muslim kanada ditabrak
Oleh : Annisa Al Maghfirah (Relawan Media)
Kabar duka datang dari negara Kanada. Satu keluarga Muslim di selatan provinsi Ontario, Kanada tewas ditabrak truk pick-up yang dikendarai pria berumur 20 tahun. Peristiwa ini terjadi pada Minggu (6/6) sekitar pukul 20:4 (0040 GMT Senin). Satu keluarga muslim yang terdiri dari 5 orang ini ditabrak di atas trotoar saat hendak menyeberang jalan. 4 orang diantaranya meninggal dunia dan 1 orang remaja berusia 9 tahun selamat. Pelaku bernama Nathaniel Veltman tidak lama ditangkap setelah kejadian tersebut.
Islamofobia di Negara Barat
Negara Kanada konon dipercaya menjadi tempat hidupnya kesetaraan dan penghormatan akan nilai-nilai kepercayaan dan kemanusiaan. Ternyata, perilaku oknum warganya yang melanggengkan sikap anti-islam/ islamofobia kemudian membawanya menjadi teroris bengis yang menghilangkan nyawa keluarga muslim tidak berdosa.
Paul Waight, seorang detektif dari Kepolisian Kota London, Ontario, Kanada mengatakan bahwa ada sebuah bukti perencanaan pembunuhan pelaku yang dimotivasi oleh kebencian karena keyakinan Islam yang dianut korban.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan insiden itu "mengerikan" dan menggambarkan sebagai "tindakan kebencian". Dia pun menyampaikan rasa simpatinya kepada para korban, termasuk anak laki-laki yang selamat. "Kepada komunitas muslim di London dan muslim di seluruh negeri, ketahuilah bahwa kami mendukung Anda. Islamofobia tidak memiliki tempat di komunitas kami. Kebencian ini berbahaya dan tercela dan itu harus dihentikan."
Serangan itu adalah salah satu penyerangan dari sekian banyak penyerangan yang terjadi terhadap muslim di negara-negara Barat. Hal itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang serangan islamofobia di provinsi-provinsi di seluruh Kanada dan seruan yang meluas kepada pihak berwenang untuk mengatasi rasisme, serta kekerasan yang dimotivasi oleh kebencian oleh kelompok sayap kanan.
Akar Islamophobia
Islamofobia adalah ketakutan berlebihan dan kebencian terhadap ajaran Islam dan penganutnya. Jika dirunut ke belakang, islamofobia sebenarnya sudah lama muncul di negara-negara yang mayoritas penduduknya non Muslim. Islamofobia bisa bertahan sampai sekarang, ada beberapa alasan.
Diantaranya negara (mayoritas non muslim), muslim sekuler-liberal juga media cenderung memelihara dan menyebarkan narasi bahwa Islam adalah sumber dari teror atau kekerasan. Hal ini akibat bentuk kekerasan seperti ISIS yang mencitrakan dirinya Islam, tragedi WTC 11 September, juga akibat doktrin agama non Islam yang radikal dalam memandang Islam dengan kebencian (tidak ridho dengan Islam dan perkembangannya). Hingga kita mengikuti mereka ataupun menjauh dari ajaran agama Islam itu sendiri dengan menjadi sekuler-liberal bahkan moderat.
Allah Subhana Wa Ta'ala mengingatkan kita akan hal tersebut dalam firman-Nya, yang artinya :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (TQS. Al-Baqarah: 120)
Henk Dekker dan Jolanda Van der Noll pada 2007 di Belanda dalam hasil risetnya yang berjudul "Islamophobia and its origins; A study among Dutch youth", menyebut Islamofobia sebagai sikap dan tingkah laku negatif masyarakat terhadap agama Islam dan penganutnya.
Sikap negatif bisa berbeda-beda ditunjukkan masyarakat mulai dari keengganan memiliki tetangga Muslim, tak mau berteman dengan penganut agama Islam. Bahkan terparah ingin membunuh kaum muslim yang tentunya mencolok dalam menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan baik hal berpakaian maupun sosial kemasyarakatan.
Serangan terbaru adalah yang terburuk terhadap Muslim Kanada sejak seorang pria membunuh enam anggota masjid Kota Quebec pada 2017 lalu. Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, mengutuk serangan itu dengan mengatakan serangan tersebut mengindikasikan meningkatnya Islamofobia di negara-negara Barat. Dalam twitternya ia pun menuslikan bahwa Islamofobia perlu dilawan secara holistik oleh komunitas internasional,
Malangnya, selama ini Islamofobia tidak bisa tertuntaskan. Jika didalami, isslamofobia dipropagandakan oleh Barat itu sendiri. Dukungan terhadap Israel bahkan Amerika sebagai negara pendukung yang notabenenya juga menjadi salah satu anggota PBB malah yang melakukan sikap Islamofobia dalam bentuk kekerasan yang parah terhadap negeri muslim Palestina, negeri Syam. Selama berharap kepada PBB, HAM, Demokrasi dan sistem sekuler hari ini, islamofobia tidak akan terhenti.
Tidak ada Rasisme dalam Sistem Islam
Islamofobia berjamur, dukungan kepedulian atas nama kemanusiaan berhambur. Tweet dengan berbagai tagar kemanusiaan selalu bergulir dan menjadi trending tatkala muncul dipermukaan sikap islamofobia. Perlu ada solusi untuk menuntaskan masalah Islamofobia yang merupakan bagian dari rasisme ini.
Perbedaan suku, warna kulit, jenis kelamin, dan bahasa merupakan sunatullah. Perbedaan agama yang dianut antar manusia adalah ujian. Ujian bagi orang yang berakal serta berpikir untuk mencari kebenaran. Dan dalam Islam tidak ada perlakuan rasisme walaupun berbeda keyakinan.
Pada sistem pemerintahan Islam, semua warga negara non-Muslim yang tinggal di negara Islam (khilafah) disebut sebagai kafir dzimmi atau ahlu dzimmah. Islam menganggap semua orang yang tinggal di Negara Khilafah sebagai warga negara. Mereka semua berhak memperoleh perlakuan yang sama serta tidak boleh ada diskriminasi. Negara Islam akan menjaga dan melindungi keyakinan, kehormatan, dan harta benda warga negaranya baik yang muslim maupun non muslim. Dalam Islam, setiap warga negara memperoleh persamaan hak di depan hukum, tidak pandang bulu entah itu pejabat atau rakyat biasa (Muslim maupun non-Muslim).
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: “Barang siapa membunuh seorang mu’ahid (kafir yang mendapatkan jaminan keamanan) tanpa alasan yang haq, maka ia tidak akan mencium wangi surga, bahkan dari jarak empat puluh tahun perjalanan sekali pun.” (HR Ahmad)
Islam dengan rekam sejarah masa lalunya telah memberikan contoh toleransi yang sangat komplit berdasar Al Qur'an dan As Sunnah. Historiografi peradaban dunia telah membuktikan bukannya Islam yang tidak mengenal toleransi melainkan Peradaban Baratlah yang tidak pernah memiliki konsep toleransi. Toleransi yang tidak melahirkan fobia atau rasisme terhadap agama lain adalah hal yang diajarkan dalam agama Islam. Sejak zaman Rasulullah hingga Khilafah Ustmani sebagai sistem pemerintaham terakhir umat Islam dalam 1 daulah yang berlandaskan syariat Islam.
Tak pelak, seorang orientalis Inggris, TW Arnold yang berkata, “The treatment of their Christian subjects by the Ottoman emperors—at least for two centuries after their conquest of Greece—exhibits a toleration such as was at that time quite unknown in the rest of Europe (Perlakuan terhadap warga Kristen oleh pemerintahan Khilafah Turki Utsmani selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa).” (The Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim Faith, 1896, hlm. 134).
Maa Syaa Allah. Kembali kepada aturan Pencipta manusia memanglah yang terbaik.Dan dengan sistem pemerintahan Islam, islamofobia yang dapat melayangkan nyawa muslim bisa teratasi. Karena Islam adalah solusi bukan seperti demokrasi apalagi HAM yang hanya gorengan basi.
Wallahu a'lam bishowwab
COMMENTS