kriminalisasi anggota MUI
Oleh: Sutiani, A.Md (Aktivis Muslimah)
Entah apa jadinya jika tak ada ulama di negeri ini. Sudahlah maksiat makin marak di mana-mana, generasi makin tak tentu arah, belum lagi negeri ini yang makin sekuler arahnya. Sungguh ironi memang jika ulama yang selama ini merupakan bagian terpenting di negeri ini harus mendapat kezaliman akibat sistem yang diterapkan hari ini. Alhasil, ulama diterjang, umat Islam pun melayang.
Nasrullah Larada, Ketua Umum Keluarga Besar Pelajar Isam Indonesia (KBPII), Ini merupakan ide yang konyol dan memecah belah persatuan umat bangsa bahkan terkesan berasal dari kelompok yang tidak senang kepada umat muslim karena dendam masa lalu. Jika sampai benar MUI dibubarkan kami tidak akan diam diri. (republika.co.id, 21/11/2021).
Ironinya penangkapan ulama beriringan dengan jargon bubarkan MUI menjadi upaya menstigmatisasi terhadap kaum muslim. Proses penangkapan tiga ulama beberapa waktu lalu yang dilakukan bersamaan di tempat yang berbeda merupakan salah satu bentuk kezaliman karena tidak mengikuti prosedur yang berlaku yaitu tidak membawa surat penangkapan, sedangkan informasi yang didapat dari istri Ustaz Dr. Ahmad Zain An-Najah menceritakan betapa kaget dan ketakutan ketika densus 88 menerobos masuk wilayah santriwati saat itu dalam keadaan belum menutup aurat dan tidak meminta izin masuk ke kamar ulama tersebut.
Ini sudah jelas melecehkan ulama dan santriwati yang sangat bertentangan dengan syariat. Ulama yang dipandang masyarakat baik difitnah teroris. Bukankah teroris identik dengan bom, tembak dan alat berbahaya lainnya. Pihak densus 88 tersebut mencari kitab-kitab ataupun buku yang berkaitan dengan ilmu agama menjadi cikal bakal usaha mereka untuk melakukan Islamophobia kepada umat Islam.
Sebuah siasat kambing hitam pemerintah kepada ulama agar masyarakat fokus pada wacana-wacana terorisme dan radikalisme untuk menutupi kejahatan-kejahatan pihak kapitalisme, seperti: bencana banjir yang disebabkan lahan hutan disulap menjadi perkebunan kelapa sawit, utang semakin membengkak, masalah tikus berdasi, harga PCR begitu melejit, melegalkan zina dan menjatuhkan salah satu ulama yang merupakan anggota MUI supaya tidak ada lagi penghalang kebijakan penguasa yang selama ini di kritisi oleh MUI. Padahal MUI sangat berjasa dalam negeri karena hakikatnya mereka yang sangat berjasa atas kemerdekaan ini dengan semangat dan ilmu jihad yang diajarkan pada generasi bangsa.
Hari demi hari umat Islam semakin disudutkan terlebih lagi para alim ulama, pada faktanya ulama ialah penerus Nabi yang harus kita muliakan. Seorang ahli ilmu kini ditangkap dan ditahan atas fitnah yang dilakukan dengan tuduhan terorisme. Dimata masyarakat sekitar, ulama dipandang memiliki akhlak yang sangat baik. Mayoritas di negeri ini tertindas oleh penguasa kapitalisme dan liberalisme.
Dalam Islam daging ulama beracun artinya barang siapa yang menyakitinya dan melecehkannya maka akan mendapatkan racun tersebut sehingga kelak perbuatan mereka akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.
Adapun firman Allah untuk selalu menjaga, menghormati, dan memuliakan para alim ulama yaitu “Allah meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (TQS. Al-Mujadilah [58]: 11).
Rasulullah Saw. menyebutkan ketinggian derajat para ulama didunia ini dibandingkan dengan segenap manusia. Sabda beliau, “Permisalan ulama di muka bumi seperti bintang yang ada di langit. Bintang dapat memberi petunjuk kepada orang yang berada digelap malam, di daratan maupun di lautan. Jika bintang tak muncul, manusia tak mendapatkan petunjuk.” (HR. Ahmad).
Jikalau hari ini Rasulullah sudah tidak ada di tengah-tengah kita, maka ulama yang berperan sebagai penyambung lidah beliau, ulama merupakan warisan ilmu agama. Jika ulama disakiti dan dilecehkan, otomatis sama saja menyakiti pihak yang mewariskan. Maka, sudah sewajibnya kita mencintai dan melindungi para alim ulama yang baik.
Lantas, ulama seperti apa yang harus kita cintai? Maka, berhati-hatilah memilih ulama sebab kita hidup di akhir zaman yang penuh dengan fitnah. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah, beliau pernah berwasiat:
“Nanti di akhir zaman akan banyak ulama yang membingungkan umat, sehingga umat bingung untuk membedakan dan memilih yang mana ulama Warosatul Anbiya (penerus nabi) dan yang mana ulama suu (jahat) yang menyesatkan umat.”
Maka Imam Syafi’i rahimahullah. Pun melanjutkan:
“Carilah ulama yang paling dibenci oleh orang-orang kafir dan orang munafik, dan jadikanlah ia sebagai ulama yang membimbingmu, dan jauhilah ulama yang dekat dengan orang kafir dan munafik karena ia akan menyesatkanmu, menjauhimu dari rida Allah.”
Sangat benar yang dikabarkan oleh Imam Syafi’i rahimahullah faktanya, sekarang banyak ulama yang didiskriminasi dan ditahan sebab beliau menyampaikan kebenaran, sebaliknya ulama yang suu saat ini jelas. Oleh karena itu mencari orang munafik sekarang tidak susah, sudah di depan mata kita, yaitu ulama yang merangkul penguasa dan memuluskan setiap kebijakan penguasa walaupun banyak yang melanggar syariat Allah Swt.
Maka dari itu, marilah kita mendakwakan Islam kafah ke tengah-tengah umat. Agar umat benar-benar paham, mana ulama yang benar-benar takut kepada Allah dan mana ulama yang berpihak kepada antek-antek pembenci Islam.
Wallahualam bissawab.
COMMENTS