ruhut sitompul ngabalin ferdinand
Oleh : Ahmad Khozinudin | Sastrawan PolitikRuhut Sitompul, Ferdinand Hutahaean dan Ali Mochtar Ngabalin, ketiganya sebenarnya cukup diabaikan. Sebab, ujaran yang dilandasi pada pijakan keberpihakan, tak mungkin bisa dijadikan referensi kebenaran.Tiga makhluk ini, posisinya selalu berubah, berpihak sesuai kepentingan yang dipilih. Bukan berdiri tegak diatas kebenaran.Suatu saat, mereka bicara nikmatnya gula ketika terhidang bersama kopi. Namun, mereka juga akan berkata "gula tak baik buat kesehatan" saat penguasa, tak lagi memberi jatah 'Gula-Gula Kekuasaan'.Kita mulai dari Ruhut, saat di Golkar apapun posisi Golkar dibelanya. Tak peduli benar salah, meski bertentangan dengan suara rakyat, mulutnya akan tetap mengumandangkan jampi-jampi 'Suara Golkar Suara Rakyat'. Kalau disembelih, boleh jadi seluruh darah Ruhut berwarna kuning.Pindah ke Demokrat, darah Ruhut perlahan membiru. SBY naik derajat, dari makhluk biasa menjadi manusia setengah Dewa. Apa-apa, wajib merujuk 'Kata Pak SBY'. Bahkan, Ruhut seperti menjadi kitab tafsir titah SBY. PDIP pun, tak luput dari serangan Ruhut, disebutnya partai korup saat masih di Demokrat.Pindah ke PDIP, darah Ruhut kembali normal. Warnanya kembali merah. Dia lupa akan kulit, padahal isi kacangnya tak seberapa. Demokrat ditinggalkan, dan dia pindah 'agama' dari 'menghamba' ke SBY pindah haluan 'menghamba' ke Mega.Itu Ruhut, Ferdinand Hutahaean tak jauh beda. Saat oposisi, saat Pemilu, dia begitu gigih menyebut dirinya 'musuh' Jokowi. Perppu Ormas disebutnya zalim dan HTI korban kezaliman.Meskipun non muslim, dia ikut sejumlah agenda umat Islam, mendukung dan mengapresiasi. Sampai ikut aksi bela bendera tauhid. Ya, demi elektabilitas.Begitu gagal melangkah ke Senayan, kini dikit-dikit Nyinyirin HTI. Padahal, bagi aktivis HTI Ferdinand itu orang yang dilupakan, tak dianggap.
Sekarang sang 'musuh' Jokowi ini sibuk puja puja Jokowi. Tak beda dengan seniornya, Ruhut. Duo politisi ini merapat ke kubu Jokowi.Ali Mochtar Ngabalin, dari PBB, pindah ke Golkar, dan akhirnya menjadi 'Juru Bibir' rezim. Sorbannya bikin malu umat Islam.Dahulu, berbusa perjuangkan syariat Islam. Hadir di acara HTI memberikan semangat untuk menegakkan Islam.Kini setelah menjadi juru bibir rezim, Ngabalin ikut latah menyerang HTI. Bagi Umat Islam, Ngabalin ibarat duri, yang menyakiti dari dalam.Ruhut menuduh Din Syamsudin, kelompok 212 dan HTI merongrong pemerintah ? Ga penting. Ferdinand memfitnah HTI agar Demokrat memecatnya ? Kagak ada urusan. Ngabalin minta waspada Khilafah dan HTI ? Emang gue pikirin ? [].
COMMENTS