Sekilas tentang Film Jejak Khilafah di Nusantara
Isi surat Raja Sriwijaya: Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang cucunya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kabur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, namun sekedar tanda persahabatan. Saya ingin anda mengirimkan kepada saya seorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.
Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambipun dikenal dengan nama Sribuza Islam. Sayang, pada tahun 730 M, Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha. (Ayzumardi Azra mengutip dari Ibnu Abi Rabbih, Jaringan Ulama, 2005 : 27-29).Beberapa institusi politik Islam di Nusantara, diantaranya adalah:Kesultanan Islam Peureulak, Sumatera, berdiri 1 Muharam 225 H/12 November 839 M. Kerajaan Islam Ternate Maluku, berdiri tahun 1440 M dengan Raja Muslim Bayang Ullah, menerapkan Islam setelah menjadi Kesultanan Ternate dipimpin oleh Sultan Zainal Abidin 1486 M. Kerajaan Islam Tidore dan Bacan Maluku, banyak kepala suku Papua yang masuk Islam. Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjung Pura, Menpawah, Sintang dan Kutai. Samudra Pasai, Aceh Darussalam, Palembang. Institusi politik Islam lainnya yang berdiri di Nusantara adalah sebagai berikut: Kesultanan Demak dan dilanjutkan kesultanan Jipang, kesultanan Pajang, kesultanan Mataram di Jawa. Kesultanan Banten dan Cirebon didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Di Nusa tenggara, penerapan Islam dilaksanakan dalam institusi kesultanan Bima. Kelak ketika penjajah seperti Jepang, Inggris, Portugis, Belanda dan lainnya dengan membawa misi glory, gospel dan gold, maka umat Islamlah yang kemudian berdiri tegak terdepan melawan dan mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Resolusi jihad yang diserukan oleh KH Hasyim Asy’ari adalah jejak perjuangan Islam yang tak mungkin bisa dihapus. Para ulama dan kyai serta pejuang-pejuang muslim bahkan muslimah turut andil dalam pergolakan melawan penjajah, khususnya penjajahan Belanda yang berlangsung lebih lama dibandingkan dengan penjajahan Portugis atau Inggris. Di berbagai daerah di nusantara terjadi perlawanan oleh para ulama dan santri. Seperti misalnya peperangan di Maluku, Makassar, Banjar, Minangkabau, Jawa dan Aceh, semuanya dipimpin oleh tokoh-tokoh Muslim setempat, baik ulama maupun bangsawan.Nah oleh karena itu, khilafah sebagai institusi Islam skala dunia telah sangat lama memiliki jejak keislaman di nusantara. Terlalu banyak bukti dan peninggalan untuk sejarah ini. Begitupun kaitannya antara Islam dengan kemerdekaan Indonesia bagikan setali mata uang, tak mungkin bisa dipisahkan. Islamlah agama yang anti penjajahan di negeri ini. maka, tak mungkin menghapus jejak Islam dalam mengukir kemerdekaan di negeri ini. Berangkat dari sejarah inilah, maka penjajahan gaya baru yang kini menghegemoni negeri ini oleh Barat Amerika dan Timur China hanya bisa dilawan dengan spirit keislaman. Namun sayang, khilafah tak lagi ada, maka hampir seluruh negeri-negeri muslim justri kini dalam cengkeraman penjajahan asing dan aseng. Menegakkan kembali institusi Islam khilafah adalah jalan satu-satunya untuk mengembalikan kemerdekaan negeri-negeri muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.Bagi Sayyid Qutb sejarah adalah interpretasi peristiwa yang memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat. Sejarah adalah interpretasi. Sejarah adalah pelajaran. Bukankah kita diberikan akal oleh Allah untuk senantiasa merenungkan berbagai fakta. Nah, dengan menonton film dokumenter tentang sejarah jejak khilafah di Nusantara agar bangsa ini mengambil pelajaran dan hikmah sebagai bangsa bersyukur yang tidak melupakan sejarah bangsanya. Imam As Suyuthi mendeskripsikan sejarah sebagai pertarungan potensi kejahatan manusia dan potensi kebaikan manusia, keduanya akan dicatat sebagai sejarah. Dalam deretan pertarungan antara haq dan bathil, ambil peran pejuang kebenaran jangan berperan sebagai pecundang. Nah dengan menyaksikan film dokumenter ini, maka bangsa ini bisa menentukan sikap untuk kembali mewujudkan negeri ini sebagai negeri merdeka dari penjajahan kapitalisme Barat dan komunisme Timur.[]Oleh: Dr. Ahmad Sastra, M. M. | Ketua Forum Doktor Muslim
COMMENTS