Oleh : Gus Syam (Lanjutan Postingan Saat Eskalasi Lepas Kendali ) Masih ingat bagaimana taktik Amerika melemahkan Uni Sovyet? Y...
Oleh : Gus Syam
(Lanjutan Postingan Saat Eskalasi Lepas Kendali )
Masih ingat bagaimana taktik Amerika melemahkan Uni Sovyet? Yah, Uni Sovyet dipancing dalam perlombaan senjata, Star Wars (Perang Bintang) namanya. Perang "semu itu" digelar untuk menguras fulus Uni Sovyet, hingga akhirnya Amerika berhasil menumbangkan Uni Sovyet dari dalam, melalui program glasnot dan perestroika-nya Mikhail Gorbachev.
Cina, yang kini muncul sebagai kekuatan ekonomi terbesar dunia, sadar atau tidak, tengah dijebak dan diperangkap dalam politik "kuras dompet ala Amerika Serikat". Cina dipancing dalam proyek investasi luar negeri besar-besaran; atau tepatnya dibiarkan oleh AS menjalankan proyek ambisius ekspansif OBOR; yang tentunya menguras fulus negara tirai bambu itu. Sementara itu, AS seolah-olah melakukan perlawanan tetapi dalam batas-batas tidak terlalu ngotot, atau dalam banyak hal justru menampakkan sikap lemahnya di hadapan Cina. Sikap seperti bukan tidak disengaja, atau menunjukkan AS benar-benar sudah lemah, tetapi untuk semakin membuat Cina semakin jumawa, merasa hebat, dan terus bernafsu mengalahkan AS. Duwit Cina semakin mengalir deras keluar, seiring dengan bertambahnya kesombongan, kepercayaan diri yang over, dan ambisi ekonomi ekspansif Cina.
Sayang, asset dan duwit yang sudah dikucurkan begitu banyak itu, tidak mendapatkan pengamanan yang memadai. Cina, sampai detik ini, tidak atau belum membangun pangkalan militer di kawasan Asia, Afrika, dan Eropa. Bagaimana mungkin Cina mempertahankan duwit dan assetnya tanpa kekuatan sekuritas luar negeri yang memadai? Bagaimana jika negara-negara yang saat ini dibantu Cina dalam berbagai macam pembangunan infrastruktur dan pinjaman, ngemplang, bahkan diprovokasi Amerika untuk mengusir Cina dan antek-anteknya?
Yah, AS tidak begitu khawatir terhadap Cina. Sebab, Cina tidak memiliki kemampuan memadai dalam menjaga asset-assetnya. Bahkan, AS membiarkan Cina terus mengucurkan duwitnya dalam proyek pembangunan infrastruktur. Dalam batas-batas yang masih bisa ditolerir, AS masih membiarkan Cina masuk ke wilayah pengaruhnya. AS paham, dia punya pangjalan militer, pasukan di kawasan Asia Afrika, dan juga antek-antek yang masih patuh dengan garis kebijakan AS. Sedangkan Cina, ia tidak punya pasukan. Sehingga, saat AS berkehendak merampok asset Cina, maka saat itu pula Cina terjerembab dalam kehancuran.
Demikianlah kira-kira cara Amerika mengalahkan dominasi Cina. Cina dibiarkan membangun infrastruktur di negara-negara Asia, Afrika, dan Eropa, untuk moroti dan menghabiskan duwit Cina. Setelah itu, AS merampok semua asset Cina dengan cara menggerakkan revolusi perang melawan Cina dan semua hal yang berbau Cina di negara-negara Asia, Eropa, dan Afrika. Saat itu terjadi, Cina hanya pasrah dan gigit jari. Pasalnya, Cina tidak punya pangkalan militer dan pasukan di luar negeri untuk melindungi dan menjaga asset negaranya.
Di banyak negara, AS memanfaatkan umat Islam untuk melawan dan menjatuhkan penguasa komunis.
Oleh karena itu, saat di negeri ini terjadi eskalasi besar tak terkendali, dan penguasa pro Cina dan cecunguk-cecunguknya berhasil dijungkalkan, maka revolusi umat Islam tidak cukup berhenti di situ saja.
Saat TNI Polri yang lurus dan rakyat Indonesia, di bawah bimbingan dan pimpinan para ulama aswaja yang lurus, berhasil melengserkan rejim dholim anti Islam, mereka harus menyadari sepenuhnya tipudaya Amerika. Amerika pernah memanfaatkan Mujahidiin untuk mengusir Sovyet dari Afghanistan. Dan setelah berhasil, Mujahidin diadu domba dalam perang saudara, sehingga AS punya alasan melakukan intervensi.
Setelah revolusi, kaum Muslim, TNI & Polri, dan para ulama harus benar-benar berjuang di bawah kaki tangan sendiri untuk mendirikan pemerintahan mandiri dan independen. Jangan sekali-kali percaya kepada lembaga-lembaga internasional bikinan AS dan PBB. Sebab, mereka semua adalah bagian dari lingkaran makar AS dan sekutunya. Cukuplah pelajaran selama ini, rakyat negeri ini --yang mayoritas kaum Muslim-- menderita karena sekulerisme-liberalisme dan demokrasi.
Ulama harus terjun langsung membimbing terbentuknya pemerintahan Islamiy, dan memastikan tidak ada penyusup dari kalangan munafik dan kafiriin. BAGAIMANA JIKA AMERIKA DAN SEKUTUNYA menyerang?
Setelah terbentuk pemerintahan baru, para ulama dan rakyat negeri ini sesegera mungkin menyerahkan kekuasaannya kepada kelompok yang memahami Khilafah dan sudah siap dengan konsep Khilafah, untuk membantu mentransformasikan pemerintahan yang ada ke dalam bentuk Kekhilafahan Islam. Sebab, serangan AS dan SEKUTUNYA hanya bisa dihadapi oleh negara Khilafah yang seruannya ajan dipatuhi dan sanggup menggerakkan seluruh kekuatan kaum Muslim di dunia; untuk memperkuat Khilafah yang baru, sekaligus berjihad hingga TITIK DARAH PENGHABISAN melawan siapa saja yang merongrong negara Khilafah dan kewibawaannya.
Saat Khalifah, Imamul Adham, Amiirul Mukminiin, mengumandangkan jihad melawan negara kafir, wa bil khusus Amerika, maka AS akan tenggelam dalam kebinasaan dan kehancuran. Sebab, seluruh jalur, udara, laut, dan udara telah berdiri kokoh mujahidin-mujahidin yang siap bertempur hingga helaan nafas terakhir. Tentara AS akan tenggelam dalam kehancuran sebelum mereka sempat menginjak ibu kota Khilafah, Jayakarta.
Sedangkan di dalam negeri, kelompok liberal yang telah merusak agama Islam, para penista agama, pemecah belah persatuan, dan para pengkhianat akan diseret dalam pengadilan syariah untuk menghukum kejahatan mereka.
Pada hari itu, bendera Al-'Uqaab akan menaungi kaum Muslim, menyatukan mereka, dan memberangus panji-panji kebathilan. Surodiro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti.
COMMENTS