Solusi Islam atasi pandemi
Oleh: Prayana (Aktivis Muslimah)
Masalah covid-19 saat ini belum juga ada solusi yang tepat. Sekarang kita dikejutkan dengan adanya varian baru dari virus corona SARS-COV-2 atau disebut juga B117, yang pertama kali di temukan di Inggris pada bulan September.
"Dengan semua masalah ini, kami harus bekerja dalam hal risiko, dan varian baru ini muncul dengan lebih mudah menular pada anak muda dan anak-anak" kata Dr. David Nabarro. (Russia Today, 23/12/2020).
Epidemiologi Kamaluddin Latief menyatakan varian baru ini memiliki tingkat penularan tujuh puluh persen lebih cepat di bandingkan jenis lama. Yang harus diantisipasi dari virus ini adalah fatality rate (kematian) dan penularan.
"Kombinasi dari kedua itu (fatality dan penularan) yang di khawatirkan, jangan sampai virusnya cepat menular dan gampang mematikan. Fatality rate ini artinya jumlah yang meninggal di antara semua yang sudah dinyatakan sakit. Kita selalu menyatakan case fatality cenderung rendah jangan lupa dikaitkan dengan jumlah kasus aktif, sekarang yang sudah dirawat puluhan ribu. (sindonews.com, 29/12/2020).
Varian baru muncul karena negara tidak segera melakukan karantina virus. Indonesia saja sebelumnya sudah keteteran dalam menangani corona, sekarang ditambah lagi dengan adanya varian baru. Ini terjadi akibat negara tidak tegas dalam mengambil sikap untuk melakukan karantina virus, lebih mementingkan masalah perekonomian dibandingkan nyawa masyarakatnya. Jika sejak awal dilakukan karantina virus maka virus tidak akan menyebar dan meluas.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan "Sudah waktunya untuk belajar dari pandemi covid-19, sudah terlalu lama dunia telah beroperasi dalam siklus kepanikan dan pengabaian." (channelnewsasia.com, 27/12/2020).
"Kami membuang uang saat terjadi wabah, dan ketika sudah berakhir kami melupakannya dan tidak melakukan apa pun untuk mencegah wabah berikutnya, ini sangat picik dan terus terang sulit untuk dipahami."
"Sejarah memberi tahu kita bahwa ini bukan pandemi terakhir dan epidemi adalah fakta kehidupan pandemi telah menyoroti hubungan erat antara kesehatan manusia, hewan dan planet".
"Setiap upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia akan gagal kecuali mereka mengatasi antarmuka kritis antara manusia, dan hewan, dan ancaman perubahan iklim yang membuat bumi kita kurang layak hening." (sindonews.com, 27/12/2020).
Pernyataan WHO adalah pengakuan kegagalan sistem sekuler dalam menghentikan sebaran virus. Dilihat dari faktanya semakin banyaknya orang yang terkena corona dan semakin bertambahnya korban jiwa akibat virus corona. Ini membuktikan bahwa sistem kapitalisme demokrasi yang diagung-agungkan oleh penganutnya tidak dapat mengatasi corona dan memberikan solusi yang tepat.
Sistem yang dianut oleh sebagian besar negara yang ada di belahan bumi ini telah gagal dalam melawan corona. Jadi, apakah kita masih mau berpegang teguh pada sistem demokrasi? Sistem yang tidak bisa memecahkan problematika umat, sistem yang tidak mampu menjaga hubungan manusia, hewan, dan lingkungan. Sistem yang dasarnya rusak dan akan terus merusak. Sistem yang tidak dapat dipakai oleh manusia dalam kehidupan karena telah gagal dalam penanggulangan corona secara tuntas dan tepat.
Harus beralih dari sistem buatan manusia ke sistem yang hakiki, yaitu sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta, dan sudah menjadi kewajiban bahwa manusia harus tunduk kepada hukum Allah. Karena Allah adalah sebaik-baiknya pembuat hukum. Sesuai firman Allah:
"Apakah hukum jahiliyah yang mereka cari? Dan siapakah yang lebih baik hukumnya dari pada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin." (QS. Al-Maidah: 50).
Di dalam Islam, khilafah mempunyai solusi atas masalah menghentikan virus dan juga mutasi virus sehingga wabah tidak akan menjadi pandemi. Adapun caranya sebagai berikut:
Pertama. Melakukan Lockdown.
Yaitu penguncian wilayah dilakukan agar virus tidak menyebar dan meluas, dengan melakukan lockdown agar memutus rantai penyebaran virus. Dan sebagian kewajiban dari negara memenuhi semua kebutuhan pokok masyarakat, dengan lockdown agar masyarakat tidak mendekati wilayah yang sedang terkena virus, sebaliknya jika sedang berada di tempat yang terkena virus maka dilarang keluar.
"Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah jangan lah kalian memasuki wilayah itu, sebaliknya jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, jangan lah kalian meninggalkan tempat itu. " (HR. Bukhari).
Kedua. Isolasi Atau Karantina Yang Sakit.
Yaitu memisahkan antara yang sehat dengan yang sakit. Isolasi atau karantina dilakukan pada orang-orang yang menderita virus, para penderitanya ditempatkan di tempat yang khusus jauh dari pemukiman penduduk. Para penderita akan diperiksa secara detail. Dan selalu bertawakal kepada Allah dan berserah diri kepada Allah agar virus cepat berakhir.
Ketiga. Pemberian Vaksin.
Yaitu pemberian vaksin kepada para penderita virus, vaksin yang diberikan adalah vaksin yang sudah teruji dan berkualitas serta halal, dan vaksin diberikan secara gratis, karena pemberian vaksin adalah tanggung jawab negara, semua penyakit pasti ada obatnya sama seperti corona pasti ada vaksinnya.
"Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya." (HR. Bukhari).
Itulah cara yang digunakan khilafah dalam mengatasi covid-19, Islam memberikan solusi tuntas atas setiap permasalahan yang terjadi. Islam adalah sistem paripurna, sudah saatnya kita bangkitkan khalifah di bawah naungan dDaulah Islamiyah.
Wallahualam Bissawab
COMMENTS