sistem pendidikan sekuler
Oleh: Melani Nuswandari
Tawuran antar pelajar kembali terjadi. Tak terhitung sudah berapa banyak tawuran terjadi, tak jarang datang dari suatu persoalan sepele merembet jadi persoalan besar, hingga memicu percekcokan mulut sampai berujung pada tawuran fisik. Kerugian juga beragam dari luka fisik pelaku, kerusakan barang barang disekitar lokasi hingga korban salah sasaran bisa terjadi, hingga korban kehilangan nyawa.
Seperti kejadian baru ini, Anggota Satlantas Polres Semarang menggagalkan aksi tawuran yang melibatkan sejumlah siswa SMP, di jalan utama Bawen-Salatiga, di wilayah Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Senin (14/2) petang. Delapan siswa SMP diamankan berikut sejumlah peralatan yang diduga akan digunakan sebagai senjata dalam aksi tawuran ini. Beberapa di antaranya adalah senjata tajam (sajam) jenis sabit dan sabuk gir sepeda motor (republika.co.id).
Masih dalam bulan yang sama, Perintis Presisi Polres Metro Depok menangkap tujuh anak muda yang hendak tawuran. Para ABG itu diketahui tengah siaran langsung di media sosialnya untuk mencari lawan tawuran. Katim Perintis Presisi Polres Metro Depok, Iptu Winam Agus mengatakan kelompok ABG ini ditangkap saat mencari lawan tawuran di Jalan Cagar Alam, Depok. Mereka, kata Winam, berkeliling mencari lawan sambil menyiarkan di aku Instagramnya (27/2/2022).
Mengamati tawuran yang terjadi setidaknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja, yang pertama faktor Internal : Sebagai remaja yang tidak terlepas dari aspek psikologi yang melingkupi kehidupan remaja. Dan faktor eksternal, yaitu faktor dari luar remaja yang berupa kondisi lingkungan sosial sekitar remaja. (A.Said Hasan Basri,UIN Sunan Kalijogo).
Secara umum remaja mengalami perkembangan emosi psikologi . Remaja mengalami perkembangan emosi tingkat tinggi, remaja menunjukan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya cenderung negatif, temperamental (mudah tersinggung, marah), agresif. Pada sebuah penelitianpun di sebutkan, dikalangan remaja yang lebih banyak menghabiskan waktunya berjam jam di internet berdampak pada kesulitan mengatur emosi dimasa sebelumnya. Selain itu pada masa perkembangan remaja terdapat masa mencari identitas diri, remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem " siapa dirinya", mereka mulai mencari idola idola dalam hidupnya yang akan dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan.
Maraknya tawuran dikalangan remaja tak lepas dari sisi buruknya pendidikan didalam sistem negara ini, remaja sejatinya korban dari sebuah sistem Demokrasi liberal ini. Potret Sistem ini tidak menempatkan remaja menjadi sosok yang tangguh, yang kuat menghadapi segala gempuran dan serangan budaya di segala arah.
Pendidikan merupakan persoalan vital dalam pendidikan anak. Namun dalam sistem Demokrasi kapitalis, hanya mencetak sumber daya yang mempersiapkan generasi yang siap mengisi lapangan global. Sangat berbahaya karena hanya mencetak generasi yang unggul secara sains dan teknologi demi tuntutan pasar global, akan tetapi minim atau lemah pada sisi keterikatan kepada agama Islam.
Peran keluarga sangat penting dalam mendidik, membina tumbuh kembang dan moral serta membentuk kepribadian dan karakter anak. Sayangnya saat ini banyak keluarga yang hidup dengan orientasi materialistik, menjadikan kehidupan keluarga, ayah dan ibu sibuk dengan mengejar materi dunia. Mereka disibukan pekerjaan mencari nafkah, karena tuntutan kebutuhan hidup yang tinggi. sehingga orang tua banyak abai terhadap peran yang sesungguhnya. Disatu sisi mahalnya biaya pendidikan di dalam sistem Sekuler melengkapi gagalnya sistem di negara ini.
Dari data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat ada 17 kasus kekerasan yang melibatkan peserta didik dan pendidik sepanjang 2021. Kekerasan terjadi di lingkungan satuan pendidikan hingga di luar satuan pendidikan, yang melibatkan peserta didik dari sekolah yang sama, misalnya kasus tawuran antar pelajar. Data ini di ambil sampai dengan tahun 2022.
Dalam Islam pendidikan bertujuan untuk membentuk pola pikir (Aqliya) dan pola sikap (Nafsiyah). Yaitu menjadikan generasi umat Islam sebagai sosok yang memiliki keimanan yang kuat disertai dengan sikap yang senantiasa berlandaskan pada aturan Allah SWT.
Tarikh Islam menunjukkan generasi awal umat Islam adalah orang orang yang dididik Nabi SAW. Yaitu menjadi generasi yang hidup sebagai Hamba Allah yang terbaik. Hamba Allah yang mampu hadir di tengah tengah umat manusia, menyeru kepada yang makruf dan mencegah yang munkar. Serta membawa rahmat bagi seluruh alam. Visi mereka jelas, berbuat maksimal untuk kemuliaan Islam dan kaum muslim, senantiasa terus mencari ilmu dari barat hingga ke timur.
Generasi awal kaum muslimin dan setelahnya pada saat itu tidak hanya disibukan dengan mencari materi, akan tetapi mereka juga mencari nilai spiritual. Hal ini dilakukan demi mendapatkan pahala yang terus mengalir, ilmu yang bermanfaat dan doa yang didapat dari orang-orang solih dimana mereka mendapatkan ilmu.
Islam memandang bahwa pendidikan, kesehatan, dan keamanan adalah kebutuhan pokok masyarakat yang harus diberikan secara cuma cuma sebagai hak atas rakyat atas negara. Seluruh biaya pendidikan baik menyangkut kesejahteraan para guru/dosen, infrastuktur, juga prasarana pendidikan menjadi tanggung jawab negara. Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Imam bagaikan penggembala dan dialah yang bertanggung jawab atas gembalaannya itu.” (HR Muslim).
Dalam negara yang menerapkan hukum Islam ada 2 (dua) sumber pendapatan Baitul Mal yang dapat digunakan membiayai pendidikan, yaitu: (1) pos fai’ dan kharaj—yang merupakan kepemilikan negara—seperti ghanimah, khumuûs (seperlima harta rampasan perang), jizyah dan dharîbah (pajak); (2) pos kepemilikan umum seperti tambang minyak dan gas, hutan, laut, dan hima (milik umum yang penggunaannya telah dikhususkan) Zallum, 1983; an-Nabhani, 1990
Dengan dukungan keuangan dari negara maka sekolah dan para guru akan fokus dalam mendidik anak-anak menjadi generasi yang berkepribadian Islam. Menjadi sosok yang tidak hanya pintar secara keilmuan tapi juga menjadi generasi yang peduli dengan umat dan berusaha menyelesaikan persoalan yang ada di tengah masyarakat. Menjadi generasi yang bermanfaat untuk umat. Bukan justru terjebak pada tawuran.
COMMENTS