Banyak pihak mendukung langkah dua organisasi besar Islam, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang mundur dari Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbud.
Banyak pihak mendukung langkah dua organisasi besar Islam, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang mundur dari Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbud.
Salah satunya datang dari Ketua Dewan Pakar PAN Dradjad H Wibowo menantang Kemendikbud bahwa tak masalah jika keinginan keras Kemendikbud merangkul organisasi konglomerat dibandingkan dua organisasi besar Islam yang sumbangsihnya terhadap dunia pemdidikan sudah lebih dari satu abad di tanah air.
“Kalau pemerintah dalam hal ini Mendikbud dan jajarannya mengabaikan peranan panjang itu, ya monggo. Mau lebih senang bekerja sama POP dengan yayasan milik konglomerat, ya monggo,” kata Dradjad kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (23/7).
“Jadi rakyat semakin tahu, uang rakyat di Kemendikbud itu diberikan ke lembaga konglomerat,” tegasnya.
Dia teringat oleh pesan dari tokoh sentral Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, “hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan cari hidup dari Muhammadiyah”.
Dradjat menegaskan bahwa langkah Kemendikbud yang membiarkan Muhammadiyah mundur tidak menjadi masalah oleh warga persyarikatan.
“Jadi warga Persyarikatan sudah seabad lebih membiayai Muhammadiyah mengabdi, dan insyaa Allah akan terus demikian,” paparnya.
Demikian pula NU, kata Dradjad, dia menerangkan bahwa NU berdiri 14 tahun kemudian, 31 Januari 1926.
“NU dan Muhammadiyah sama-sama sepuhnya, sama-sama banyak mengabdi di dunia pendidikan,” tutupnya.
Diketahui, dua yayasan perusahaan yaitu Tanoto Foundation dan Sampoerna Foundation terdaftar sebagai penerima program Organisasi Penggerak Kemendikbud dengan kategori Gajah atau mendapatkan bantuan Rp 20 miliar per tahun. (Rmol)
COMMENTS