gerakan keluarga berdoa
Oleh: Elin Nurlina (Ibu Rumah Tangga)
Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 155 yang artinya: "Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar’’.
Dari ayat tersebut, sudah sunatullah bahwa manusia dalam menjalani kehidupannya, pasti akan ada yang namanya ‘’diuji’’. Ujian yang dihadapi setiap orang tentu berbeda-beda, ada yang ringan, sedang, bahkan ada yang sampai ke level yang dalam pandangan manusia itu sangat berat baginya. Namun perlu kita ketahui, bahwa Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Intinya, seseorang akan diuji sesuai kadar imannya masing-masing. Semakin tinggi iman seseorang bararti semakin tinggi pula ujian yang akan dihadapinya.
Terkadang Allah memberi ujian kepada manusia karena memang hendak menguji keimanannya. Jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberikan ujian kepada mereka. Apakah dia termasuk orang sabar dan ridha sehingga dia berhak mendapatkan pahala kesabarannya atau malah marah terhadap qada-Nya yang akibatnya dia pun mendapatkan dosa dari kemarahannya.
Terkadang Allah juga memberi ujian kepada manusia itu sebagai peringatan agar manusia merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka karena telah banyak melanggar aturan Allah, tujuannya agar manusia kembali ke jalan yang benar. Ujian yang menurut kita buruk belum tentu buruk dalam pandangan Allah, pun sebaliknya, baik menurut kita belum tentu baik dalam pandangan Allah. Allah Maha Tahu segalanya, maka sudah semestinya kita menyikapinya dengan sabar dan Ridha dalam menghadapi segala qadha-Nya.
Seperti halnya saat ini, merebaknya wabah karena virus covid-19, adalah salah satu bentuk dari Qadanya Allah. Hal tersebut ada sebagai ujian yang Allah turunkan kepada manusia. Satu per satu manusia banyak yang terjangkiti akibat virus ini bahkan sampai banyak yang meninggal dunia.
Terlepas dari banyaknya statement masalah covid-19 yang selama ini banyak yang disalah pahami sehingga melahirkan sikap yang salah, jelas telah menyebabkan kompleksitas yang luar biasa. Dalam situasi yang kian amburadul, nyaris tidak ada yang bisa diharapkan, maka mindset yang benar ini penting untuk kita pahamkan kepada umat. Sebagai orang yang beriman tentu saja kita harus bisa menyikapi segala macam bentuk ujian, musibah maupun cobaan apa pun itu bentuknya, harus dihadapi dengan keimanan. Termasuk virus covid-19 ini berasal dari Allah.
Oleh karena itu, sikap pertama yang harus diambil adalah ridha dengan (qadha)keputuan Allah. Kedua, setiap manusia harus introspeksi. Sebabnya, meskipun semuanya adalah kehendak Allah, suatu kejadian, termasuk wabah, kadang dipicu oleh kesalahan atau dosa manusia yang melanggar aturan Allah SWT. Dan sikap yang ketiga saat wabah menimpa adalah kita harus berikhtiar untuk mengatasinya. Dengan ini, kita harus memperhatikan dua hal yaitu kaidah Syariah dan kaidah kausalitas (kaidah saintifik). Penyelesaian masalah dengan kedua kaidah inilah yang dinamakan solusi islam.
Bila ada himbauan kepada masyarakat hanya dengan Gerakan berdoa Bersama di rumah masing agar RI bebas covid-19, jelaslah belum cukup. Memang berdoa adalah inti ibadah, dan Allah sangat mencintai hamba-hambanya yang berdo’a kepadaNya. Barang siapa yang tidak berdoa kepada Allah berarti ia telah meninggalkan kebaikan yang banyak. Bahkan bisa dikategorikan sombong apabila seorang hamba tidak mau berdoa. Berdoa tanda bahwa kita sebagai manusia butuh pertolongan Allah, terlebih dalam menghadapi wabah saat ini. Hal yang harus diperhatikan.
Allah telah menjelaskan dalam Al quran surat Al Baqarah ayat 186 agar kita berdoa itu harus disertai dengan memenuhi seruanNya, harus terikat dengan syariat-syariatNya dan mengikuti RasulNya.Dan perlu kita ketahui, Keberadaan doa sebagai suatu ibadah tidak berarti bahwa kita boleh meninggalkan kaidah kausalitas. Siroh Rasulullah SAW adalah bukti yang nyata akan hal ini. Berbagai contoh perbuatan Rasulullah SAW dengan menggunakan kaidah kausalitas patut kita tiru. Pada saat beliau berdoa, bermunajat kepada Allah agar diselamatkan dari kejaran kafir quraisy, pada saat yang sama Rasul pun keluar dari rumahnya di waktu malam dan mendapati kaum quraisy sedang mengepung rumahnya. Beliau kemudian menebarkan tanah pasir ke wajah-wajah mereka. Keyakinan akan terkabulnya doa itulah yang menjadikan hati beliau tentram setelah sempurna dalam beramal dengan menjalani kaidah kausalitas. Jadi berdoa saja tidak cukup, melainkan doa itu harus senantiasa menyertai setiap usaha dengan tetap menjalani kaidah kausalitas.
Pada kasus ini, merebaknya ujian yang menimpa, tidak cukup hanya dihimbau untuk keluarga untuk berdoa, tapi juga bagi pengambil kebijakan. Mengapa demikian?bisa jadi Allah turunkan bencana karena dipicu oleh kebijakan-kebijakan dzalim yang dijalankan penguasa banyak melanggar hukum-hukum Allah. Syariat islam tidak diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, penistaan-penistaan agama semakin digencarkan, Al quran dan as sunnah sudah tidak lagi di jadikan pedoman dan petunjuk dalam seluruh aspek kehidupan, pemisahan agama dari kehidupan semakin menjauhkan umat dari ajaran-ajarannya, dan lain sebagainya.
Bila benar membutuhkan pertolongan Allah, semestinya tidak hanya sekadar berdoa namun juga taubatan nasuha seluruh Masyarakat dan pemerintah, yaitu dengan kembali ke hukum Allah secara kaffah, dan syariat islam hanya bisa sempurna diterapkan apabila sistem pemerintahannya pun berdasarkan islam, yaitu khilafah, bukan kapitalisme-demokrasi. Dengan itu pentingnya doa dan ikhtiar untuk mewujudkan Kembali khilafah adalah keharusan.
Wallahu alam Bi showwab.
COMMENTS