Khilafah islam kaffah
Oleh : Ummu Fatih II
Umat Muslim pernah memiliki peradaban luhur dan memimpin dunia. Namun, kontras dengan keadaan umat hari ini. Negeri-negeri Muslim justru tertindas. Kekayaan alamnya dijarah. Sumberdaya manusianya kalah dengan bangsa lain. Beberapa negeri Islam terjerat utang ribawi yang besar. Padahal kekayaan alamnya berlimpah. Hukum-hukum Allah SWT pun terbengkalai tanpa ada yang melaksanakannya secara kaffah. Meskipun secara fisik merdeka, kenyataannya umat dipaksa tunduk pada kehendak dan aturan asing.
Kunci kebangkitan yang dibawa Rasulullah saw. pada umat manusia adalah membebaskan mereka dari penghambaan sesama menuju penghambaan hanya pada Allah SWT.
Islam berhasil menciptakan manusia merdeka dan bangkit, yakni mereka yang tunduk dan menghambakan diri hanya pada Allah SWT, Pencipta segenap makhluk dan alam semesta, Tuhan yang layak disembah.
Tolok ukur kebangkitan yang sahih bukanlah keberlimpahan materi seperti kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan atau pesatnya pembangunan infrastruktur. Kebangkitan sahih bagi umat adalah kemerdekaan untuk menjalankan syariah Allah SWT secara total di semua bidang kehidupan. Hanya dengan cara inilah umat akan mendapatkan kemajuan di segala bidang sebagaimana yang diraih pada masa lampau.
Tak ada artinya kemajuan materi, sementara manusia masih menghambakan diri mereka kepada sesama manusia dan memperturutkan hawa nafsu. Ini bukanlah kebangkitan, tetapi justru ‘hukuman’ dari Allah SWT karena hal itu membuat derita pada diri sendiri.
Bukankah terbukti bahwa ideologi selain Islam seperti sosialisme-komunisme, kapitalisme dan demokrasi malah menciptakan penghambaan kepada sesama manusia dan menciptakan kerusakan? Dalam demokrasi manusia dipaksa untuk mengikuti aturan yang dibuat oleh manusia dengan mengatasnamakan kedaulatan rakyat. Ironinya, produk undang-undang yang dibuat malah sering menyusahkan rakyat yang telah memilih mereka sebagai penguasa dan wakil mereka.
Lebih ironi lagi, umat malah menolak syariah Islam untuk dijadikan landasan dan aturan kehidupan. Lalu mereka malah ikut-ikutan memberikan stigma pada syariah Islam dengan sebutan radikalisme. Mereka menciptakan islamofobia agar umat takut pada agamanya sendiri. Seolah-olah Islam adalah pangkal persoalan dan kerusakan hari ini. Lalu ketika umat telah tersesat dan sengsara, mereka malah menepuk dada dan merasa telah menjadi penyelamat dan berbuat kebaikan. Padahal Allah SWT telah mengingatkan:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا . الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami memberitahu kalian tentang orang yang paling rugi perbuatannya? (Mereka itulah) orang-orang yang sesat perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.” (TQS al-Kahfi [18]: 103-104).
Karena itu hendaklah kita semua bersegera kembali pada syariah Islam. Tentu dengan mengamalkan dan menerapkan syariah Islam sebagai satu-satunya asas dan aturan kehidupan. Hanya dengan syariah Islamlah kita akan diantarkan pada kebangkitan dan kemerdekaan hakiki. Bebas dari jerat penghambaan sesama manusia menuju penghambaan sejati, yakni menghamba hanya pada Allah SWT.
COMMENTS