Ramai isu reshuffle, nama politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu juga mencuat. Adian disebut-sebut bakal masuk kabinet untuk duduk di BUMN, sebagai wakil menteri.
Ramai isu reshuffle, nama politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu juga mencuat. Adian disebut-sebut bakal masuk kabinet untuk duduk di BUMN, sebagai wakil menteri.
Apalagi, banyak kalangan menilai jabatan di BUMN perlu dipegang oleh orang-orang yang tegas.
Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies Jerry Massie menilai, dari sisi ide dan usulan perbaikan yang disampaikan Adian terhadap kinerja BUMN, perlu diterima.
Menurut Jerry, untuk posisi wakil menteri, memang perlu personal branding, branding image serta perlu memiliki Character, Credibility dan capability (3C).
Dari sisi popularitas, Adian dikenal publik. Selain itu, kritikan Adian terhadap BUMN banyak yang rasional dan bisa diterapkan.
“Ide-ide dan usulan yang baik dari Adian perlu diterima juga,” kata Jerry dalam keterangannya, Minggu (5/7).
Dia menambahkan, seorang wamen harus memiliki kemampuan membagi visi, membuat orang lain mau terlibat dalam suatu visi bersama.
Selanjutnya kemampuan beradaptasi, bertahan dalam suatu kemunduran yang tidak dapat dihindari. Misalnya, seorang pemimpin belajar dari pengalaman ahit yang dihadapinya.
"Seorang wamen harus mampu memberi dorongan, mengomunikasikan keyakinan dan keinginannya agar orang lain melakukan hal yang benar," ucapnya.
Kemudian, sense of integrity, yaitu integritas untuk membedakan mana yang benar dan tidak. Integritas adalah segala-galanya dalam kepemimpinan dan merupakan hal yang utama.
Dari beberapa indikator tersebut, memang ada hal lain yang belum cukup dari Adian jika memang duduk di posisi wakil menteri.
Posisi wamen idealnya pernah dua tiga kali menjadi komisaris atau direktur sebuah perusahaan.
"Adian memang bukan expert di bidang itu, tetapi ide-ide dan usulan yang baik perlu diterima juga," kata Jerry.
Dia melanjutkan, sebagai politikus, kritik Adian memang tidak bisa dilepaskan dari kepentingan.
Berbeda jika kritik disampaikan oleh profesional atau akademisi yang tidak ada muatan politik.
Kata Jerry, perlu dibedakan faktor niat, motif dan modus serta alami. Motif, modus dan niat itu bisa direkayasa, dimanipulasi tapi alami dia mengalir tanpa rekayasa.
"Ada istilah, musang berbulu domba, air tenang menghanyutkan, air beriak tanda tak dalam. Ada udang di balik batu, musuh dalam selimut dan pagar makan tanaman. Nah, justru itu pendekatan politis dan diplomatis kerap dipakai," ucapnya.
Belum lama ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat begitu marah karena menyoroti kinerja para menteri kabinetnya. Bahkan Jokowi mengeluarkan ancaman perombakan atau reshuffle kabinet.
Jokowi menilai para menterinya tidak memiliki sense of crisis di tengah situasi pandemi virus corona.
Lebih lanjut dikatakan Jerry, langkah reshuffle yang akan ditempuh Jokowi sudah tepat dilakukan.
"Semua itu ada indikatornya, mana menteri yang tak bertaji saat COVID-19, selanjutnya mana yang peduli dengan rakyat yakni ikut membantu meringankan korban COVID-19," ujarnya.
Begitu pula, lanjut Jerry mana menteri yang punya program yang baik dan layak. Sejauh ini gaya ABS (Asal bapak senang) banyak di lapangan.
Contohnya, masih banyak blunder soal BLT dan bantuan COVID-19 sampai penyediaan APD. Baru Jatim jadi zona merah sudah membuat Jokowi berang.
"Persoalannya banyak menteri jalan sendiri-sendiri tidak mu ikut arahan presiden. Ada pula yang one man show serta do less but talk more (sedikit berbuat bicara lebih) atau kata lain banyak bicara," ungkapnya.
Ada beberapa juga making policy (membuat kebijakan) bertabrakan, bertubrukan satu sama lain. Belum lagi bukan ranah dan domain kementeriannya justru di take over (diambil alih). "Inilah yang membuat presiden berang dan geram," pungkasnya. (gelora)
COMMENTS