kasus RS Sumber Waras menimbulkan kerugian Negara 191 M, Lahan Cengkareng Negara rugi 2 T, kasus Busway berkarat Negara rugi 800 M.
Oleh : Ahmad Khozinudin | Sastrawan Politik
Siapapun yang berada di Republik ini belum lupa, kasus RS Sumber Waras menimbulkan kerugian Negara 191 M, Lahan Cengkareng Negara rugi 2 T, kasus Busway berkarat Negara rugi 800 M. Dan semua orang juga tahu, itu semua adalah 'prestasi' Ahok.
Ternyata, semua 'prestasi' itu belum puncaknya. Ternyata, setelah menjadi Komisaris Pertamina dengan gaji bejibun, Ahok kembali berprestasi.
Dikabarkan, diperiode Ahok Menjadi Komisaris Pertamina, Pertamina justru rugi mencapai Rp 11 Triliun. Wow ! Jumlah yang luar biasa besar.
Padahal, saat Ahok masuk Pertamina doi berjanji akan bikin BUMN untung. Do'i berjanji, akan berantas semua 'Tikus Tai' yang bikin negara rugi. Tapi, kok Pertamina justru rugi ?
Padahal, saat minyak mentah dunia anjlok akibat Pandemi, Pertamina masih jualan bensin dengan harga selangit. Logisnya, Pertamina untung beliung ditengah Pandemi.
Tapi kenapa Pertamina bisa rugi ? Ruginya 11 Triliun ? Apa mungkin, ditengah dunia usaha yang ancur, Pertamina sedang berempati dimasa Pandemi, ogah untung karena dianggap tidak berempati ? Kalau rugi kan wajar, yang lain juga rugi, ini kondisi Pandemi bro !
Saya khawatir, ini bukan prestasi puncak Ahok. saya khawatir, Pertamina dibawah Ahok akan semakin rugi lebih besar lagi.
Lantas, Ahok bisa saja berkilah ini kan kerjaan direksi ? Direksi yang punya peran besar atas maju mundurnya perusahaan. Kemudian, Ahok bisa saja minta jadi Dirut Pertamina untuk membuktikan dia bisa bikin untung BUMN. Jabatan Komisaris tidak membuatnya memiliki wewenang besar untuk mengontrol Pertamina.
Kembali lagi, saya ragu. Saya khawatir kalau jadi direktur utama, Pertamina justru tambah jumbo ruginya. Bahkan, saya punya pikiran Ahok tidak jadi komisaris Pertamina, Ahok sebaiknya jadi komisaris Pertamini saja. Biar 'mini' ruginya.
Dari sejak menjabat di gubernur DKI Jakarta, berbagai kasus hukum menyelimuti Ahok. Saat di Pertamina jadi komisaris, terbukti Pertamina juga rugi Rp 12 Triliun. Saya ragu, terhadap kerugian ini apakah sudah puncak 'prestasi' Ahok.
Karena itu, jangan ada Narasi lagi kalau Ahok jadi ini dan itu, akan baik Republik ini. Saya justru khawatir, jika Ahok memiliki jabatan ini dan itu, Republik ini malah jadi tambah ancur.
Cukup sudah Republik ini ancur gegara dipimpin Jokowi. Jangan lagi, Republik tambah ancur hanya untuk dijadikan objek percobaan penerapan Narasi "Ahok sang Pemimpin Hebat". [].
COMMENTS