perempuan dalam demokrasi
Oleh : Irani Nurhayati
Ada beberapa perkara yang menyebabkan rusaknya wanita dalam sistem demokrasi sekuler yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Pertama, hilangnya kepekaan wanita. Para wanita menganggap maksiat dipandang biasa. Padahal madrasah pertama ialah wanita sebagai ibu ia mengatakan tidak apa-apa terhadap suatu maksiat yang dianggap biasa.
Kedua, lemahnya sendi-sendi kekuatan Islam dengan manipulasi agama. Tujuannya mengkerdilkan makna syariat.
Ketiga, berargumen dengan pendapat-pendapat yang aneh untuk membuat kericuhan di tengah umat.
Keempat, hilangnya sifat malu, hingga akhirnya para wanita membuat kontroversi dan melemahkan wanita lain yang minim pemahamannya.
Kelima, lewat media (film/sinetron) mengedukasi para wanita untuk membenarkan ide sesat dan kebebasan yang disebarkan Barat.
Keenam, meragukan pakaian muslimah yang dikenakan. Para wanita melihat dari kaumnya, mereka yang telah mengenakan pakaian muslimah lalu menanggalkannya dengan mudah.
Semua perkara di atas yang menyebabkan rusaknya fitrah wanita sebagai pilar peradaban. Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan, harus kita bendung agar tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Sudah waktunya kita meninggalkan konsep pemberdayaan perempuan ala kapitalisme dan kembali pada Islam.
Dalam perspektif Islam, pemberdayaan perempuan adalah upaya pencerdasan muslimah hingga mampu berperan menyempurnakan seluruh perintah Allah Swt., baik sebagai ummun wa rabbatul bayt maupun bagian dari masyarakat. Ke sanalah aktivitas pemberdayaan perempuan mengarah.
Sangat jelas, kaum muslim akan mulia hanya dengan penerapan syariat Islam. Oleh sebab itu, harus ada upaya mengembalikan kaum muslim pada tegaknya aturan-aturan Islam secara keseluruhan dalam kancah kehidupan. Sudah saatnya kita sadar, tidak ada satu pun alasan yang membuat kaum muslim harus ikut-ikutan mengadopsi, mempropagandakan, apalagi memperjuangkan ide feminisme ini—yang justru akan membawa perempuan pada keterpurukan.
COMMENTS