khilafah pemersatu umat
Oleh : Siti Aminah, Muslimah Asal Malang
Daulah Islam berdiri dengan penuh perjuangan, Rasulullah saw mendirikannya dengan tujuan agar hukum hukum Allah bisa diterapkan.
Hingga Allah Swt. perkenankan kemenangan itu hadir di tahun ke-13 kenabian. Rasul beserta kaum muslim hijrah ke Madinah Almunawarah.
Selama 13 abad Islam memimpin dunia. Kekuasaannya yang mencakup 2/3 bagian dunia, mampu menciptakan peradaban agung dan gemilang,
Runtuhnya Khilafah Islamiyah di Turki Utsmani
Jauh setelah peristiwa Isra Mikraj, pada 27 Rajab umat Islam diliputi pilu mendalam karena perisainya telah dihancurkan, yaitu Khilafah Islamiah, tepatnya pada 27 Rajab 1342 H atau 3 Maret 1924 M
Khilafah yang berpusat di Turki Utsmani dihapuskan Mustafa Kemal Ataturk laknatullah ‘alaih. “Sah”-lah, aturan Allah Swt. tak lagi menjadi landasan dalam mengatur umat manusia.
Hingga kini, kafir dan kaum munafik tak berhenti sampai meruntuhkan Khilafah. Mereka pun berusaha untuk menghilangkan Khilafah dari benak umat muslim, membubarkan kelompok yang mengusungnya, serta mengkriminalisasi ulama dan umat yang mengembannya
Mereka juga menghilangkan ajaran Khilafah dari buku sekolah, menyamakan Khilafah dengan komunis (yang telah jelas biadabnya), dan masih banyak upaya mereka dalam mengubur Khilafah yang merupakan mahkota kewajiban umat muslim.
Maka, pada tahun ini, 1442 Hijriah, genap 100 tahun sudah dunia tanpa Khilafah. Runtuhnya khilafah menyebabkan umat muslim terpisah dan terkotak kotak menjadi berbagai negara.
Orang orang barat tahu bila umat islam bersatu dan bangkit maka kejayaan islam akan kembali dan penjajahan mereka akan berakhir.
Mereka menyiapkan banyak cara untuk memecah belah umat salah satunya dengan adu domba dan menciptakan konflik sesama umat muslim. Seperti Yang Terjadi di Yaman
Genap lima tahun tragedi kemanusiaan telah membelenggu Yaman akibat perang antara koalisi Arab dengan kelompok pemberontak Houthi yang merupakan kaki tangan Iran.
Situasi ini membuat masyarakat sipil menderita. Berdasarkan data PBB, lebih dari 100.000 orang tewas akibat perang.
Jumlah balita kurang gizi pun meningkat 20 persen menjadi 2,4 juta pada akhir tahun karena kekurangan dana, menurut UNICEF.
Gabungan Ormas Islam Malaysia pun mengecam bungkamnya dunia internasional atas krisis yang berlangsung di Yaman.
Presiden Majelis Syura Ormas-ormas Islam Malaysia (MAPIM) Mohd Azmi Abdul Hamid mengatakan ini adalah tahun kelima dari tragedi kemanusiaan di Yaman yang telah mendorong negara itu ke jurang kelaparan.
“Ratusan ribu anak-anak Yaman sekarang menghadapi kekurangan gizi yang serius,” ujar Mohd Azmi dalam keterangannya kepada Anadolu Agency pada Jumat.
Mohd Azmi menambahkan situasi di Yaman kian memburuk akibat Covid-19.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) memperingatkan krisis bahan bakar yang melanda Yaman pada Juni mengancam akses ke makanan, operasi rumah sakit, dan persediaan air yang bergantung pada bahan bakar dan penting untuk mencegah penularan virus.
Menurut UNOCHA, 80 persen dari kiriman uang senilai USD3,8 miliar pada 2019 telah mengering, bersamaan dengan kenaikan biaya minimum pangan sebanyak 35 persen di beberapa daerah.
Total hingga Jumat, Yaman mengonfirmasi 1.640 kasus dan 458 kematian.
“Mengapa OKI tidak dapat menemukan solusi untuk konflik? Faktanya adalah, sejak koalisi yang dipimpin oleh Saudi dan UEA ikut campur di Yaman, situasinya telah berubah menjadi krisis kemanusiaan terburuk di dunia,” ujar Mohd Azmi.
Dia mendesak badan-badan internasional bekerja untuk membangun kembali Yaman.
“Kami menyerukan para pemimpin dunia untuk menghentikan perang dan menghindari eskalasi kekerasan lebih lanjut untuk mencegah lebih banyak kematian di Yaman,” kata Mohd Azmi.
Koalisi Arab Saudi dan Iran Perlu Tarik Diri
Pengamat dunia Islam UIN Ar-Raniry, Aceh, Teuku Zuhairi menyampaikan kondisi yang membelenggu Yaman saat ini tidak lepas dari perang antara Saudi dan Iran.
Teuku mengatakan Iran dan Arab Saudi menjadikan Yaman medan pertempuran untuk meraih pengaruh di Timur Tengah.
Untuk itu, kata dia, cara untuk menghentikan tragedi kemanusiaan di Yaman adalah dengan menghentikan perang.
“Setelah lima tahun kita menyaksikan kehancuran ini, apakah tidak cukup membuat Arab Saudi, Emirat Arab dan Iran sedikit memiliki empati terhadap muslim Yaman?” ucap dia.
Teuku juga mengatakan dunia internasional periu terlibat intens dalam mendorong perdamaian di Yaman, khususnya dalam mendesak Iran dan koalisi Arab Saudi.
“Iran harus berhenti mendukung Hauthi dan menghancurkan Yaman. Begitu pula Uni Emirat Arab dan Saudi Arabia harus berhenti hancurkan Yaman dengan dalih perangi Houthi,” terang dia.
Lembaga bantuan Aksi Insan Nusantara (AIN) yang menyalurkan bantuan ke Yaman menyampaikan sejauh ini orang-orang banyak mengungsi ke Yaman Selatan dan Yaman Utara.
“Mereka mengungsi di kamp yang sangat seadanya dan sifatnya nomaden karena perang masih terus berjalan sehingga tidak bisa terus menetap,” ujar Direktur AIN Ricky Abdurrahman Hafiz kepada Anadolu Agency.
Berdasarkan kondisi di lapangan, Ricky mengatakan masyarakat memerlukan bantuan listrik karena pasokan listrik di Yaman sangat minim.
“Warga juga butuh rumah sakit karena sejauh ini para pengungsi dibawa ke Muscat, Oman, dan itu butuh waktu lama,” terang dia.
Selain itu, Ricky menyoroti kondisi kelaparan yang parah karena minimnya pasokan pangan.
Berdasarkan data PBB, kata dia, tingkat kelaparan busunglapar naik dari angka 50 persen ke 60 persen.
“Mereka sangat lapar dan butuh pasokan makan,” jelas dia
Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya pemimpin yang menyatukan umat sehingga umat terpecah belah dan mudah diadu domba.
COMMENTS