Selain kelanjutan dari sejarah, keberadaan kita suatu saat juga akan menjadi sejarah. Kelanjutan sejarah, maknanya hadirnya manusia di era saat ini tak pernah lepas dari sejarah manusia sebelumnya, yang telah mendahului menuliskan sejumlah sejarah
Oleh : Ahmad Khozinudin | Sastrawan Politik
Selain kelanjutan dari sejarah, keberadaan kita suatu saat juga akan menjadi sejarah. Kelanjutan sejarah, maknanya hadirnya manusia di era saat ini tak pernah lepas dari sejarah manusia sebelumnya, yang telah mendahului menuliskan sejumlah sejarah.
Peristiwa yang kita alami, yang kita rasakan, dan yang kita lakukan di era ini, suatu saat juga akan menjadi sejarah. Pilihannya, terserah kepada kita apakah akan mencatatkan diri sebagai pelaku sejarah di barisan pejuang, atau justru tercatat sejarah sebagai pecundang.
Hakekat kehidupan kita sesungguhnya sedang menuliskan sejarah. Tinta dan pena dari usia yang kita miliki, setiap hari menuliskan kisah kehidupan yang pada masa yang akan datang akan berubah menjadi sejarah. Kita memiliki kehendak bebas untuk memilih, apakah ingin menulis diri sebagai sejarah Pejuang, atau menjadi Pengkhianat dan pecundang.
Dalam konteks perjuangan Khilafah, anda memiliki kehendak bebas untuk menulis sejarah diri, apakah ingin tercatat sebagai pejuang khilafah, pendukung Khilafah, penonton Khilafah, atau bahkan penolak dan penghalang kembalinya Khilafah. Untuk menolak Khilafah, anda juga bebas memilih kepekatan tinta, apakah hanya sekedar menulis sejarah diri pernah mengklarifikasi tidak atau bukan bagian dari pejuang Khilafah, menisbatkan diri sebagai penyeru keterikatan pada kesepakatan kakek moyang, atau yang lebih buruk dari itu yakni menghalangi dan merintangi setiap upaya perjuangan dalam mengembalikan Daulah Khilafah.
Memang benar, tak semua catatan sejarah yang kita tulis, akan dikenang dan menjadi perbincangan generasi selanjutnya. Namun pasti, semua catatan sejarah yang kita buat, terarsip rapih dalam catatan amal kita, yang kelak akan kita terima di Yaumil akhir.
Jika catatan sejarah kita baik, maka 'buku sejarah' itu akan diberikan dan diterima dengan tangan kanan. Jika catatan buku sejarah buruk, maka akan diberikan dan diterima dengan tangan kiri.
Apakah anda ingin menjadi Ashabul Syimal ? Atau Ashabul Yamin ? Apakah anda ingin berbangga dan bahagia dengan catatan sejarah Anda ? Atau menangis pilu penuh sesalan atas semua isi dan catatannya ?
Begitu banyak para singa, terbuka dan lantang mencatatkan diri dalam lembaran sejarahnya sebagai kaum pejuang. Hal itu, tak membuatnya kekurangan, tak membuatnya gelisah, tak membuatnya takut, tak membuatnya berada dekat dengan kematian.
Sementara banyak singa mengembik layaknya domba, mengingkari diri sejatinya adalah singa, menampakkan kekerdilan, menjauh dari kawanan singa, dan merasa nyaman berada diantara rerumputan.
Khilafah adalah janji Allah SWT, bisyaroh Rasulullah SAW. Era ini adalah era pencatatan, akan menjadi sejarah di masa datang. Kita memiliki kebebasan, untuk menulis sejarah dimasa depan, dengan amalan yang kita lakukan.
Saat Daulah Khilafah kelak tegak, anda ingin dikenang sebagai apa ? Tercatat sejarah berada dalam posisi dimana ? Bersama Pejuang Khilafah atau bersama rezim zalim ? Memperjuangkan hukum Allah SWT, atau menikmati demokrasi kufur ?
Kesatria tak akan memikirkan bahaya dari tindakan, tak menghitung resiko atas setiap pilihan perjuangan. Kesatria hanya memikirkan berapa pahala yang Allah SWT sediakan, berada dimana ridlo Allah SWT dalam setiap urusan.
Setiap zaman akan melahirkan Pejuang sekaligus pecundang. Setiap masa akan mencatat dan mengabadikan sejarah kaum pejuang, juga kaum pecundang.
Karena itu, tulislah sejarah hidupmu, hidup sebagai pejuang dan mati hanya karena perjuangan.
Tulislah sejarah hidupmu, berada dibarisan Pejuang dan menentang rezim tiran.
Tulislah sejarah hidupmu, menjadi pejuang khilafah atau setidaknya pendukungnya, bukan malah menjadi penghalang apalagi penentangnya. [].
COMMENTS