Opini Khilafah saat ini tidak terbendung lagi. Terlepas pro maupun kontra, semua membincangkan Khilafah. Baik dengan motif untuk mewujudkan maupun menghalangi, semua mengerubuti Khilafah.
Oleh : Ahmad Khozinudin | Sastrawan Politik
Pecah ! Opini Khilafah saat ini tidak terbendung lagi. Terlepas pro maupun kontra, semua membincangkan Khilafah. Baik dengan motif untuk mewujudkan maupun menghalangi, semua mengerubuti Khilafah.
Ahmad Dhani, Legenda Dewa 19 ini pun, tak ayal ikut bicara tentang Khilafah. Bahkan, pentolan Dewa 19 ini, menyinggung eksistensi Luhut Binsar Pandjaitan dan Abdullah Mahmud Hendro Priyono sebagai sosok yang 'Tak Signifikan' jika disebut sebagai 'Tantangan Khilafah'.
Ahmad Dhani, tegas menyebut Negara induk samang Kapitalisme, baik Amerika, Inggris dan Negara Barat pada umumnya, yang akan menjadi 'Rival Potensial' Khilafah.
Bukan hanya Ahmad Dhani, Sri Mulyani pun ikut memicu diskursus Khilafah semakin menghangat. Pasalnya, Sri Mulyani menyebut sejumlah 'Negara Islam' juga berutang, sebagai apologi atas kritik publik terhadapnya.
Apakah benar saat ini ada Negara Islam ? Apa bedanya dengan Negeri Islam ? Apa benar, Negara Islam juga berutang untuk menutup Defisit APBN ? Apalagi menggunakan utang ribawi yang merupakan sarana penjajahan ?
Pernyataan Sri Mulyani ini semakin memicu publik untuk melakukan penelaahan, pendalaman dan menyingkap perbedaan Negara Islam dan Negeri Islam.
Negara Islam adalah negara yang menerapkan hukum Islam secara total (Kaffah) meskipun penduduknya belum tentu mayoritas muslim. Adapun Negeri Islam adalah Negara yang mayoritas penduduknya muslim, meskipun hukum Islam tidak diterapkan secara kaffah. Hukum Islam hanya diterapkan secara parsial dan tidak terintegrasi.
Di zaman Nabi SAW, contoh Negara Islam adalah Negara Madinah yang dipimpin Rasulullah SAW, dimana di Madinah diterapkan hukum Islam secara kaffah meskipun penduduknya bukan mayoritas muslim, bahkan terdapat Yahudi, Nasrani dan Majusi.
Negara Islam Madinah ini kemudian diwariskan Rasulullah SAW kepada para Khalifah setelahnya, hingga yang terakhir kekhilafahan Islam diruntuhkan oleh Mustofa Kamal La'natullah pada tahun 1924 M di Turki.
Adapun Negara-negara seperti Arab Saudi, UAE, Qatar, Maroko, Pakistan, Afghanistan dan Kazakhstan, bukanlah Negara Islam tetapi Negeri Islam. Indonesia, juga terkategori Negeri Islam.
Negara-Negara tersebut adalah Negara sekuler berbentuk Kerajaan dan Republik yang menerapkan hukum sekuler. Negara-Negara tersebut, masih menghalalkan hutang ribawi, seperti Indonesia. Padahal, Allah SWT telah mengharamkan riba.
Pertanyaannya, siapakah gerangan yang menggerakkan Ahmad Dhani untuk bicara tentang Khilafah ? Siapa dibalik Sri Mulyani hingga bicara ihwal Negara Islam ?
Apakah, aktivis HTI membayar mahal Ahmad Dhani agar mengkampanyekan Khilafah ? Butuh berapa ratus miliar untuk membayar sosok "Legenda" seperti Ahmad Dhani ini untuk mengkampanyekan Khilafah ? Rasanya, kemungkinan Ahmad Dhani ini dibayar HTI, batal demi hukum.
Sebab Ahmad Dhani adalah pribadi "Keras Kepala", tak mau diatur, punya integritas, independensi tinggi dan tak mungkin bisa di doktrinasi. Lantas siapa yang membimbing hati Ahmad Dhani bicara Khilafah ?
Adapun Sri Mulyani, jelas tak mungkin ada kaitannya dengan HTI. Sri Mulyani adalah representasi rezim yang saat ini justru memusuhi Khilafah. Tetapi, kuasa siapa yang membuat pembicaraan Sri Mulyani justru melambungkan diskusi Negara Islam ? Diskusi Khilafah Islamiyyah ?
Saiki wis wayahe. Sekarang sudah waktunya, semua bicara tentang Khilafah. Tak ada yang bisa menghindari diskusi tentang Khilafah.
Apalagi, ditengah kegagalan Kapitalisme global mengatasi Pandemi, umat Islam juga Dunia membutuhkan tata peradaban baru, aturan baru yang akan menjaga kemaslahatan umat manusia. Harapan itu, saat ini ada pada Khilafah. [].
Khilafah janjinAllah dan kabar gembira Rasulullah SAW. Khilafah pasti tegak atas izin Allah
ReplyDelete