Strategi Zuhairi dan PDIP secara umum, saat ini berusaha menyelinap sebagai bagian dari penolak RUU HIP, yang ingin menjaga Pancasila. Padahal, ruh utama perjuangan para pengkritik RUU HIP adalah Islam. Dan PDIP, justru biang kerok dibalik RUU HIP yang ditentang umat Islam. Lantas, darimana dasarnya jika PDIP mengklaim sejalan dengan perjuangan umat ?
Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Aktivis, Advokat Pejuang Khilafah
Setelah tak kuasa menahan arus bah penolakan RUU HIP, PDIP mencoba mengais gain politik dengan menyebut arus penolakan RUU HIP adalah dalam rangka menjaga Pancasila. Hasto Kristiyanto dan Zuhairi Misrawi, misalnya. Kedua kader PDIP ini mencoba memainkan isu Pancasila, untuk mendamaikan posisi pengkritik RUU HIP dengan PDIP selaku partai pengusung RUU HIP.
Zuhairi mengklaim aksi itu menjadi tonggak perubahan ide yang mendukung teokrasi kini malah mempromosikan Pancasila. Bahkan, Zuhairi merasa pada akhirnya mereka yang selama ini selalu menggaungkan khilafah dan negara pro-teokrasi justru semakin lantang menjadi 'juru bicara Pancasila' di ruang publik. (5/7).
Pernyataan Zuhairi selaku Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), sayap politik PDIP ini sebenarnya hanya ingin menguatkan posisi pendekatan politik yang sudah dibangun Hasto. Sebelum, Hasto Kristiyanto selaku Sekjen PDIP juga mengklaim hal serupa, dalam bahasa yang berbeda.
Zuhairi ingin mengalihkan arus kemarahan publik terhadap kengototan PDIP yang ingin tetap melanjutkan pembahasan RUU HIP dengan mengubah nomenklaturnya menjadi RUU PIP. Manuver Zuhairi ini, juga untuk menguatkan manuver politik PDIP yang sepertinya akan "MUNDUR TERATUR" dari prahara kemelut politik RUU HIP.
Ada dugaan, PDIP akan mengubah strategi melunak (soft power). Sebab, strategi hard power, termasuk dengan melaporkan kasus pembakaran bendera PDIP diyakini gagal. 'Ultimatum' yang diunggah ketua umum PDIP pasca pembakaran bendera, tidak membuat takut Umat, justru terjadi konsolidasi massal dan alamiah ditengah Umat.
RUU HIP dan pengusungnya telah bermetamorfosa menjadi common enemy. Hingga akhirnya PDIP mengaku sebagai partai pengusung, perlawanan terhadap RUU HIP semakin kuat. Meminjam istilah dari Asyari Usman, RUU HIP adalah Monster yang diciptakan PDIP, kini berbalik arah hendak menerkam PDIP.
Zuhairi ingin mengalihkan perdebatan RUU HIP pada diskursus Khilafah dengan strategi berbeda. Sebelumnya, manuver PDIP di akar rumput langsung menyerang HTI dan Khilafah pasca pembubaran bendera, padahal tak ada kaitan antara Pembakaran bendera berlogo PDIP, RUU HIP, HTI dan Khilafah.
Video kader PDIP yang memaki anggota HTI, mengusir pendakwah Khilafah, serta berbagai poster yang mendeskreditkan HTI dan Khilafah, menunjukkan betapa PDIP ingin mengalihkan persoalan, dan berusaha menjadikan HTI dan Khilafah, sebagai Common Enemy.
Strategi Zuhairi dan PDIP secara umum, saat ini berusaha menyelinap sebagai bagian dari penolak RUU HIP, yang ingin menjaga Pancasila. Padahal, ruh utama perjuangan para pengkritik RUU HIP adalah Islam. Dan PDIP, justru biang kerok dibalik RUU HIP yang ditentang umat Islam. Lantas, darimana dasarnya jika PDIP mengklaim sejalan dengan perjuangan umat ?
Zuhairi juga keliru, memposisikan pertarungan dan visi bersama umat Islam. Dalam diskursus RUU HIP ini, yang ditentang bukan hanya Komunis, tetapi juga kapitalisme liberalisme. Sementara ruh Islam, tetap menjadi motivasi utama yang menggerakkan umat Islam berjuang, menolak RUU HIP.
Sudahlah, sebaiknya PDIP terbuka saja nengaku salah, mengaku kalah, dan segera meminta maaf kepada publik karena telah mengusulkan RUU HIP. Tidak perlu berstrategi, jika hanya ingin mengakui kekalahan.
Namun, jika ingin melanjutkan pertarungan politik. Silahkan saja lanjutkan, karena semakin PDIP melawan, semakin baik untuk konsolidasi umat Islam, semakin bagus dijadikan wahana antara elemen Umat untuk melakukan konsolidasi paripurna, menuju perjuangan hakiki, yakni perjuangan agar hukum Allah SWT diterapkan di negeri ini. [].
COMMENTS