rumah gorong-gorong bandung
Oleh: Naely Lutfiyati Margia, Amd.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung Didi Ruswandi, melalui akun Instagramnya @didi_ruswandi membagikan unggahan berupa dua video dan satu foto kondisi hunian di dalam drainase di jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung. Lewat video yang dibagikan tersebut, Didi Ruswandi mengatakan drainase di jalan Dr. Djunjunan malah dipakai untuk rebahan. Dia pun tidak habis pikir dan menyebut bisa jadi inilah penyebab tersumbatnya air di jalan tersebut. Dia mengatakan ketika menyusuri drainase itu seperti ada yang sengaja menyumpal dan setelah ditelusuri ternyata digunakan untuk rebahan. (Pikiran Rakyat, 24/8/21)
Siapa yang tidak kaget melihat sebuah hunian di dalam drainase. Drainase yang seharusnya menjadi jalur pengaliran air, malah disumpal untuk dijadikan tempat istirahat. Keberadaan tempat tinggal di drainase ini yang menjadi salah satu penyebab lamanya air surut apabila terjadi banjir.
Keberadaan tunawisma memang sering ditemui di jalanan kota-kota besar. Entah berprofesi sebagai pemulung atau peminta-minta. Ketika hujan turun atau malam tiba, mereka berteduh di teras-teras toko atau di kolong jembatan. Kerasnya kehidupan kota, membuat mereka tak punya pilihan. Sehingga bisa saja terjadi hal seperti di atas, membuat hunian di tempat yang tidak seharusnya. Himpitan ekonomi memaksa seseorang untuk pada akhirnya membuat tempat tinggal di sebuah gorong-gorong. Tak peduli soal keselamatan, kesehatan dan kebersihan, yang penting ada tempat bagi dirinya memejamkan mata barang sejenak. Miris sekaligus sedih melihat fakta yang demikian.
Beginilah realita kehidupan di bawah sistem kapitalisme sekuler. Tidak adanya peran kepengurusan negara terhadap rakyat, membuat kalangan kecil tidak terjamah. Negara seolah lepas tangan dan rakyat dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Sudahlah kemudian mencari sesuap nasi sulit, ditambah keadaan pandemi membuat semakin tercekik. Ini merupakan bukti abainya negara terhadap kesejahteraan rakyat.
Di tengah problematika ini, Islam mampu hadir sebagai solusi. Islam sudah sangat sempurna, tak hanya mengatur urusan langit, tapi juga urusan-urusan kehidupan, termasuk salah satunya dalam urusan kepemerintahan. Islam menempatkan negara sebagai institusi kepengurusan rakyat. Segala bentuk kebutuhan yang menjadi hak rakyat akan dipenuhi, termasuk di dalamnya kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Islam juga akan mendorong dan memfasilitasi rakyat untuk dapat bekerja, sehingga rakyat dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Namun apabila tidak mampu untuk memenuhinya secara mandiri, negara yang akan langsung bertanggung jawab.
Inilah bentuk kepengurusan rakyat sesungguhnya, yang menjamin setiap rakyatnya dapat hidup dengan aman dan nyaman. Islam memandang amanah sebagai pemimpin adalah tanggung jawab besar, sehingga dalam menjalankan amanahnya senantiasa penuh dengan keikhlasan dan hanya mengharap Ridha Allah. Sebab ia tahu bahwa kelak di akhirat setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Wallahu a’lam bish shawwab.
COMMENTS