. Karena tabiat para politisi di manapun dari partai apapun, dari dulu sampai sekarang ternyata tidak pernah berubah. Hanya mementingan kepentingan diri atau kelompoknya.
Disamping itu, partai-atau politisi tertentu mengeksploitasi simbol-simbol Islam dan menggunakan narasi Islam untuk mendapatkan dukungan politik komunitas muslim. Islam menjadi bernilai rendah karena para politisi hanya memanfaatkannya. Penyebab lain yakni lemahnya dunia Islam baik secara ekonomi, politik, maupun militer. Sehingga dunia Islam kurang diperhitungkan dan hilangnya rasa segan atau gentar bagi sejumlah negara non Muslim untuk mendiskriminasi umat Islam. Hal ini terjadi karena egoisme sejumlah pemimpin dan kebanggaan masing-masing negara membuat dunia Islam susah bekerjasama. Sehingga berbagai potensi yang dimilikinya tidak bisa digunakan secara optimal dan menjadi kekuatan. Bahkan, situasi ini telah dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk mengadu-domba dan memecah-belah dunia Islam hingga kehabisan energi. (rmol.id 02/10/20)
Menindaklanjuti kondisi dunia Islam yang semakin terpojok akibat Islamofobia, masyarakat muslim seluruh dunia merayakan Hari Internasional untuk Memerangi Islamafobia, tepatnya pada 15 Maret. Perayaan ini dilakukan untuk mengecam meningkatnya intoleransi dan diskriminasi terhadap Muslim dan minoritas lain di Barat, India dan bagian lain dunia. Hal ini disambut baik oleh Ketua DPD AA LaNyalla Mahmud Mattalitti yang berharap penetapan Hari Melawan Islamofobia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 15 Maret 2022, ditindaklanjuti. Menurutnya, keputusan itu merupakan momentum luar biasa yang bisa membebaskan umat Islam dari berbagai stigma negatif seperti teroris, radikal juga intoleran. (kabardamai.id 09/04/22)
Sekilas penetapan Hari Anti Islamofobia tersebut menunjukkan kepedulian dan keprihatinan terhadap umat muslim. Namun, fenomena Islamofobia tidak cukup diatasi dengan itu. Kecaman lewat perayaan Hari Internasional tersebut justru menumpulkan ketajaman umat Islam dalam mencari dan memahami akar masalah sebenarnya. Sementara tidak mungkin Islamofobia ini hilang jika penyebab utamanya tidak terselesaikan. Tidak lain Islamofobia ada karena musuh-musuh Islam tidak ingin seluruh umat Islam bersatu dan memiliki kekuatan. Sehingga para musuh Islam berupaya semaksimal mungkin menjauhkan kaum muslim dari ajaran agamanya.
Lebih-lebih sekarang ini, kondisi dunia sedang dalam era pertarungan pemikiran dan benturan peradaban. Umat Islam menjadi semakin terasing karena segala pemikiran dan pemahaman Islam dikaburkan bahkan dikuburkan hingga kaum muslim terlupa dan tidak mengenali sejatinya ajaran Islam. Justru bersikap waspada ketika diajak mengkaji ajaran Islam. Apalagi di tengah gempuran serangan pemikiran musuh Islam, umat Islam tidak memiliki perisai yang mampu melindungi dan menjamin keselamatannya. Hingga akidah umat Islam pun terancam tergadaikan.
Kemudian disaat kondisi dunia Islam carut marut terjadi persaingan dan terpecah belah, musuh-musuh Islam masuk ke negeri-negeri Islam seolah sebagai penolong yang peduli akan nasib umat Islam. Padahal berbagai pihaknya berupaya memanfaatkan kondisi tersebut. Tidak lain untuk melampiaskan kebencian, memenangkan kepentingan politik dan ekonomi serta berusaha melanggengkan kebusukan peradaban batilnya yang selama ini diterapkan dunia termasuk negara ini. Musuh-musuh Islam tega mengeksploitasi kekayaan negeri muslim, berdalih memberikan kesejahteraan dan bantuan. Namun, kehancuran semakin mengancam umat Islam.
Kaum muslim dilanda kesulitan, kehidupannya semakin jauh dari Islam karena stigma negatif tentang Islam selalu menghantui. Namun, bertahan dengan peradaban atau sistem saat ini juga tidak memberikan kebaikan justru semakin terpuruk. Maka jelas terlihat jika perayaan Hari Anti Islamofobia tidak mungkin bisa memberikan jaminan pada umat muslim di negeri mayoritas apalagi minoritas. Keberadaanya akan tetap terancam dan tertindas selama tidak ada persatuan diantara kaum muslim di dunia.
Oleh karena itu, para pemimpin muslim hendaknya tidak hanya mengecam Islamofobia. Namun, harus ada tindakan nyata yang mampu menuntaskan segala permasalahan. Tidak lain berupaya menyatukan seluruh umat Islam di dunia dan mewujudkan kepemimpinan Islam. Hal ini akan menggantikan kepemimpinan kapitalis dan memberikan perubahan hakiki terhadap nasib seluruh umat Islam di dunia. Sehingga umat Islam memiliki kembali kepemimpinan khilafah yang terbukti mampu menjadi perisai Islam dan kaum muslim tanpa terkecuali.
Allah swt berfirman, yang artinya : "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Q.S. Ar-Rum [30]: 30-32)
Wallahu'alam bishowab.
COMMENTS