kitab ta'lim al muta'allim
Dulu saat masih senang makan liwet dan mendengarkan guru mengenai penjelasan kitab Ta'lim al-Muta'allim, belum terbesit bahwa karya ini adalah ‘dokumen otentik’ hubungan Khilafah Utsmani dengan Nusantara. Padahal karya ini sama-sama dikaji baik di wilayah Jawa Nusantara dan wilayah kekuasaan Ustmani.
Namun penulis masih tetap bersyukur, walau betapa dangkalnya dulu mengenyam ilmu agama, betapa blepotannya dulu baca kitab kuning, Allah masih memberikan rasa cinta kepada para ulama dan para guru kala itu.
Mungkin saja sebagian santri terdahulu, saking ta'zhimnya kepada guru, menjadi segan mengkaji diluar yang disampaikan, dan saking fokusnya memahami isi kitab tersebut, sehingga terlewat merenungi muqaddimah penting yang disampaikan penulis Syarh Ta'lim al-Muta'allim yang menunjukkan hubungan tersebut.
Syaikh Ibrahim bin Isma’il rahimahullah, dalam Syarh Ta’lim al-Muta’allim, menulis:
الحمد لله الذي أنعم علينا بأنواع النعم و لطائف الإحسان، وفضلنا على سائر خلقه بتعليم العلم و البيان، و الصلاة و السلام على محمد المبعوث بخير الملل و الأديان، و على آله و أصحابه بدور معالم الإيمان و شموس عوالم العرفان.
Segala puji bagi Allah yang memberikan beragam nikmat dan kasih sayang kebaikan, serta memberikan kelebihan kepada kita di atas seluruh makhluk-Nya dengan mengajari ilmu dan bicara. Shalawat dan salam terlimpah bagi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diutus membawa ajaran dan agama ter-baik, juga semoga terlimpah kepada keluarga dan sahabatnya, rembulan petunjuk keimanan dan mentari alam kesadaran.
و بعد، فلما رأيت الكتاب المسمى بتعليم المتعلم مرغوبا و مقبولا بين أولي التعليم و التعلم، خصوصا بين الطالبين الساكنين في حرم أشرف الملوك و السلاطين، و كان في بعض نظمه و نثره مواضع محتاجة لكشف أستاره،
Wa ba’du, mengingat kitab yang bertitel Ta’lim al-Muta’allim ini sangat diminati dan diterima di kalangan pelajar dan peserta didik, terutama di kalangan para pencari ilmu yang berdomisili di wilayah kehormatan penguasa dan sulthan yang paling mulia, dan di dalamnya ada beberapa syair serta prosa yang perlu dijelaskan kandungannya,
أردت أن أشرحه شرحا يبين معاقده و يكشف معانيه و مبانيه، رجاء من الطالبين الملتمسين أن يذكروني في دعائهم إلى يوم الدين، وجعلته تحفة للحضرة الرفيعة و السدة السنية لا زالت كعبة الآمال و قبلة الإقبال. شعر:
Maka saya bermaksud membuat penjelasan kitab ini, guna menerangkan bagian yang rumit dan menjelaskan banyak makna dan redaksi dalam kitab tersebut. Dengan harapan para pencari ilmu mengingat nama saya dalam doa yang mereka panjatkan, sampai hari pembalasan tiba. Karya ini pun saya persembahkan untuk yang terhormat lagi mulia, penjaga kalangan sunni, yang selalu menjadi Ka’bah harapan dan kiblat perhatian umat Islam.
Karunianya berlimpah meliputi seluruh makhluk
Sebagaimana kebaikan laut dan hujan yang merata
Mustahil tanpa alasan keduanya bermurah hati
Dan dia manusia paling tahu berbagai makna
أعني به: السلطان الأعظم و الخاقان المعظم، صفوة سلاطين الأمم، ظل الله على مفارق أهل الدنيا، العالِم مولى ملوك العرب و العجم، السلطان ابن السلطان، السلطان مراد خان ابن سليم خان، خلد الله له خلافته و أيد سلطنته ما دار الفلك الدوار واختلف الليل و النهار.
Sosok yang saya maksud adalah as-Sulthan al-A’zham, al-Khaqan al-Mu’azhzham, pemimpin ter-baik berbagai bangsa, naungan Allah bagi seantero penghuni dunia, seorang ‘alim pemuka para penguasa Arab dan non Arab, seorang sultan keturunan sultan, yakni Sultan Murad Khan bin Salim Khan, semoga Allah melanggengkan Khilafahnya dan mengokohkan kekuasaannya, selama bintang terus mengorbit, selama malam dan siang terus silih berganti. (Syarh Ta’lim al-Muta’allim, cet. Darul Kutub al-Ilmiyyah, dan cet. Darul Hijrah).
Demikianlah kurang lebih muqaddimah yang disampaikan penulis syarh Ta’lim al-Muta’allim, yang sekitar tahun 996 H, karya ini dipersembahkan kepada Sultan Ustmani Murad ats-Tsalits yang telah dipuji di dalam muqaddimah tadi. (Mukhtashar Ta’lim al-Muta’allim oleh az-Zaidi, h. 7).
Kitab ini terdiri dari tiga belas topik penting, seperti: 1) hakikat ilmu dan keutamaan ilmu; 2) mengenai niat belajar; 3) memilih ilmu, guru dan kawan belajar; 4) memuliakan ilmu dan ahlinya; 5) membangkitkan kesungguhan, ketekunan dan cita-cita luhur; 6) mengawali pembelajaran, ukuran dan urutannya; 7) seputar tawakal; 8) seputar waktu belajar; 9) mengenai kasih sayang dan nasehat; 10) memetik manfaat dan memperoleh adab; 11) mengenai wara’ saat belajar; 12) penyebab hapal dan lupa; dan 13) penyebab rezeki dan penghalangnya, serta perihal usia. Kitab ini cukup banyak mencantumkan syair dan prosa, maka dari itu bagi yang senang sastra Arab kitab ini sangat menarik tentunnya. Wallahu a’lam.
Yan S. Prasetiadi
23 Jumada’ al-Akhirah 1443 H.
COMMENTS