Mengubur, dengan menghilangkan jejak Khilafah dari sejarah peradaban Islam Nusantara. Mengaburkan, dengan menyebut dakwah Islam dibawa ke bumi Nusantara sebagai aktivitas sambilan, yang dibawa oleh para pedagang Islam, baik dari Gujarat India atau dari wilayah lainnya.
Oleh : Ahmad Khozinudin | Sastrawan Politik
Sejarah tak melulu bicara tentang fakta yang terjadi di masa lampau, tetapi terkait juga dengan perspektif akan masa lampau. Fakta sejarah, narasinya akan sangat ditentukan perspektif penuturnya.
Bagi pembenci Khilafah, peristiwa di Saqifah Bani Saidah akan ditafsirkan sebagai perebutan tahta kekuasaan Islam, rusaknya moral para sahabat, yang meninggalkan jenazah Rasulullah SAW, kemudian menyibukkan diri berebut kekuasaan Kekhilafahan, melanjutkan kekuasaan Rasulullah SAW.
Bagi yang berfikir jernih dan ditunjuki cahaya Islam, peristiwa di Saqifah Bani Saidah adalah peristiwa agung. Yakni, bagaimana ikhtiar para sahabat Ridwanullahu Ajma'in, melanjutkan misi dakwah Islam melalui Kekuasaan yang ditinggalkan Nabi SAW, memastikan risalah Islam tidak terputus, meskipun kenabian telah diangkat Allah SWT.
Peristiwa Saqifah Bani Saidah menunjukkan, bahwa sahabat Ridwanullahu Ajma'in telah Ijma' mengangkat khalifah dengan membai'atnya, adalah kewajiban Agung yang lebih utama ketimbang kewajiban menyegerakan menyelenggarakan jenazah, hatta Jenazah Rasulullah SAW.
Begitu juga dengan jejak Khilafah di Nusantara. Bagi yang membenci Islam, akan berusaha untuk mengubur atau mengaburkan peran Khilafah dalam membawa risalah Islam ke bumi Nusantara.
Mengubur, dengan menghilangkan jejak Khilafah dari sejarah peradaban Islam Nusantara. Mengaburkan, dengan menyebut dakwah Islam dibawa ke bumi Nusantara sebagai aktivitas sambilan, yang dibawa oleh para pedagang Islam, baik dari Gujarat India atau dari wilayah lainnya.
Menulis atau membaca sejarah, tidak sekedar menulis atau membaca fakta lampau. Tetapi juga membangun perspektif akan akar kesejarahan, asal mula peradaban, dan membangun dan mengokohkan eksistensi Islam.
Siapapun paham, Islam dibawa ke Nusantara dengan dakwah. Namun siapa yang membawa risalah dakwah, eksistensi Khilafah mulai dikubur dan dikaburkan.
Semua juga paham, eksistensi agama Kristen baik katolik maupun protestan dibawa melalui misi penjajahan barat. Namun sejarah berusaha menulis kisah, peran tokoh kristen dan nasionalis dalam perannya memperjuangkan kemerdekaan.
Semua juga paham, saat berjuang meraih kemerdekaan, seluruh ulama, Mujahid dan Umat Islam berjuang untuk dan demi Islam. Islam yang mengajarkan untuk melawan penjajah, Islam yang mengajarkan jihad fi Sabilillah untuk membela agama, diri, harta benda dan kehormatan.
Namun, begitu merdeka Islam dilupakan, Islam ditinggalkan, Islam dijauhkan dari kekuasaan. Pekikan takbir berusaha di geser dengan teriakan Pancasila dan NKRI harga mati. Padahal, dahulu tak ada visi misi pancasila dan NKRI, saat berjuang mengusir para penjajah.
Hari ini, betapapun jejak Khilafah di Nusantara itu begitu jelas, kokoh bagai bongkahan baru karang, memberi penanda bahwa Islam dan Khilafah memiliki keterkaitan dan andil dalam mengislamkan Nusantara, mulai muncul pihak pihak yang ingin menjejak Khilafah.
Menjejak Khilafah, dengan membuat narasi kosong, khayali, atau dengan menggoyang penuturan peran Khilafah, dengan noktah kecil yang tak mungkin menutupi keagungan Khilafah.
Menjejak Khilafah, dengan mendeskreditkan perjuangannya, dengan mengunggah komitmen pada Pancasila dan NKRI harga mati.
Menjejak Khilafah, dengan terikat pada kesepakatan Kakek moyang, dan meninggalkan as Sunnah dan Ijma' para sahabat Ridwanullahu Ajma'in.
Menjejak Khilafah, dengan menuntut noktah kecil diperbesar, dan memadamkan cahaya keagungan Khilafah.
Menjejak Khilafah, dengan jampi jampi Pancasila dan NKRI harga mati. Mati Matian menolak hukum syariah Islam yang akan diterapkan Khilafah, dan mati Matian mempertahankan hukum warisan penjajah Belanda.
Menjejak Khilafah, untuk menghapus jejak Khilafah, ibarat menghapus ombak dan gelombang dari lautan. Ini adalah kesia-siaan, dan pasti akan berakhir dengan kegagalan.
Percayalah, Khilafah pasti tegak, dengan atau tanpa ada yang menjejaknya, dengan atau tanpa dukungan seluruh penduduk bumi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang zhalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR. Ahmad). [].
COMMENTS