Cinta Nabi Cinta Islam
Oleh: Chusnatul JannahAndaikata di hadapan kita ada Baginda Nabi saw, apa yang hendak kita katakan? Curahan hati karena melihat banyaknya kemaksiatan dan kezaliman penguasa? Permintaan maaf mendalam karena tak bisa berbuat banyak untuk saudara-saudara kita yang dikuliti penjajah di tanah kelahirannya? Atau permohonan agar kita diberi syafa'at beliau untuk ringankan hisab kita? Itulah yang ada di benak saya. Kita sudah melakukan apa untuk Rasulullah? Sudahkah membela dengan lantang tatkala Nabi dihina kaum kafir seperti yang dilakukan Macron dan majalah Charlie Hebdo mereka? Apa yang sudah kita lakukan manakala melihat berbagai kezaliman dan kemaksiatan penguasa ketika mengabaikan syariat Allah? Diam atau melawan? Sudah sejauh mana iman dan cinta kita pada Nabi saw? Sebatas bershalawatkah atau sekadar meneladani akhlak dan karakter kepribadiannya? Namun, lalai menegakkan risalahnya, yaitu Alquran dan sunnahnya. Peringatan Maulid Nabi saw mestinya tidak hanya agenda tahunan bersifat seremonial. Atau hanya sekadar nasihat formal yang dibaca di atas podium. Maulid Nabi mestinya menjadi pengingat diri. Cinta kita kepada beliau masih mini, belum maksi. Cinta kita masih bersenandung shalawat atasnya. Cinta kita masih sekadar meneladani akhlak dan sifat pribadinya. Itu pun belum tentu semua direalisasikan dalam kehidupan nyata. Cinta kita masih sebatas aspek personal. Belum mencontoh keteladanan kepemimpinan dan sistem pemerintahan yang dibangun Rasulullah tatkala mendirikan negara Islam pertama di Madinah. Kezaliman hari ini adalah buah sistem saat ini. Sistem kapitalis-sekuler telah mendegradasi kecintaan kita kepada Nabi cukup diingat dalam memori insidental. Padahal, sistem inilah yang membuat iman dan cinta kita kendur. Melalaikan kita dari tugas utama sebagai hamba. Yaitu ketataan total kepada syariat-Nya. Alquran dan As sunnah yang seharusnya menjadi pedoman kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada akhirnya dilupakan dan terabaikan. Padahal dua pedoman itu menjadi panduan agar manusia tidak tersesat. Rasululah saw bersabda, “Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Alquran) dan Sunahku.” (HR Al-Hakim)Akibat pengabaian terhadap dua petunjuk ini, kezaliman makin pekat, kemaksiatan kian merajalela. Maka untuk mengembalikan keagungan Islam di masa permulaannya, wajib meneladani risalah yang dibawa Rasulullah. Baik pribadinya, kepemimpinannya, dan sistem negara yang dibangunnya.Inilah wujud kecintaan hakiki kepada Nabi. Dengan mengikuti petunjuk Nabi, keadilan dan kemuliaan Islam dapat terwujud. Mencintai Nabi adalah melanjutkan kehidupan Islam yang pernah diterapkan beliau. Memperbaiki kerusakan dan melenyapkan kezaliman. Karena Islam datang memang untuk memberi berkah bagi kehidupan. Memberi rahmat bagi semesta alam. Mari ekspresikan cinta Nabi dengan penerapan Islam dalam bingkai kehidupan. Wallahu a'lam.
COMMENTS