inflasi ekonomi kapitalisme
Oleh : Gien Rizuka (Aktivis Dakwah)
Wacana pemerintah untuk menaikkan UMR yang disampaikan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), telah mengundang gelombang demonstran para pekerja dan buruh. Demo tersebut muncul sebagai bentuk kekecewaan kalangan pekerja dan buruh terhadap kebijakan UMP tahun depan. Bahkan, mereka mengancam akan mogok kerja nasional. Hal ini disebabkan pemerintah hanya menaikan UM sebesar 1%. Alasannya, negara sedang proses pemulihan ekonomi pasca dampak dari pandemi, kata Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial (PHI) dan Jamsos Kemnaker, Indah Anggoro Putri. Menurutnya lagi, penetapan UM ini harus diapresiasi, meskipun ia juga tak mengelak bahwa kenaikan belum memenuhi ekspektasi (bisnis.com 25/10/21).
Namun, menjadi hal yang wajar bila buruh atau pun pekerja tidak menerima baik akan kebijakan UMP ini. Pekerja menuntut pemerintah agar UM tahun 2022 sebesar 7-10% menilik dari angka inflasi yang lebih besar presentasenya, sebab yang teringan saja hampir di 10%/tahun.
Dengan begitu, penetapan kenaikan 1% UMP sama sekali tidak menyamai presentasi inflasi tahunan. Namun jangan lupa, seandainya pemerintah menuruti tuntutan dari para demonstran merevisi penetapan dari 1% diganti menjadi 7-10%, hal ini tetap tidak akan menyolusi secara subtansial. Karena faktanya, tingkatan kenaikan inflasi tidak bisa diprediksi di awal. Tingkatan inflasi bisa berubah di tiap tahunnya, disesuaikan keadaan yang mempengaruhi terjadinya inflasi. Adapun Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun), Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun), Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun).
Fakta Inflasi terjadi sebab negara tengah menggunakan sistem ekonomi Kapitalisme. Di mana mata uang Indonesia rupiah merujuk pada mata uang kertas (dolar As). Maka apabila dolar naik, nilai mata uang rupiah pun akan menurun atau melemah. Ini dipastikan akan berimbas pada harga-harga barang atau jasa luar negeri dan dalam negeri naik di mata uang rupiah.
Ditambah, berkat Ekonomi Kapitalis pula Indonesia masih mengandalkan barang Impor, itu akan merogoh kocek dolar sebagai rujukan mata uang dunia. Meskipun barang atau jasanya masih mampu terpasok di dalam negara.
Di sini dapat tergambar bahwa dolar hanya bisa dinikmati sepenuhnya oleh negara yang bermata uang dolar. Sedangkan di Indonesia, hanya sebagian kecil saja kalangan yang mendapat keuntungan dari sistem (dolar AS) ini. Akibatnya, rakyat Indonesia akan terus mengalami krisis ekonomi berkepanjangan.
Maka, semestinya kita segera membuang sistem kapitalisme yang melegalkan uang rupiah turunan dari mata uang (dolar As). Mata uang yang sengaja diciptakan oleh adidaya penjajah sebagai salah satu alat untuk menjajah negara-negara.
Yakni, menggantinya dengan sistem Islam. Dengan alat tukarnya, berupa Dinar ( uang emas murni) dan Dirham ( kepingan logam perak). Alat tukar yang pada faktanya tidak menimbulkan inflasi. Alat tukar yang pernah di gunakan oleh tauladan kita yakni Rasulullah Saw. serta pemimpin Islam lainnya.
COMMENTS