Sistem Islam
Oleh Nur Rahmawati, S. Pd
Selasa, 10 November 2020 HRS kembali ke Indonesia. Setelah 3,5 tahun tinggal di Arab Saudi. Sambutan dari masyarakat pun begitu luar biasa. Bandara Soekarno Hatta penuh dengan lautan manusia. Tampak begitu kuat kerinduan umat terhadap dzuriyatnya Rasulullah saw. Namun di sisi lain, kepulangan HRS ternyata cukup memicu kekhawatiran rezim.
Tak dimungkiri, HRS dengan kendaraan ormasnya cukup memainkan peran penting dalam perpolitikan Indonesia ketika berkaitan dengan isu-isu agama. FPI yang dipimpin HRS pada saat pemilihan gubernur DKI 2017 lalu, termasuk sosok yang cukup vokal menentang Basuki Thahaja Purnama untuk menjadi gubernur DKI kala itu. Terlebih terkait dengan kasus penistaan agama hingga menyebabkan Ahok kalah dalam pemilihan gubernur kala itu.
Kepulangan HRS membawa gagasan “Revolusi Akhlak” yang tentu akan berimplikasi baik untuk masyarakat. Namun, Revolusi Akhlak yang seperti apa? Pasalnya, saat ini dunia Islam sedang membutuhkan perubahan secara asasi. Bukan hanya sekadar perbaikan secara individu, tetapi perbaikan secara sistemik. Mengubah peradaban dengan perubahan secara fundamental.
Terkait gagasan Revolusi Akhlak, banyak yang berkomentar, salah satunya Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (SUDRA) Fadhli Harahab yang mengkritisi revolusi akhlak yang digagas Habib Rizieq Shihab. "Revolusi akhlak enggak jelas. Saya duga ini hanya manuver politik. Konsepnya seperti apa kan tak ada. Jangan-jangan cuma keceplosan omong revolusi akhlak biar tidak dikira mau berbuat makar," ujar Fadhli dalam keterangannya kepada awak media, Sabtu. (jpnn.com, 14/11/20)
Ia pun menuturkan bahwasanya Revolusi akhlak merupakan cerminan dari tindakan nabi Muhammad saw. Revolusi jenis menawarkan dialog perdamaian, dan rekosiliasi kepada musuh. Namun dalam hal ini tidak menemukan titik terang maka pilihan terakhir adalah perang. Ia pun melanjutkan, pada saat Rasulullah beserta para sahabat ingin berperang, Rasulullah menawarkan dialog terlebih dahulu kepada musuhnya untuk memeluk agama Islam. Jika musuh menyetujui, pertumpahan darah tidak perlu terjadi. Inilah cerminan akhlak Rasulullah. (nasional.sindonews.com, 16/11/20)
Revolusi Akhlak Bagian dari Revolusi Sistem
Dalam ilmu Sosiologi, masyarakat merupakan sekelompok atau sekumpulan orang dalam suatu wilayah yang memiliki aturan dan norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggotanya. Sementara menurut Syaikh Taqiyudin An-Nabhani, masyarakat didefinisikan sebagai sekumpulan manusia yang terikat oleh pemikiran, perasaan dan aturan yang sama. Dengan demikian, mewujudkan masyarakat Islami dengan hanya mengubah individu-individu saja tidak akan cukup membawa perubahan asasi.
Perubahan asasi hanya akan bisa diraih jika aturan yang mengikat manusia pun diubah. Pasalnya, aturan ini yang kemudian akan membentuk atmosfer keimanan. “Memaksa” manusia untuk berada dalam ketaatan dan menghilangkan berbagai kezaliman. Alhasil, perubahan yang dilakukan tidak cukup person to person. Melainkan berjalan beriringan. Yakni, sembari mengubah individu juga dibarengi dengan mengubah aturan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. []
Wallahu a’lam bi ash-shawab
COMMENTS