(Catatan dari Kriminalisasi Pejuang Islam Ali Baharsyah) By Agung Wisnu Wardana Posisi sebagai pemimpin negara selalu mendapat perhat...
(Catatan dari Kriminalisasi Pejuang Islam Ali Baharsyah)
By Agung Wisnu Wardana
Posisi sebagai pemimpin negara selalu mendapat perhatian rakyat
Setiap kebijakannya akan dipantau rakyat. Saat tidak matching, tidak tepat, dzalim maka rakyat bisa protes, marah atau mungkin tertawa
Rakyat tertawa karena bisa jadi seorang pemimpin negara dianggap lucu.
Kelucuan seorang pemimpin negara di hadapan rakyat sebenarnya adalah satire akan sebuah ketidakpercayaan
Bisa jadi saat ini, tertawa adalah pilihan logis bagi rakyat, sebagai hiburan di tengah kedzaliman penguasa
Ali Baharsyah sebagai rakyat dan pejuang Islam sebenarnya hanya menyampaikan satire ketidakpercayaan pada pemimpin negara yang merencanakan darurat sipil berbarengan dengan keputusan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) terkait wabah Covid-19
Walau kebijakan darurat sipil tak jadi diberlakukan, tetapi "kelucuan" pemimpin negara sudah terlanjur menyebar. Dan wajar bila muncul satire ketidakpercayaan yang bergemuruh dan Ali salah satu partisipannya
Miris rasanya saat Yasonna Laoli Menkumham mengeluarkan napi dengan alasan kemanusiaan karena wabah, sementara Ali Baharsyah sang Pejuang Islam malah dimasukkan penjara
Lebih miris dan menjadi resah rasanya saat tuduhan pada Ali Baharsyah disisipkan pasal makar melalui facebook karena mengunggah video bersama mahasiswa di Padang untuk memperjuagkan Khilafah
Mengapa harus Khilafah dan para pengembannya lagi yang dikriminalisasi?
Mengapa tidak demokrasi yang telah melahirkan oligarki merusak yang dipermasalahkan?
Mengapa tidak kapitalisme liberal yang telah menghancurkan negeri ini yang digugat?
Sebuah keresahan di tengah kedzaliman penguasa
Tetapi resah bagi pejuang bukanlah kelemahan tetapi sebuah kekuatan untuk bangkit dan bergerak
Bila penguasa negeri ini terus mengkriminalisai Khilafah yang jelas-jelas ajaran Islam dan mendzalimi para pejuangnya berarti mereka telah bersiap berhadapan dengan makar Allah Subhanahu wa ta'ala yang dahsyat
Allahu Akbar
By Agung Wisnu Wardana
Posisi sebagai pemimpin negara selalu mendapat perhatian rakyat
Setiap kebijakannya akan dipantau rakyat. Saat tidak matching, tidak tepat, dzalim maka rakyat bisa protes, marah atau mungkin tertawa
Rakyat tertawa karena bisa jadi seorang pemimpin negara dianggap lucu.
Kelucuan seorang pemimpin negara di hadapan rakyat sebenarnya adalah satire akan sebuah ketidakpercayaan
Bisa jadi saat ini, tertawa adalah pilihan logis bagi rakyat, sebagai hiburan di tengah kedzaliman penguasa
Ali Baharsyah sebagai rakyat dan pejuang Islam sebenarnya hanya menyampaikan satire ketidakpercayaan pada pemimpin negara yang merencanakan darurat sipil berbarengan dengan keputusan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) terkait wabah Covid-19
Walau kebijakan darurat sipil tak jadi diberlakukan, tetapi "kelucuan" pemimpin negara sudah terlanjur menyebar. Dan wajar bila muncul satire ketidakpercayaan yang bergemuruh dan Ali salah satu partisipannya
Miris rasanya saat Yasonna Laoli Menkumham mengeluarkan napi dengan alasan kemanusiaan karena wabah, sementara Ali Baharsyah sang Pejuang Islam malah dimasukkan penjara
Lebih miris dan menjadi resah rasanya saat tuduhan pada Ali Baharsyah disisipkan pasal makar melalui facebook karena mengunggah video bersama mahasiswa di Padang untuk memperjuagkan Khilafah
Mengapa harus Khilafah dan para pengembannya lagi yang dikriminalisasi?
Mengapa tidak demokrasi yang telah melahirkan oligarki merusak yang dipermasalahkan?
Mengapa tidak kapitalisme liberal yang telah menghancurkan negeri ini yang digugat?
Sebuah keresahan di tengah kedzaliman penguasa
Tetapi resah bagi pejuang bukanlah kelemahan tetapi sebuah kekuatan untuk bangkit dan bergerak
Bila penguasa negeri ini terus mengkriminalisai Khilafah yang jelas-jelas ajaran Islam dan mendzalimi para pejuangnya berarti mereka telah bersiap berhadapan dengan makar Allah Subhanahu wa ta'ala yang dahsyat
Allahu Akbar
COMMENTS