Penembakan anggota FPI
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Apalagi kalau korbannya difitnah dan dibunuh tentu ini kejahatan tingkat tinggi. Dosa besar dan pertanggungjawabannya sangat berat di akhirat.
Kalau ada makar penembakan 6 orang Syahid untuk mengkambing hitamkan Ormas Islam tertentu, kasus ini mirip dengan rekayasa yang terjadi di Amerika. Ada banyak kejanggalan yang terjadi pada peristiwa 911.
Sebuah video viral di youtube. Seorang pakar asal Perancis mencoba menjelaskan keganjilan peristiwa teror 911. Harusnya, radar yang dipasang untuk mendeteksi pesawat dekat gedung World Trade Center (WTC) aktif dan mampu melarang pesawat penabrak itu untuk tidak mendekati gedung.
Radarnya tidak aktif hanya pada peristiwa 911. Pesawat pun dengan mudahnya menabrak WTC, 2 menara kembar. Keanehan kedua, WTC adalah gedung yang dirancang dengan konstruksi baja khusus yang tahan terhadap kebakaran dengan suhu amat panas.
Bahan bakar pesawat,avtur, tak mampu meruntuhkan gedung itu. Kilatan cahaya yang muncul dari dalam gedung tepat sebelum pesawat menabrak terekam oleh slow motion video.
Pakar meyakini bahwa itu adalah ledakan bom mikro atom yang daya ledaknya mampu meruntuhkan gedung. Ada apa ini? Siapakah yang memasang bom itu di gedung?
Keanehan lainnya adalah peristiwa teror di Pentagon. Markas Besar Militer AS pada hari yang sama, 911. Ada klaim pesawat menabrak Pentagon.
Faktanya, setelah ledakan terjadi, pihak keamanan dan kesehatan tidak menemukan adanya bangkai pesawat. Serpihan pesawat pun tidak ditemukan. Bahkan buku-buku dan komputer yang berada di pinggiran bekas kebakaran aman.
Tanggal ledakan bom yang tertulis pada CCTV dekat Pentagon malah tertulis sehari sebelum 911. Kemudian video viral youtube ini hilang. Beruntung bagi yang sempat mendownloadnya menggunakan aplikasi tertentu. Poin penting setelah peristiwa 911 adalah adanya opini umum yang terbentuk.
Adanya legitimasi untuk memfitnah kaum Muslimin dan ajarannya. Media di AS pun ramai-ramai memberitakan aksi teror yang penuh keanehan ini. Rezim Barat untuk memuluskan rencana jahatnya, mengatakan kepada dunia sebuah ungkapan bahwa anda bersama kami atau teroris.
Kaum Muslimin dituduh teroris dan Islam dianggap sebagai ajaran yang menginspirasi terorisme. Dengan dalih war on terrorism, AS pun menyerang Irak, Afganistan dan Suriah.
Mengakibatkan teror besar dan kematian massal di negeri Kaum Muslimin. Kemudian George Jr. Bush, Presiden AS kala itu meminta maaf kepada publik.
Dia mendapatkan informasi yang salah dari CIA bahwa tidak ditemukannya senjata pemusnah massal di Irak. Hanya karena "salah info", Kaum Muslimin yang menjadi korbannya.
Rumah sakit, Palang Merah Internasional, PDAM dibom di Irak atas dasar salah info ini. Jutaan rakyat Irak hidup menderita. Minyak bumi dieksplor dan dibawa ke AS. Memanfaatkan info terorisme yang penuh rekayasa.
Maka sebagai kaum yang cerdas mari berfikir kritis. Tidak boleh mudah termakan oleh isu yang digulirkan oleh media. Investigasi harus dilakukan.
Jika terbukti ada rekayasa, pihak yang merekayasa harus harus bertanggung jawab dan dihukum di pengadilan. Apa yang mereka lakukan hanya menunjukkan bobrok dari sistem Demokrasi.
Sistem ini dirancang untuk menolak sistem Islam. Apa saja boleh asal jangan ajaran Islam yang diterapkan. Bagi mereka Islam adalah sistem yang mengganggu kepentingan mereka.
Ketika Islam tegak, mereka tidak bisa lagi korupsi. Mereka tak bisa lagi menjarah kekayaan alam negara sehingga mereka tak bisa melanggengkan kekuasaan dan kekayaannya.
Yang harus dilakukan Kaum Muslimin adalah terus memperjuangkan Sistem Islam. Harus menjaga keistiqomahannya dalam berdakwah. Sebab ketika Islam ditegakkan secara sempurna, segala jenis korupsi dan penyelewengan kekuasaan bisa dihentikan.
Melalui Sistem Islam, Ulama dan rakyat bisa dilindungi. Sistem Islam akan memakmurkan rakyat dan menghukum para Kapitalis yang selama ini menguasai dan menyengsarakan rakyat. []
Bumi Allah SWT, 9 Desember 2020
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
COMMENTS