islam moderat bersumber dari barat
Oleh : Reni Adelina, A.Md
Jas Merah, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
Begitulah sepenggal nasihat yang sering kita dengar ketika belajar sejarah di sekolah. Ungkapan ini bermakna bahwa belajar sejarah sangat penting, karena dengan sejarah kita mampu memetik hikmah dan pembelajaran dari setiap peristiwa besar pada masa lalu.
Mencari rujukan atau sumber yang tepat dalam belajar sejarah begitu penting. Tanpa menghapuskan sejarah yang satu dan menggantikannya dengan sejarah yang lain. Sikap jujur dan objektif juga diperlukan dalam mengemukakan sejarah yang pernah terjadi. Agar para penikmat sejarah memiliki pemahaman yang benar.
Beberapa waktu yang lalu, Kamis 25 Februari 2021, Kementerian Agama (Kemenag) melaksanakan Wokshop Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Kebudayaan Islam MA/MAK. Dalam workshop tersebut Kemenag melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah meminta kepada para guru pengampu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) untuk menyampaikan sejarah Islam secara komprehensif. (SINDONEWS.com, 26/2/21)
Pesan ini disampaikan secara daring oleh Muhammad Zain selaku direktur, kepada puluhan guru mata pelajaran SKI. Diharapkan dengan penyampaian sejarah Islam secara komprehensif, akan membentuk generasi yang moderat. Yakni genarasi yang memahami Islam secara inklusif, terbuka, dan toleran.
Seruan moderasi agama ini bukan hal yang pertama kali dilakukan oleh Kemenag. Sebelumnya Kemenag telah menghapus materi pelajaran tentang khilafah dan jihad dari mata pelajaran fiqih dan memindahkannya ke mata pelajaran sejarah. Lalu merubah perspektif khilafah dan jihad sesuai dengan konteks Indonesia. Padahal sejarah khilafah jelas terangkum selama 13 abad lamanya dan memperjuangkannya dengan semangat jihad. Tidak hanya itu, Kemenag juga memperkenankan guru non Muslim mengajar di sekolah madrasah dengan alasan mewujudkan persatuan dan mencegah perpecahan. Hal ini menjadi jargon untuk saling bertoleransi antara umat beragama.
Setelah muncul Islam Nusantara, kini Islam moderat kembali digaungkan. Islam moderat di gambarkan sebagai Islam yang damai, anti radikal, pertengahan, dan tidak ekstrim. Para pengusungnya mengklaim bahwa Islam moderat sebagai _ummatan washaton_ yang telah tertuang dalam Al Quran.
Melihat sepintas gambaran Islam moderat memang bagus dan bisa diterima semua kalangan. Namun, mari kita bepikir secara mendalam. Apakah benar Islam moderat itu berasal dari ajaran Islam? bagaimana dampaknya ketika para generasi mengambil pemahaman Islam moderat ini ? siapa dalang dari kampanye Islam moderat ini ?.
Sekularisasi dalam Islam Moderat
Pemahaman Islam moderat jelas berbahaya bagi generasi Islam karena bukan bersumber dari syariat Islam yang sesungguhnya. Bahkan bisa menanamkan perspektif negatif terhada ajaran Islam dan sejarah Islam yang telah ada. Sehingga memunculkan kebencian akan syariat Islam dan menimbulkan permusuhan sesama muslim karena berbeda pandangan dan pemahaman.
Kampanye Islam moderat membidik generasi sehingga memandulkan kemampuan berpikir dan bersikap dalam menyelesaikan problematika umat. Kampanye Islam moderat seperti praktik penjajahan gaya modern. Yakni dengan marasuki pemahaman generasi dengan kata nasionalisme dengan persatuan dan bersikap toleran.
Melihat hal ini, kaum muslimin secara berangsur-angsur juga menjadi toleran terhadap kemungkaran, seperti tebentang luasnya ide-ide kufur, HAM, LGBT, sex bebas, miras, dan feminisme. Jadi sebenarnya Islam moderat hadir di tengah kaum muslimin untuk membunuh karakter Islami pada generasi. Islam moderat yang digaungkan oleh pembenci Islam adalah paham sekulerisasi yang memisahkan agama dari kehidupan. Menganggap bahwa syariat Islam hanya digunakan dalam hal ibadah saja atau bersifat ruhiya semata.
Sekulerisme membuat kaum Muslimin tidak mampu menyelesaikan permasalahan umat. Sungguh ini adalah cara licik para pembenci Islam, dengan merusak pemahaman generasi dengan sekulerisme melalui kampanye Islam moderat. Mengadu domba dan membutakan pandangan kaum Muslimin melalui pemahaman yang keliru.
Hanya Satu Islam
Islam tidak mengenal Islam moderat atau yang sering disebut _Islam washaton_. Mengambil lafaz _ummatan washaton_ dalam surat Al- Baqarah ayat 143 untuk menerima Islam moderat adalah hal yang keliru.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
“Mayoritas para mufasir menafsirkan kata “wasath” di ayat tersebut dengan “al ‘adl” (adil) atau “al khiyar” (terbaik dan pilihan).
Sehingga, sikap wasath tidak lain adalah sikap adil, yaitu menempatkan segala sesuatu sesuai posisi dan ketentuannya menurut syariat. Sikap wasath juga mencakup sikap memilih yang benar dan sikap melaksanakan serta terikat dengan syariat Islam yang secara totalitas.
“Bukan sikap moderat, kompromistis, dan selalu mengedepankan jalan tengah,”.
Sebagai umat terbaik mari meluruskan pemahaman agar terhindar dari kampanye-kampanye sekulerisme. Sudah saatnya kita kembali kepada Islam yang sesungguhnya. Menggunakan Islam dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek pendidikan, sosial, ekonomi, hukum, dan politik.
Wallahualam Bishoab
COMMENTS