jejak Khilafah di Nusantara, apa sebenarnya dibalik itu semua ? Apa hanya sekedar ingin cari sensasi dengan menyulut pro kontra ? ingin terlena dengan romantisme sejarah ? Atau ingin lari dari kenyataan pelik yang dihadapi bangsa ini ?
Oleh : Ahmad Khozinudin | Sastrawan Politik
Ribut ribut soal jejak Khilafah di Nusantara, apa sebenarnya dibalik itu semua ? Apa hanya sekedar ingin cari sensasi dengan menyulut pro kontra ? ingin terlena dengan romantisme sejarah ? Atau ingin lari dari kenyataan pelik yang dihadapi bangsa ini ?
Untuk mengenal sebuah peradaban, maka orang harus menelusuri asal muasal peradaban. Untuk membangun peradaban baru, orang juga harus mengambil spirit peradaban lama, merekonstruksi ulang realitas kekinian, dan meletakkan batu pijakan peradaban lama untuk merekonstruksi sejarah dan membangun peradaban baru.
Jejak Khilafah di Nusantara, memiliki beberapa faedah yang bisa dipetik hikmahnya, yakni :
Pertama, perjuangan penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan Daulah Khilafah bukanlah a histori. Perjuangan ini, merupakan epic dari sebuah estafet peradaban yang mengalami fase surut dan berkembang, fase tenggelam dan terbit kembali, dari sejarah panjang umat manusia.
Orang Islam di Nusantara, memiliki akar sejarah dengan Khilafah dan lebih relevan memperjuangkannya ketimbang berjuang untuk demokrasi. Demokrasi justru memiliki nilai yang a histori, sebuah sistem peradaban yang diinjeksi oleh kafir penjajah, untuk menggeser dan menghapus eksistensi sistem pemerintahan Islam.
Kedua, melalui Khilafah Nusantara memiliki hubungan global dengan umat Islam lainnya di seluruh dunia, sebagai Umat yang satu, dengan agama yang satu, tuhan yang satu, negara yang satu, pemimpin yang satu.
Karenanya, perjuangan penegakan Khilafah di Nusantara tidak dapat dan tidak boleh dilepaskan dengan eksistensi Islam secara universal. Maknanya, saat Khilafah tegak di Nusantara, maka umat Islam di Nusantara sebagai warga Daulah Khilafah, memiliki tugas dan tanggungjawab yang sama untuk menolong saudara muslim di dunia, baik yang ada di Palestina, Uighur, Myanmar, Libanon, Afghanistan, dan belahan bumi lainnya.
Ketiga, jejak Khilafah di Nusantara mengingatkan Umat Islam dunia pada dua agenda utama : 1. Penegakan Daulah Khilafah. 2. Integrasi dunia Islam menjadi satu kesatuan wilayah Khilafah.
Karenanya, hubungan Islam di Nusantara yang secara histori dahulu karib dengan Islam di Turki, Islam di Timur Tengah, juga wajib dijalin dan dibangun di era saat ini.
Konsolidasi umat Islam secara global memungkinkan penubuhan Daulah Khilafah pada titik negeri tertentu, selanjutnya memungkinkan upaya integrasi secara massif dengan melakukan unifikasi negeri Islam dibawah Panji Islam, dibawah kekuasaan Kekhilafahan Islam.
Keempat, dibutuhkan kelompok politik dan/atau partai politik yang dapat mengkonsolidasi kekuatan Umat Islam, baik untuk tujuan penubuhan Daulah Khilafah pada titik negeri tertentu, maupun untuk melakukan integrasi secara massif dengan melakukan unifikasi negeri Islam dibawah kekuasaan Islam.
Partai politik tersebut wajib berbentuk partai politik Islam. Eksistensi partai politik dimaksud harus hadir secara global, bekerja di berbagai negeri kaum muslimin dan dunia pada umumnya.
Kelima, untuk tujuan penubuhan dan integrasi dimaksud, diperlukan keterbukaan dan kesiapan Umat untuk membangun sinergi dengan Partai Politik Islam global, agar mampu secara gemilang menegakkan hukum Islam melalui institusi Khilafah.
Integrasi antara Umat dan partai politik Islam global itu, akan memudahkan fase lanjutan yakni fase unifikasi negeri Islam dan pembebasan sejumlah wilayah termasuk untuk merealisasikan kabar gembira tentang Penaklukan kota Roma.
Jadi, nyata bukan betapa pentingnya mengulas jejak Khilafah di Nusantara ? Anda tinggal ambil posisi, menjadi pendukung atau justru menjadi penghalang tegaknya Khilafah. Hanya saja perlu disampaikan ulang, kembalinya Daulah Khilafah adalah janji Allah SWT dan kabar gembira dari Rasulullah SAW. [].
COMMENTS