Oleh : Nasrudin Joha Kesetiaan itu semestinya hanya untuk Islam, perjuangan itu juga hanya untuk Islam, berkorban itu juga hanya u...
Oleh : Nasrudin Joha
Kesetiaan itu semestinya hanya untuk Islam, perjuangan itu juga hanya untuk Islam, berkorban itu juga hanya untuk Islam. Siapa saja yang setia, berkorban dan berjuang untuk selain Islam, maka niscaya akan kecewa dan amalannya tak akan diterima.
Dahulu, anda tak mau setia pada syariat Islam, tak ingin berjuang apalagi berkorban untuk Islam. Anda begitu setia dan berjuang untuk Prabowo, bahkan anda rela berkorban untuk Prabowo.
Untuk perjuangan Islam, belum tentu uang cepat terkumpul. Untuk penegakan syariat Islam, belum tentu ada keringat, darah bahkan nyawa dikorbankan.
Namun, anda akhirnya menyerahkan kesetiaan pada Prabowo, mengumpulkan uang untuk Prabowo, mengorbankan darah, keringat bahkan air mata demi Prabowo. Lebih dari 800 nyawa KPPS meregang untuk pilpres tipu tipu, anda juga harus kehilangan nyawa saat demontrasi berujung bentrok, dan banyak tokoh dan aktivis yang ditangkapi dan dibui.
Untuk Islam ? Apakah kesetiaannya seperti itu ? Perjuangannya seperti itu ? Pengorbanannya seperti itu ?
Akhirnya, anda dapati Prabowo merapat ke Rezim. Rezim yang dahulu dituduhnya mencuri suara. Rezim yang dahulu dituduhnya curang, yang menyebabkan pendukungnya berjuang dan berkorban.
Anda, kemudian masih menyisakan loyalitas kepada Sandiaga Uno (Shandy). Seolah, Prabowo hanyalah pengecualian.
Namun, begitu Sandy kembali ke habitatnya, pebisnis yang pragmatis, mendukung RUU Omnibus Law, anda pun ikut latah kecewa. Kenapa anda bisa demikian ?
Ya, karena RUU Omnibus Law zalim. Jadi anda kecewa, Shandy mendukung kezaliman.
Bukan itu, kenapa anda masih loyal pada sosok ? Masih berjuang untuk sosok ? Masih mau berkorban untuk sosok ?
kenapa anda tidak loyal pada Islam ? Berjuang untuk Islam ? Dan hanya mau berkorban untuk Islam ?
Selanjutnya, kenapa anda hanya kecewa pada Prabowo ? Kecewa pada Sandiaga Uno ? Kecewa pada Jokowi ? Tapi anda masih Istiqomah pada demokrasi ?
Bukankah, dalam sistem demokrasi, politisi itu diwajibkan pragmatis ? Politisi halal berkhianat. Politisi boleh culas.
Karena itu segeralah sadar. Kembalilah pada Islam, loyal dan berjuang, bahkan berkorban hanya untuk Islam.
Sebab, meskipun belum berhasil, insyaAllah perjuangan karena Islam pasti bernilai pahala. Sementara berjuang untuk sosok, hanya berujung penyesalan dan rasa kecewa. [].
COMMENTS