Jika menolak Gibran atas dasar politik Dinasti, memangnya SBY tak mempersiapkan itu atas AHY ? Memangnya hubungan Puan Maharani dan Megawati itu cuma tetangga Rumah ? Memangnya, putri Ma'ruf Amien mau ikut Pilkada Tangsel tanpa Restu sang ayah ? Memangnya, Dafe Laksono itu bukan putra Agung Laksono ? Dan seterusnya.
Oleh : Ahmad Khozinudin | Sastrawan Politik
Judul artikel ini bukan hiperbolis, bukan pula ingin mengajak pada konklusi 'Mafhum Mukholafah'. Judul artikel ini, hanya ingin memantik nalar kritis dan kesadaran politis akan realitas kekuasaan di negeri ini.
Jika menolak Gibran atas dasar politik Dinasti, memangnya SBY tak mempersiapkan itu atas AHY ? Memangnya hubungan Puan Maharani dan Megawati itu cuma tetangga Rumah ? Memangnya, putri Ma'ruf Amien mau ikut Pilkada Tangsel tanpa Restu sang ayah ? Memangnya, Dafe Laksono itu bukan putra Agung Laksono ? Dan seterusnya.
Jika memprotes Gibran karena oligarki politik, yang membuatnya dapat menapak tangga menuju kursi kuasa tanpa berdarah atau berkeringat meniti karier politik di partai, memangnya Jokowi pemain lama dalam politik ? Memangnya SBY dulu mewujud menjadi tokoh dan terpilih menjadi Presiden dua periode tanpa peran oligarki ?
Apalagi, mempersoalkan Gibran karena didukung pemodal, para kapitalis. Memangnya ada Calon Bupati menjadi Bupati tanpa uang ? Memangnya ada Calon Gubernur menjadi Gubernur tanpa uang ? Memangnya ada Calon Presiden menjadi Presiden tanpa uang ? Soal uang sendiri atau investasi taipan, uang jual warisan atau jual janji politik, itu beda pendekatan saja.
Lantas, jika Gibran bukan solusi apa kotak kosong bisa mengatasi sengkarut negeri ini ? Jika Gibran didukung parpol, apa ya mungkin ada calon independen jika tidak sekedar menjadi kuda Troya Politik ?
Lantas apa solusinya ? Untuk menjawab ini, saya kembali bertanya kepada Anda, apa masalahnya ? Anda menjawab, masalahnya pemimpin. Saya bertanya lagi, apa itu saja ? Anda kemudian berfikir meluas, ada kendala sistem. Jadi, ada masalah rezim juga sistem.
Jika persoalannya adalah masalah rezim dan sistem, tentu jangankan Gibran, bahkan bapaknya Gibran juga bukan solusi. Malah bagian dari masalah Bangsa ini.
Namun, apakah mengganti Gibran dan Bapaknya Gibran adalah solusi ? Tentu saja tidak, karena anda telah menyatakan persoalan negeri ini adalah problem rezim dan sistem.
Karena itu, solusinya bukan Pilkada, bukan pemilu, bukan Pilpres, tetapi Khilafah. Solusinya bukan Gibran, bukan pula bapaknya Gibran, namun solusinya adalah dengan membai'at seorang Khalifah.
Syariah dan Khilafah, membai'at Khalifah, adalah solusi tuntas ganti rezim ganti sistem. Bukan dengan membangkitkan hantu kotak kosong, menunggang kuda Troya independen, apalagi menunggu Pemilu dan Pilpres.
Segera, berjuang dengan jutaan kaum muslimin lainnya, untuk mewujudkan Khilafah dengan membai'at seorang Khalifah. InsyaAllah, negeri ini akan menjadi negeri Baldatun, Thoyyibatun, Wa Rabbun Ghafur. [].
COMMENTS