dakwah untuk perubahan
Oleh : Mauli Azzura
Adanya bentuk protes masyarakat yang viral atas kekecewaan terhadap pemerintah dalam bentuk mural dan grafiti sudah dinilai bahwa masyarakat bukan hanya kecewa semata pada kebijakan-kebijakan penguasa, melainkan sudah perwujudan kemarahan, geram bahkan keputus asaan. Apalagi, sejak diberlakukanya UU ITE yang memberi sanksi bagi penyuara ke arah kritikan kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah.
Sudah sangat jelas, semua kejadian tersebut terkait dengan situasi faktual yang makin tidak karuan, yakni wabah virus covid-19 yang tidak kunjung usai dan masih dengan jalan kebijakan yang belum mampu menuntaskan permasalahan rakyat. Kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro rakyat menjadikan kehidupan masyarakat bertambah sulit, termasuk pada pelaku korupsi dana sosial untuk rakyat yang telah dicuri benar-benar menyakiti hati rakyat.
Maka, wajar jika rakyat menginginkan perubahan karena merasa kecewa pada para penguasa yang terlalu sering dianggap mendzolimi, membohongi, serta hilangnya empati serta keadilan dalam hukum negara. (https://twitter.com/kr1t1kp3d45/status/1428947816051658752?s=09)
Hal ini mampu menguatkan ekspresi dan arus kesadaran masyarakat untuk modal perubahan, yakni perubahan sistemik dari sekuler kapitalis menuju sistem Islam. Namun, keadaan belum mampu memberi harapan perubahan pada umat disebabkan pihak penguasa terus membungkam suara-suara kritis dari rakyatnya.
Lantas, bagaimana menjadikan kekecewaan dan kemarahan masyarakat ini menjadi penguat untuk benar-benar menyadarkan rakyat menuju perubahan? Apalagi, selain terus bersuara, beropini, dan membangun kesadaran masyarakat agar berbasis pemikiran ideologis. Pentingnya mengajak masyarakat untuk berpikir mendalam bahwa yang terjadi saat ini adalah dampak penerapan rusaknya sistem, yaitu sistem sekuler kapitalisme yang tegak diatas hukum buatan manusia dan aqidah yang batil.
Umat harus memiliki kesadaran bahwa kebijakan yang berlaku semuanya adalah pro pada kekuatan modal dan kepentingan asing. Maka, rakyat juga harus memiliki kesadaran bahwa yang benar-benar memberikan solusi tuntas atas semua persoalan hanyalah sistem Islam. Sistem yang berdasarkan aqidah Islam yang datang dari Sang Pencipta Yang Maha Adil dan Maha Sempurna. Hal ini dikarenakan, Islam bukan hanya mengatur soal ibadah dan akhlak belaka, tetapi juga mengatur segala aspek keseluruhan dalam kehidupan yang mencakup individu, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan akan ada saat masyarakat berani bergerak untuk maju dan menyuarakan yang haq demi terciptanya kesejahteraan dengan ridho Allah Swt.
..اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
" Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd : 11).
Wallahu a'lam bishshowab.
COMMENTS