Felix Siauw
By Ustadz Felix Siauw
Logika di negeri +62 ini kebalik-balik. Candaan diseriusi, yang serius dijadiin bahan becandaan. Pejabat publik ngelawak, pelawak malah ngurusi urusan publik. Yang ngerti hukum nge-dagel, eh yang tukang nge-dagel malah lebih keren logika hukumnya
Yang jelas ngerinya, kayak PKI dan komunisme, malah dikasi ruang buat diskusi, yang selama ini aman kayak Islam dan kaum Muslim, dingeri-ngeriin. Khilafah dijadiin lebih-lebih sadis ketimbang PKI. Bikin masalah sendiri, bikin berita sendiri, nuduh sendiri, rame sendiri
Nuduh orang lain anti-Pancasila, mau ganti Pancasila, ribut sendiri bahkan sampai bikin badan pembinaan, nge-gaji ratusan juta para pembinanya. Eh, dia sendiri juga mau ubah semangat Pancasila, supaya sesuai dengan yang dia mau
Jelas-jelas panca itu artinya 5, mau disemangatin lagi jadi 3, intinya 1. Keren kan. Kalah dah tetangga sebelah, ini lebih canggih, 5 = 3 = 1, pemerasan betul, katanya intinya gotong royong, entah dimana posisi Allah, yang diakui sebagai sebab kemerdekaan dalam Pembukaan UUD 45
Sementara yang penting banget, perlu banget, malah nggak dibahas sama sekali
Kasus Novel Baswedan dari 2017, di 2020 baru dituntut, itupun cuma setahun. Alasannya karena pelaku nggak sengaja, nggak niat, LUCU. Di sisi lain covid-19 buat rakyat merana, listrik naik, biaya naik, pendapatan kurang. Ini nggak dibahas tuntas, sekali dibahas hanya kasih kursus online yang di YouTube juga banyak gratisannya
Kalau kita nggak ngerti logika pejabat di negeri +62, kita bakal terheran-heran. Kok bisa ya? Tapi kalau kita tahu logikanya, kita jadi ngeh, kenapa bisa begitu. Logikanya pejabat di negeri +62 itu mudah: "Yang penting gue", alias serakah dan untuk kepentingan sendiri, Maka semuanya jadi make sense
Bahasan radikalisme, ekstrimisme, terorisme, anti-NKRI, anti-Pancasila, intoleransi jadi penting banget. Dianggap Indonesia terancam banget, dan merekalah pahlawannya. Karena itu semua kejahatan jadi kayak nggak penting. Korupsi, premanisme, sombong, nipu, maling, gapapa, asal koar-koar dulu "Aku Indonesia, Aku Pancasila", gitu
Lalu tunjuk yang lain jadi bad guys, framing negatif, jadiin monster. Biar mereka yang kayak jadi heronya. Semua untuk apa ? Supaya mereka terus bisa kuasai dunia, bisa tetap curang, bisa tetap memperkaya diri sampai 7 turunan kalau perlu. Dari jaman penjajahan sama, mereka nggak mau jika umat jadi mikir, karena kalo orang2 pada mikir, mereka jadi ketahuan parahnya. Lihat di jaman Fir'aun gitu, di jaman Quraisy juga gitu, sampai jaman penjajahan Belanda, modusnya juga sama.
Jadi jangan repot jika ada koment yang nyinyir tentang Dakwah Islam Syariah,
ya itu resikonya, paling ada kata kata "Jangan bahas politik deh bahas agama aja" atau "Dasar kadrun" atau semisalnya,,
Sudah saya bilang mereka takut kalau umat sudah mikir..
COMMENTS