Pilpres AS dan Sikap Islamophobia Presiden Perancis
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)Ada dua hal yang menarik perhatian publik dunia: Pilpres AS dan Sikap Islamophobia Presiden Perancis. Debat Trump versus Biden telah berakhir dan pada tanggal 3 November 2020 akan menjadi penentu siapa Presiden AS selanjutnya.Yang jelas publik tidak boleh lupa siapapun presidennya, AS tetaplah AS yang akan terus menghegemoni dunia dengan penjajahannya. AS akan terus menggempur dunia dengan ekspornya yang paling mematikan yakni demokrasi. Lewat sistem ini, Setiap Presiden As memiliki orientasi penjajahan. Irak, Afganistan, Suriah, Palestina dan negeri-negeri Kaum Muslimin lainnya akan terus dikontrol oleh AS dan negara aliansi militernya seperti Israel dan Rusia. Negara lain pun tidak boleh melebihi keadidayaan AS.Deplu AS terus melakukan kajian dalam sudut pandang kapitalisnya untuk menghambat semua negara yang berpotensi akan menjadi pesaing utama AS dalam menguasai dunia. Negara-negara itu dihambat dengan utang luar negeri dan penjarahan SDA. Tetapi yang paling ditakuti AS adalah kembalinya sistem Khilafah Islam. Ini sudah diprediksi oleh NIC dan Presiden Bush mengatakan Kaum Muslimin yang mau mengembalikan Khilafah Islam sebagai ekstrimis gila.Sekuat apa pun AS menghadang kebangkitan Islam, negara ini mempunyai banyak masalah internal seperti tingginya angka pengangguran, pelecehan seksual, pernikahan sesama jenis, obatan-obatan terlarang dan utang luar negeri terbesar di dunia. Figur Presiden nya pun tak kompeten untuk memimpin AS.Trump disebut sebagai Presiden yang paling rasis. Selama masa kepemimpinannya warga Kulit Hitam AS mengalami 2,5 kali peningkatan aksi pembunuhan. Trump dengan basic seorang pengusaha besar gagal membangun sistem pelayanan kesehatan yang baik bagi rakyat miskin.Dia gagal menghilangkan pandemi Corona sedangkan Biden dianggap publik sebagai politisi yang super korup. Kalau seperti ini lalu bagaimana AS bisa keluar dari masalah internalnya dan menjaga perdamaian dunia. Siapa pun presidennya Negeri Kaum Muslimin akan terus menjadi daerah jajahan negara Kapitalis.Sedangkan Macron apalagi? Perancis meski kalah kapitalis dengan AS namun Presidennya menjadi penguasa yang memiliki Islamophobia paling akut di Barat. Demokrasi yang disucikan Barat menghasilkan penguasa yang benar-benar anti Islam. Macron membela Samuel Paty yang tewas dibunuh karena menghina Rasulullah SAW lewat karikatur. Demokrasi diyakini menjadi tempat bagi semua jenis perbedaan. Tetapi ini tidak berlaku bagi Islam.Demokrasi memberikan kebebasan tanpa batas termasuk bebas menghina agama lain (baca: Islam), Rasulnya, Kitabnya, Rumah Ibadahnya, Pakaiannya dan Ajarannya. Dalam Demokrasi, Islam selalu menjadi sasaran kebencian berbeda dengan agama dan ideologi lainnya.Harusnya AS (Trump/Biden) dan Perancis (Macron) belajar dari Khilafah dalam toleransi, melindungi dan memakmurkan dunia. Khilafah ketika menjadi negara adidaya tak pernah punya niatan menjajah dunia selamanya.Khilafah ketika berkuasa memberikan kebebasan terhadap negeri-negeri yang ditaklukkannya untuk menjalankan kebebasan beragama. Tidak memaksa mereka masuk Islam dan tidak menghina agama mereka.Khilafah memberikan jaminan keamanan, pendidikan dan kesehatan gratis bagi semua warga negara. Khilafah pernah menyumbang lumbung makanan bagi Amerika dan Eropa sehingga mereka keluar dari Kelaparan Besar (The Great Hunger).Khilafah tidak pernah membuat karikatur yang melecehkan agama lain. Tetapi ketika Rasulullah SAW dihina Khilafah melarang negara yang melakukan aksi jahat itu seperti dulu Khilafah Ustmani kepada Perancis dan Inggris.Ketika Khilafah tegak dan menghegemoni dunia dengan Sistem Islamnya, para Kapitalis diusir. SDA dimaksimalkan untuk rakyat sehingga utang luar negeri lunas dan rakyat makmur. Inilah yang tidak dimiliki oleh penguasa sekuler dan sistem demokrasi. []Bumi Allah SWT, 28 Oktober 2020#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
COMMENTS